Satu minggu kemudian, seperti yang telah direncanakan oleh Hans Prawira. Ia akan menikahi gadis yang paling ia cintai di hadapan banyak orang. Sembari mengenakan jas berwarna hitam yang kian memperlihatkan ketampanannya, Hans menatap cermin besar yang di sisi kanannya sudah terpampang foto kedua orang tua, yang selama ini ia letakkan sangat jauh di dalam gudang. Air matanya tidak terbendung dan jiwanya berteriak, seolah masih meratapi ketiadaan papa dan juga mama yang begitu ia cintai. Kini, rasa benci itu sudah bergulir menjadi kasih sayang yang begitu besar. Seorang Hans Prawira pun, telah kembali menjadi sosok laki-laki yang baik dan bertanggung jawab, sama seperti papanya. Di dalam hati ia berkata, '80% dari diriku mungkin akan menjadi seperti papa yang begitu penyayang terhadap