Malam meninggalkan cahaya matahari yang kuat dan tegas. Laki-laki tampan itu masih juga terbangun dalam segudang pikiran nyata tentang hidup dan artinya. Terkadang, Hans berpikir. Untuk apa Tuhan mempermainkannya seperti ini? Seandainya perempuan yang ia cintai bukanlah Aurora, mungkin ia tidak akan sering kembali ke masa lalu dan gelisah. Namun, rasa cintanya malah singgah dan tinggal lama di dalam jiwa Aurora. Semua ini sama sekali tidak dapat ditawar. Sekarang, ia hanya bisa menunggu kehancuran dan akhir dari kisah hidupnya. Bagi Hans, Aurora adalah nyawanya. Seandainya ia pergi, Hans pun akan berakhir. Sambil duduk di ujung ranjang, Hans menatap lurus ke arah dinding putih dan terus saja berkelana bersama pikirannya sendiri. Takdir hidup yang menyedihkan, bagi seseorang pria mapan d