Aku benar-benar malu sekarang, tidak hanya karena aku telah berbuat hal yang mungkin tidak senonoh di hadapan Darrel sekarang, aku takut jika para pelayan yang aku hampiri dan jumpai tadi juga melihat hal yang sama dengan yang kulakukan sekarang. Aku takut citraku yang sudah buruk akan menjadi semakin buruk di hadapan Darrel, sampai membuatku tak bisa berkata apa-apa lagi.
Aku bahkan tak bisa mengucapkan alasan kenapa aku tidak memakai BH sekarang, tidak ada alasan yang tepat atau masuk akal untuk seorang wanita tidak memakai BH, selain kalau dirinya memang memiliki p******a yang cukup besar dan membuat BH itu membuatnya sesak. Payudaraku sendiri tidak bisa dibilang sebagai p******a yang besar, melainkan proporsional sesuai dengan bentuk tubuhku.
Dan aku, mungkin telah membuat Darrel juga merasa canggung sekarang, dia semenjak tadi hanya tersenyum, sambil mengarahkan mukanya ke jendela, menolak untuk menatap diriku yang jelas-jelas di depannya karena memang tidak ingin membuatku malu saat ini. Padahal, orang yang seharusnya malu adalah diriku. Mukaku merah padam dengan rambut yang acak-acakan.
“Kau tahu Sabrina, di dalam bagasi mobilku, ada sebuah baju wanita sekarang. Kau tak perlu mengatakan ataupun bertanya darimana aku mendapatkannya ataupun bagaimana baju itu bisa berada di sana sekarang. Tapi yang jelas, kau bisa menggunakannya kapanpun kau mau untuk sekarang. Karena, di dalam kondisi yang darurat seperti ini, pengemis tidak boleh menjadi orang yang pemilih kan?”
Memang benar apa kata Darrel, lebih banyak pertanyaan yang muncul dari dalam benakku tentang bagaimana pakaian seorang wanita bisa berada di dalam bagasinya ketimbang bersyukur karena telah menemukan sebuah pakaian wanita. Dalam hal itu, aku sudah merasa kalau orang seperti Darrel adalah tipikal orang-orang yang suka menjelajahi wanita. Dan mungkin, aku menjadi salah satu dari incarannya.
Tapi benar juga katanya, aku tidak memiliki pilihan lain, tujuan sejak awalku mencoba untuk keluar dari kantor hanya karena aku memang merasa kalau aku harus pergi mencari pakaian ganti sekarang, bukannya malah bersantai-santai dan juga memakan pancake dengan pria tampan seperti sekarang. Aku mudah sekali teralihkan oleh tujuanku yang sebenarnya.
Aku pun mengangguk, menolak untuk mengucap dengan mulutku karena rasa malu yang masih menggenang di hatiku. Darrel pun berdiri, mencoba untuk mengantarku sembari memanduku agar orang-orang tak bisa melihatku berada dalam kondisi yang setengah terbuka sekarang. Saat kami sudah keluar dari bagasi, mobil itu terbuka bahkan sebelum dia membuka kuncinya.
Aku melihat kalau itu adalah sepasang pakaian wanita seperti kemeja dan juga rok span hitam pendek. Aku tak tahu kalau itu sepertinya cocok denganku. Lengkap dengan sabuk dan juga aksesoris. Entah hal ini aneh atau normal, tapi baju itu terlihat masih baru. Seperti dia baru saja mempersiapkannya untuk dimasukkan ke dalam mobilnya saat itu. Aku sepertinya harus bersyukur sekarang.
Darrel mengambilnya, menyuruhku untuk membuka kedua tanganku dan mengambilnya sekarang juga. “Ini, pakailah di kamar mandi kafe ini. Tempatnya mungkin akan sempit, namun tertutup dan bersih kok. Aku sudah pernah kemari. Namun, itu juga pilihanmu juga sih, mungkin kau adalah salah satu orang yang lebih nyaman untuk ganti pakaian di tempat terbuka?” Ucap Darrel sambil mengangkat bahunya.
“Terima kasih.” Ucapku dengan nada sedikit kesal dan juga bebal. Aku pun beranjak dari belakang mobil Darrel itu dan kemudian masuk kembali ke dalam kamar mandi kafe tersebut. Memangnya, di matanya aku adalah wanita yang seperti apa? Dengan mudahnya bisa berperilaku tidak sopan dan tidak etis seperti itu! Aku merasa kalau Darrel bertindak sedikit tidak sopan.
Aku sudah sampai di kamar mandi kafe tersebut, berusaha untuk mengganti pakaian yang diberikan Darrel untuk kugunakan. Dan ternyata, pakaian itu benar-benar cocok dengan tubuh dan juga ukuranku. Membuatku sedikit merasa aneh, walaupun memang orang bertubuh sepertiku sangatlah lumrah untuk dijumpai maupun juga ditemukan. Tubuhku adalah tubuh yang paling sering di temui orang-orang.
Di luar kamar mandi, ada sebuah wastafel untukku bercermin dan memeriksa kondisi tubuhku sekarang, Aku mengambil air di sana, membasahi muka dan juga rambutku agar terlihat lebih segar, tak hanya dimata Darrel, namun juga dimata calon klien yang aku temui sekarang. Aku memeriksa jam di tanganku, dan ternyata masih tersisa 3 jam lagi sebelum aku melakukan pertemuan yang sangat penting itu.
Aku pun keluar, melihat Darrel masih duduk di tempat yang sama dengan sebelumnya. Hanya saja, tidak ada lagi makanan di meja kami yang bisa kami santap, membuatku mungkin harus duduk dan juga bercengkerama dengannya mengenai apa yang sebenarnya dia bawa di dalam bagasi mobilnya itu. “Bajunya muat dengan tubuhmu ya. Syukurlah kalau begitu. Kau, bisa memilikinya jika kau mau.”
“Kenapa ada pakaian wanita di dalam bagasi mobilmu? Jangan bilang kalau kau ternyata diam-diam adalah seorang...” Tanyaku membuka topik. Darrel yang awalnya tengah duduk bersantai dan bersender di tembok kemudian terbangun dan merentangkan tangannya lebar-lebar, berusaha untuk menjelaskan sesuatu kepadaku sekarang. Tidak ingin aku memiliki persepsi yang salah dengannya.
“Tidak...Tidak! Bukan seperti yang kau pikirkan..!!” Balas Darrel kepadaku, padahal aku yakin dia tidak tahu apa yang sedang kupikirkan sekarang. “Aku sebenarnya ingin membelikan baju kepada adikku, dan aku belum sempat untuk memberikannya kepadanya. Dan hanya saja, aku tak tahu kalau dia ternyata tidak mempunyai selera terhadap baju seperti itu, aku akan segera membuang baju itu.”
Penjelasan yang cukup masuk akal, aku bisa membayangkan kalau orang seperti Darrel adalah sosok kakak yang selalu dipercaya dan juga dilakukan oleh adik-adiknya. Aku juga bisa melihat kalau mungkin Darrel merupakan sosok kakak yang baik hati. Tapi, entah kenapa aku merasa kalau alasannya itu tidak cukup untuk meyakinkanku. Seperti ada sesuatu lagi yang dia rahasiakan kepadaku.
Hanya saja, dengan baju ini, aku bisa tampil lebih rapi daripada sebelumnya. Walaupun memang tidak sempurna, aku paham kalau penampilan yang akan aku lakukan terhadap klienku nantinya adalah penampilan yang harus diterima dengan sempurna tanpa alasan atau apa pun untuk bisa menerima kinerjaku yang buruk. Aku paham aku salah, dan aku harus menerimanya.
“Aku sudah mengira kalau pertanyaan seperti itu akan terlontar darimu, dan jujur saja, aku tidak memiliki niatan untuk mengumpulkan ataupun juga menyimpan baju itu untuk jangka waktu yang lama. Kau tahu, baju itu seperti sebuah kutukan yang harus segera kuhilangkan secepatnya!” Ungkapnya padaku. Dan Arya juga berkata benar, menyimpan baju wanita akan menimbulkan banyak sekali persepsi salah.
“Tidak apa-apa kok. Justru, mungkin akulah yang seharusnya meminta maaf karena menanyakan hal yang sudah jelas-jelas kau larang untuk tanyakan padamu. Aku mengira, kau memiliki sisi yang lain di dalam dirimu, dan aku merupakan salah satu orang yang terbuka lebar dengan orang-orang dengan jenis seperti itu.” Ucapku untuk menyindir orang-orang yang memiliki kecenderungan bendera pelangi.
Darrel, menutup muka dengan tangannya sendiri. Sambil menggeleng-gelengkan kepalanya pusing dengan ucapanku. Tangan satunya lagi dia hantamkan berkali-kali ke bagian meja karena kesal dengan apa yang terjadi sekarang. “Dasar Jeanne! Dia lebih sering merepotkanku daripada menguntungkanku! Mungkin, suatu saat nanti aku akan membalas perbuatannya!”
Masalah pun selesai, aku tidak memiliki persepsi dan juga anggapan yang tidak-tidak lagi kepada Darrel. Aku percaya kalau dia adalah pria lurus dengan masa depan dan juga pemikiran yang lurus juga. Tidak ada tubuh yang bengkok ataupun sendi yang bengkok mencoba untuk menampar kenyataan dari keadaan peradaban yang tak jelas sekarang. Apalagi, soal gaji yang tak kunjung dibayar kepada penulis, hadeuh...
“Jadi, apa yang akan kau lakukan sekarang ini? Mengingat pancake yang kita makan sudah habis. Apa, kau memiliki rencana yang akan kau lakukan selain sekarang ini? Karena aku hendak pergi sekarang.” tanya Darrel kepadaku. Mungkin dia akan segera pergi ke suatu tempat nantinya, tempat dimana dia harus memakai jas dan juga berpenampilan menarik. Aku tak memiliki urusan untuk mencampuri hidupnya.
“Ohh.. jika kau memang ingin pergi. Silahkan pergi. Aku mungkin akan kembali ke kantor sekarang. Banyak kerjaan yang menumpuk dan harus segera kuselesaikan.” Jawabku padanya. Aku tidak memiliki kepentingan untuk mengganggu kepentingan Darrel. Dia boleh pergi kapan dan dimana pun yang dia mau tanpa harus izin kepadaku juga sekarang ini.
Darrel pun kemudian mengintip ke arah jendela, melihat jalanan yang belum benar-benar ramai sekarang ini. Matahari pagi dan juga suasana sejuk di luar sana sampai membuat kaca ini mengembun menciptakan penampilan yang tidak jelas bagi kami untuk melihatnya. Aku tak tahu apa yang sedang Darrel lakukan dengan melihat waktu seperti itu, karena melihat jam tentu saja lebih efektif dan juga efisien.
“Berapa lama lagi waktumu untuk bertemu dengan klien?” tanya Darrel kepadaku.
“Kurang lebih, 3 jam lagi.” Jawabnya kepadaku. Darrel terlihat terkejut saat mendengarnya. Seperti tidak mengharapkanku akan mengatakan sesuatu itu sebelumnya. Yang memang aku tak tahu apa yang dia harapkan dari jawabanku saat ini. Apakah dia ingin mengira kalau aku bekerja di jam-jam tertentu?
“Aku merasa, kalau kita berdua memiliki cukup waktu untuk berdiam diri di sini sekarang. Setidaknya, sampai orang-orang pelanggan yang biasanya datang kemari memenuhi tempat ini dengan sesak. Apakah kau tidak keberatan jika aku meminta itu kepadamu? Karena aku ingin menunjukkan sesuatu kepadamu sekarang!” Ucap Darrel kepadaku, yang membuatku justru khawatir sekaligus penasaran dengan katanya.
“Entahlah. Namun, kantorku berada tak jauh dari sini, waktu 3 jam lebih dari cukup untuk membuatku berjalan dari sini ke kantor. Dan mungkin, pekerjaanku masih bisa menunggu,” Ucapku pada Darrel sekarang ini. Aku memang tak mengatakan apa yang harus kulakukan padanya, namun aku juga masih memiliki waktu banyak. “Memangnya, apa yang kau ingin pertunjukkan padaku?”
“Percayakah dirimu? Kalau aku memiliki kemampuan seorang cenayang?” Ucapnya kepadaku. Dia membuka tangannya lebar-lebar, dan dari kekosongan dan juga tangannya itu, dia menciptakan sebuah cahaya. Berwarna-warni dan bergerak kesana kemari dengan sangat cepat. Aku, hampir tak bisa membedakan kalau itu adalah sebuah sulap atau memang sebuah sihir cenayang yang asli.
“Trik yang bagus. Bagaimana jika kau bergabung ke dalam sebuah ajang pencarian bakat? Aku yakin, kau dapat memenangkan pertandingan dan juga olimpiade itu nantinya dengan kemampuan yang sudah kau pelajari di sana.” Ucapku kepada Darrel, dengan komentar dan juga rasa yang sedikit sinis. Darrel pun kemudian tersenyum, seperti belum menunjukkan semuanya kepadaku.
Tiba-tiba dari tangannya, dia menciptakan sebuah burung, kelinci, rusa, dan sebuah hutan penuh dengan binatang-binatang di dalamnya. Penuh dengan hologram. Tangan Darrel ia kibas-kibaskan berada di tengah-tengah hologram itu, mencoba membuktikan kalau itu benar-benar sebuah kekuatan yang dimilikinya. Dan dia pun membuka kain di lengannya, tidak ada apa-apa di sana.
“Waw, luar biasa, bagaimana kau melakukan sesuatu semacam itu?” tanyaku padanya. Aku merasakan hal yang sama saat aku bertemu dengan Fatima beberapa hari yang lalu. Apakah mungkin, mereka berdua memiliki hubungan dan berada di dalam satu payung organisasi yang sama. “Apakah kau bisa membuat sebuah uang dari tangan kosong? Aku sepertinya benar-benar membutuhkan itu!”
“Hahahaha! Benar-benar seperti yang diucapkan setiap orang saat aku menunjukkan kemampuan ini!” Ucap Darrel kepdaku. Dan tiba-tiba, hologram itu berubah menjadi sebuah bentuk nyata, bentuk miniatur yang bisa kusentuh dan kupegang dengan benar-benar asli. Aku tak tahu apakah yang terjadi, tapi itu adalah sebuah sihir bagiku. “Bagaimana kau bisa melakukan itu semua?”
“Sudah kubilang kepadamu kan, kalau aku ini adalah seorang cenayang. Ya mungkin, apa yang kulakukan sekarang lebih cocok sebagai tindakan seorang penyihir daripada cenayang. Aku akan menunjukkan kepadamu cara bagaimana seorang cenayang bekerja!”
Darrel mengulurkan tangannya, sambil mencoba untuk mengatakan sesuatu kepadaku sekarang. “Nah, kau tahu kan kalau aku tidak pernah mengenalmu sebelumnya? Sekarang pegang tanganku, aku akan mencoba menebak nama, deskripsi, dan juga seseorang di dalam pikiranmu. Tugasmu, hanyalah mencoba untuk memikirkan sebuah nama, dan aku akan melakukan sisa tugasnya”.
Terlihat dan terdengar seperti sesuatu yang benar-benar seru untuk dilakukan, aku pun merasa tertarik dengan tawaran Darrel. Aku memegang tangannya sekarang, mencoba untuk memikirkan seseorang yang ada di dalam benakku saat ini. Seseorang yang tidak mungkin diketahui oleh Darrel, dan aku yakin, dia pasti kesulitan untuk mendeskripsikannya.
“Pegang tanganku dengan erat-erat Sabrina! Aku sedang berkonsentrasi sekarang ini!” Balas Darrel kepadaku, dia memejamkan matanya, seperti benar-benar berusaha untuk berkonsentrasi. Aku, sedang memikirkan Connor sekarang. Sosok yang bahkan telah ditelan oleh dunia ini bulat-bulat. Aku akan percaya kepada Darrel kalau dia adalah seorang cenayang jika dia bisa mendeskripsikan Connor.”
“Hidungnya mancung, rambutnya pirang dan juga cepak, memakai sebuah baju Trench Coat, dia bertemu denganmu saat kau berada... Ahh!!!” Teriak Darrel dengan keras, saat dia sedang berkonsentrasi. Aku tak tahu apa yang terjadi, tapi tanganku terasa panas sekarang, aku tak tahu apa yang terjadi. “Sabrina, kau memikirkan Connor bukan sekarang?”
Benar-benar ajaib, Darrel menebak apa yang ada di dalam pikiranku dengan tepat.
Namun, reaksi aneh terjadi kepada Darrel, alih-alih tersenyum karena tebakannya benar, dia malah bermuka cemberut dengan mukanya yang terlihat kesal. Dia pun berdiri dari kursinya, mengucapkan sesuatu kepadaku sekarang. “Maaf Sabrina, sepertinya aku harus pergi sekarang. Sekali lagi, aku minta maaf”.
Darrel, meninggalkanku begitu saja di tempat ini, membuatku bingung setengah mati karena dia juga tidak menjelaskan apa pun kepadaku tentang apa yang terjadi dengannya.