Nama-nama yang diberikan Pak Bos kepadaku adalah nama-nama perusahaan yang benar-benar terkenal di Sourbay ini. Hampir semuanya, adalah perusahaan yang menjadi pemimpin di masing-masing industri yang telah mereka tekuni. Mungkin, selama puluhan tahun setelah mereka memenangkan pasar dan juga pembagian pasar. Perusahaan-perusahaan ini dijuluki sebagai raksasa di dunia bisnis.
Lebih tepatnya, ada 3 perusahaan yang benar-benar membuatku bergidik ngeri, karena aku mungkin tidak akan pernah bisa memenangkan negosiasi kepada perusahaan-perusahaan itu nantinya meskipun sebrilian dan juga secerdas apa pun aku mencobanya, kemampuan sumber daya yang mereka miliki mungkin akan menganggap perusahaanku sebagai remahan roti tak memiliki arti di dalam hidup mereka nantinya.
Di mulai dari Maskito Group, perusahaan yang bergerak di bidang elektronik baik untuk konsumen ataupun juga untuk bisnis lainnya. Mereka merupakan raksasa yang hampir menguasai seluruh lini produk elektronik mereka yang sangat terkenal dan bahkan namanya saja sudah sangat mudah untuk didengar oleh terika masyarakat. Tidak mungkin tidak ada yang menggunakan perusahaan mereka.
Sumber daya yang mereka miliki benar-benar di atas rata-rata perusahaan lainnya. Aku mendengar sebuah rumor kalau pekerja mereka mampu melakukan sesuatu yang sangat produktif dalam kurun waktu yang benar-benar singkat dan juga cepat untuk memperoleh banyak hasil secara sekaligus. Mereka sudah berkali-kali mendapatkan penghargaan sebagai perusahaan terbaik di Indonesia ini.
Rumor selanjutnya yang aku pernah dengar tentang mereka adalah mereka baru-baru ini menjalin kerja sama dengan raksasa teknologi perusahaan asal jepang, dan akan meluncurkan produk mereka yang benar-benar canggih melebihi produk yang ada di pasaran sekarang. Aku tidak tahu apakah rumor itu nyata, namun itu akan sangat berbahaya bagi perusahaan elektronik yang lain.
Aku tidak tahu, apakah penawaranku terhadap mereka akan benar-benar berguna nantinya, karena mereka mungkin akan sudah mendapatkan partner mereka, dan fokus untuk menuju tujuan yang benar-benar akan sulit dicapai jika rumor itu memang benar-benar nyata adanya. Aku tak tahu apakah aku akan masih berusaha untuk mengejar dan mengulik mereka nantinya.
Perusahaan selanjutnya adalah Kalibatu Cahaya. Perusahaan yang bergerak di bidang mineral dan juga energi, dan paling dahsyatnya lagi, mereka adalah perusahaan yang dimiliki oleh swasta. Jika biasanya perusahaan yang bergerak di bidang-bidang seperti itu akan dipegang oleh negara, pemilik dari perusahaan ini sangat kaya sampai bisa melampaui kekayaan yang dimiliki oleh Negara itu sendiri.
Aku tak tahu seberapa banyak kekayaan yang dimiliki oleh sang pemilik, namun menurut rumor yang beredar, dan juga sosial media pribadinya, dia tak pernah terlihat untuk menetap di satu tempat. Dia selalu berpindah-pindah ke banyak kota, negara dan yang lain-lainnya. Entah untuk tujuan berlibur atau dia memang sedang melakukan perjalanan bisnis di sana.
Tapi banyak sekali orang-orang yang menjadikan pemilik dari perusahaan ini sebagai panutan utama mereka, sosok yang mereka idolakan. Dan aku yakin bahwa banyak yang pengikutnya tidak tahu kalau mereka semua tidak benar-benar kaya dari usaha diri mereka sendiri. Akan ada selalu faktor yang mendorong mereka untuk maju dan juga membuatnya menjadi sangat kaya raya seperti sekarang.
Aku tidak tahu, jika aku mencoba mengerahkan proposal penyelesaian pengakuisisian kepada sekretaris.
Atau orang-orang yang ada di kantornya maka mereka akan menerimaku dengan baik-baik, atau meludahiku dengan air ludah yang manis dan asam milik mereka. Aku, masih terlalu takut untuk mencoba membuat mereka benar-benar ingin bergabung untuk membeli lot dari perusahaanku.
Dan yang terakhir, perusahaan yang benar-benar berada di angan-angan dan juga langit para perusahaan lain di Indonesia sekarang, adalah perusahaan Anjasmoro Group. Perusahaan yang memegang banyak sekali lini divisi industri dan juga puluhan anak perusahaan. Memandang mereka seperti memandang burung yang terbang bebas di langit membuat imajinasi menyala apakah kita bisa seperti mereka.
Jika aku bisa mendapatkan Anjasmoro Group untuk membeli saham kepemilikan di perusahaanku, mungkin aku tidak akan disanjung lagi sebagai seorang pahlawan. Mungkin, jabatanku akan dinaikkan 3 atau 4 kali lipat melebihi jabatan pak bos yang dia sedang duduki sekarang. Aku, tak bisa berkata-kata hal lain selain membayangkan jika memang kejadian seperti itu akan benar-benar terjadi kepadaku.
Tapi tentu saja, layaknya sebuah imajinasi dan juga halusinasi, menganggap mereka benar-benar ingin untuk berinvestasi kepada kami sebenarnya seperti menyuruh burung untuk berlari kedua kakinya. Mereka bisa melakukan hal lain yang lebih efektif dan juga terjangkau untuk mencapai tujuan dibandingkan harus menguras biaya cukup dalam membeli kepemilikan saham
Hal ini benar-benar sangat menguras tenaga dan juga imajinasiku sampai-sampai kepalaku terasa berat sekaligus pening sekarang memikirkan hal-hal yang tampak tak masuk akal di sana. Mungkin memang benar, aku tidak seharusnya memikirkan ini semua secara berlebihan, mungkin, aku harus melakukan ini semua dengan santai seperti sungai yang mengalir di alurnya tanpa membuat beban.
Otak dan juga harapanku sangat realistis sekarang, di satu sisi aku memiliki harapan yang tinggi, di satu sisi aku juga sadar kalau aku tidak mungkin bisa mendapatkan semua yang akan aku mau. Segala sesuatu di dunia ini memiliki konsekuensi, dan mungkin aku akan gagal untuk menempuhnya hanya karena aku terlalu lelah untuk memikirkan semua itu.
***
Aku sekarang duduk di sebuah kafe, agak jauh dari tempat kantor berada. Dan juga kafe ini sedang sangat ramai sekarang, walaupun juga tidak berada dalam jam kerja. Banyak sekali, orang yang sepertiku berusaha untuk mendapatkan ketenangan malah berakhir mendapatkan kebisingan yang membuat kerjaku menjadi semakin tidak beraturan dan tidak fokus sekarang ini.
Mungkin, pikiran semua orang sama sepertiku, keluar dari kantor mereka dan berharap mendapatkan lingkungan yang lebih tentram dan juga damai untuk bekerja, di tempat ini. Hanya saja, pikiran dan keinginan semua orang itu menuju ke arah dan juga jalan yang sama. Menuju ke kantor ini sekarang. Mungkin, akulah yang telah salah memilih tempat.
Aku sudah memesan makanan dan juga minuman semenjak 30 menit yang lalu. Hanya saja, karena terlalu ramai pengunjung dan juga pembeli, tidak ada satu pesananku yang diantarkan terlebih dahulu. Padahal, pesananku hanyalah pesanan biasa yang selalu ada di setiap kafe. Sebuah kopi panas dan juga pancake setengah loyang. Aku tidak tahu mengapa begitu lama bagi mereka untuk menyajikanku kedua menu itu.
Untungnya, aku telah berusaha untuk membawa bekal untuk diriku sendiri sekarang, sebuah tumblr berisi teh hangat dan juga roti tawar ditawari meses coklat. Aku memakannya semenjak tadi, sambil menunggu makanan dari restoran ini datang kepadaku. Aku sebenarnya selalu membawa bekal kemana-mana aku pergi, sebagai jaga-jaga. Dan sekarang, aku benar-benar membutuhkannya.
Sebelumnya, aku sudah bilang kepada Wulan, kalau aku tidak bisa untuk berada di kantor karena pekerjaan ini membuatku ingin memfokuskan pikiran dan juga ketenanganku sekarang. Aku tidak ingin diganggu ataupun juga fokusku teralihkan karena ini. Aku masih ingin mencoba untuk membuktikan kepada Pak Bos kalau aku akan bisa melakukan tugas yang dia embankan kepadaku dengan baik nanti.
Itu, sebelumnya. Tapi saat melihat tempat ini sangat padat merayap seperti jalur tol di jam sore hari bersamaan dengan orang pulang kantor membuatku ingin pindah dari tempat ini secepatnya. Mencari tempat atau kafe lain yang lebih tenang dan syahdu. Dan mungkin, aku akan berpindah tempat ke kafe yang lain setelah aku mendapatkan makananku. Aku tidak bisa pergi begitu saja setelah aku membayar.
Dan sialnya, tidak ada tanda-tanda kapan pesananku ini akan datang kepadaku. Aku tak tahu kapan pesananku itu akan datang karena mereka juga tidak memberikan daftar antrian kepadaku. Yang bisa kulakukan hanyalah mencoba untuk menunggu dengan sabar akan datangnya keajaiban dan juga kedatangan dari pelayan yang sedang sibuk mengurus di konter itu.
Bukan maksudku untuk membuat mereka tergesa-gesa ataupun juga membuat mereka untuk bekerja tidak sesuai apa yang mereka bisa lakukan, hanya saja aku tidak mendapatkan hakku sepenuhnya di sini. Aku merasa seperti orang yang tengah dialihkan ataupun juga di sepelekan karena jumlah pesanan yang kecil, tidak seperti orang-orang yang lainnya memesan makanan dengan jumlah yang sangat besar dan masif.
Tiba-tiba, seorang pria dengan rambut pirang sepanjang bahu berwajah tampan berdiri di tempatku duduk sekarang, dia memakai pakaian yang sangat sederhana, sebuah kemeja dan juga celana kargo, seperti sedang bersantai. Aku mengira, kalau dia adalah seorang bule, bukan orang Indonesia karena perawakannya yang benar-benar terlihat seperti orang asing. Namun aku kaget saat dia bicara kepadaku.
“Ehh... maaf bila saya mengganggu apa pun yang Anda kerjakan saat ini. Tapi apakah saya bisa duduk di sini sekarang?” tanya pria itu kepadaku. Dia merupakan pria yang sangat tampan, dan entah kenapa wajahnya sangat familiar di ingatan dan juga kepalaku. Hidungnya yang mencung beserta dagu tegas membawa kesan kalau dia benar-benar pria yang sering diincar banyak sekali wanita.
Aku menengok ke depan, bawah, samping, dan sekitar semua bangku yang ada di sini. Aku melihat kalau memang semua kursi di duduk ini penuh dengan sesak, hanya kursiku sajalah yang masih tersisa untuk diduduki satu orang lagi sekarang. Karena merasa tidak enak, aku pun mempersilahkan pria tampan itu untuk duduk di depanku. “Baik, silahkan duduk. Tidak apa-apa kok, tidak usah sungkan.”
Dia pun duduk, hanya bengong di sana sambil melihat ke sekitar. Dia mungkin sedang menunggu pesanan sama sepertiku, namun aku tak tahu kenapa dia mengantri untuk tempat yang seramai ini saat masuk ke dalam kafe. Apakah memang tempat ini seenak itu sampai orang-orang rela mengantri untuk mendapatkan makanan mereka? Aku sendiri baru pertama kali berada di sini, hanya melihat ulasan orang.
Situasi menjadi canggung diantara kami berdua, karena di sekitaran suasana yang sangat ramai, hanya bangku kami berdua lah yang benar-benar sepi, tidak ada pembicaraan sama sekali. Aku memang, mencoba untuk tetap melihat ke layar komputer, sesekali melirik ke arahnya untuk sekedar melihat wajah tampannya. Aku tak tahu kapan situasi canggung seperti ini akan terus berlangsung.
Hingga akhirnya, dia pun mencoba untuk membuka obrolan kepadaku, sebuah obrolan basa-basi pada umumnya. “Ehh,, mbak, apakah Anda sedang bekerja di laptop itu? Apakah Anda tidak terganggu dengan kebisingan sekarang?” Tanyanya kepadaku. Walaupun sebenarnya dengan dia bertanya seperti itu juga malah menggangguku untuk bekerja dengan anggapannya sekarang.
“Ya, aku sedang bekerja sekarang ini. Namun bukan perkara yang benar-benar penting kok. Hanya pekerjaan yang cukup remeh temeh,” ucapku berbohong padanya. Padahal, aku tahu kalau pekerjaan ini sama seperti ini mengadu nasib hidup dan mati sekarang. “Tapi, aku memang berencana untuk pergi setelah aku mendapatkan makananku. Aku tak bisa berada dalam kebisingan terlalu lama sekarang ini.”
“Kenapa kau buru-buru pergi? Apakah kau belum pernah ke tempat ini sebelumnya?” tanya pria itu kepadaku, seperti mempertanyakan keputusanku yang terasa salah dan juga aneh di matanya. Aku, tak melihat adanya keanehan di dalam keputusanku, aku juga tidak tahu kenapa dia beranggapan begitu kepadaku. “Memangnya kenapa? Apa yang spesial dari kafe ini?”
Dia pun tersenyum, dengan manis dan juga sangat tampan, seperti ingin menceritakanku sesuatu yang sangat membuatnya suka tentang tempat ini sekarang. “Mungkin kau memang tak pernah berada di tempat ini. Namun jika kau pergi, maka kau akan melewatkan kesempatan terbaik di hidupmu yang akan kau sesali seumur hidup nantinya!” Ucap Pria itu, mengatakannya dengan sangat menggebu-gebu.
“Aku tak tahu, darimana kau mendapatkan informasi tentang tempat ini, namun tempat ini adalah tempat terbaik yang bisa menyajikan pancake mereka untuk sarapan. Aku sudah berkeliling ke banyak tempat, dan hanya disinilah tempat dimana Pancake dimasak dengan penuh rasa cinta dan kasih sayang. Hanya saja, kelezatannya tak akan berguna jika kamu memakannya di luar atau dalam perjalanan. Tempat ini, kata-kata manis apa ya yang baik bisa kugambarkan, lebih tepatnya, memiliki suasana yang benar-benar sempurna untuk sebuah pancake hangat. Kata-kata kasarnya mungkin penglaris.” Balasnya panjang lebar.
Dari kata-katanya, dia memang sepertinya mengucapkan tentang perusahaan ini dengan setulus hati. Hanya saja, caranya mengatakan terasa seperti sales atau orang-orang yang mempromosikan kafe ini ke orang-orang di depan umum. Aku tak tahu kenapa dia bisa sangat suka dengan pancake di sini, hanya saja aku juga tak bisa tahu kenapa dia benar-benar terlihat sangat suka..
Satu-satunya caraku membuktikan apakah perkataannya adalah sesuatu yang benar dan sebuah kenyataan hanya dengan mencicipinya secara langsung. Aku, ingin mencoba seberapa legendaris pancake yang ada di kafe ini. Walaupun memang baru kali ini aku pernah memakan makanan orang-orang barat yang tidak pernah untuk sesuai dengan seleraku. Melihat pria ini mengatakannya dengan penuh b*******h membuatku semakin penasaran.
“Ah iya, dimana sopan santunku. Perkenalkan, namaku Darrel!” Pria itu mengulurkan tangannya kepadaku, ingin menjabat tanganku. Mencoba untuk membalas sikapnya dengan sopan, aku pun membalas jabat tangan pria itu di sana. “Aku Sabrina, salam kenal ya.”
“Hmm... Sabrina, darimana aku mendengar nama itu ya? Tapi Sabrina, kau tampak cantik hari ini”.