Bab 27 Special Chapter: His Side 100% (1)

1294 Kata
Beberapa minggu sebelum kontrak Wataru dan Misaki dibuat.... Lelaki itu berdiri dengan tampang kesal di sisi tempat tidur. Ia hanya memakai celana panjang hitam dan tubuh bagian atasnya terekspos tanpa sehelai benang pun. Matanya tertuju pada tablet di tangannya. Di layar terpampang grafik pergerakan saham hari itu. Meski saham yang dibelinya sebulan lalu hampir bangkrut kini  bernilai ratusan ribu dollar sesuai prediksinya, namun suasana hatinya sangat tidak menyenangkan. Ekspresi wajahnya berubah muram dan gelap. Pikirannya penuh dengan berbagai macam skenario yang dibencinya. "Merepotkan saja." Komentarnya saat matanya berganti dari tablet ke pesan LIME di ponsel pribadinya. Ia melempar dua gadget itu ke atas kasur dengan ogah-ogahan. "Apa yang merepotkan, Wataru-kun? Apa aku yang merepotkan?" sebuah tangan halus dan putih meraih pinggang lelaki itu dari balik selimut putih nan empuk. "Ah. Bukan apa-apa. Bukan kamu, sayang." Tangannya meraih dagu sang wanita dan mengecup bibirnya dengan lembut. "Apakah masalah pekerjaan lagi?" "Kurang lebih begitu." Wanita itu pura-pura sok ngambek, ia meraih ponsel dan tablet Wataru dan menyingkirkannya dari atas tempat tidur ukuran super besar nan mewah ke meja kecil di sampingnya. "Kau nakal sekali, ya. Apa semalam belum cukup aku menghukummu?" Wataru mengecup pundak sang wanita dan disambut dengan lenguhan. "Wataru~ apa aku tak bisa jadi satu-satunya untukmu?" matanya mulai berbinar meminta perhatian. "Aya… kau tahu itu mustahil, kan?" nada suaranya berubah mengancam, sorot matanya mengerikan, dan berubah lembut dalam sekejap. Senyum kecil tersungging di wajahnya. "Jika ada perempuan yang meminta seperti itu sambil merengek, aku akan meninggalkannya selamanya. Jangan bicara seperti itu lagi, ok? Aku benci itu. Tak sembarangan perempuan yang sama tidur lebih dari sekali denganku." Ia berbisik di telinga perempuan itu, lalu menggigit daun telinganya, pelan penuh kasih sayang. "Baik. Maafkan aku…" Raut wajah perempuan itu sedikit kesal, tapi lebih baik tak memprovokasi lelaki mengagumkan itu dan kehilangan kehangatannya. Toh, dirinya sedikit merasa tinggi dan istimewa mendengar pengakuan itu. Tangannya mulai sibuk mengelus lembut kulit punggung sang pasangan dan menikmati momen menggairahkan itu. "Apa kau mau satu ronde lagi?" matanya yang jenaka menatap genit pada perempuan yang kini tampak kurang puas itu. Dengan anggukan cepat, Aya berubah ceria dan bersemangat. "Nah… Ini baru cewekku." Senyum nakalnya memikat hati Aya detik itu juga. Aya adalah seorang wanita cantik dengan tubuh semampai, rambutnya cokelat panjang sepinggang. Pekerjaannya adalah asisten pribadi sementara lelaki itu. Memang sangat berisiko main dengan bos sendiri, tapi lelaki itu penuh dengan tantangan dan membuat darah perempuan itu berdesir hebat dibandingkan dengan tunangannya yang kini telah bersamanya selama dua tahun. Wataru merebahkan tubuh Aya secara perlahan, mulai membelai sepanjang kontur wajah sang wanita penuh perasaan. Ciuman-ciuman kecil pun mendarat di wajah dan leher wanita itu. "Wataru-kun~ Mainnya agak kasar, yuk!" sarannya seraya menggigit bibir bawahnya, matanya terlihat sayu. Kedua tangan lentiknya membelai  d a d a  bidang kekasih gelap idamannya itu. Senyum licik dan bengis Wataru terlintas sekejap, lalu berganti dengan tatapan garang nan liar penuh nafsu. *** Sepuntung rokok tipis menghiasi bibirnya. Di tangan satu, minuman mahal digenggamnya agak gelisah. Lelaki tajir nan rupawan itu mengenakan jubah mandi flanel warna hitam, terlihat sangat mewah dan elegan. Wajah dan gaya lelaki itu membuatnya seperti model yang hendak melakukan pemotretan saja dengan rambut basah menggodanya. Satu ronde tambahan setengah jam lalu tidak membuat hati Wataru menjadi lebih baik. Padahal perempuan itu mainnya sangat bagus dan membuat nafsunya bergejolak hebat hingga org*sme berkali-kali. Ia mengernyitkan kening. Hatinya merasa tak nyaman. Sang trader* muda genius membuang rokok ke tempat sampah terdekat, lalu meneguk minuman sampai habis. Gelas kosong diletakkan di tembok pagar balkon begitu saja, tak peduli mau jatuh atau tidak. Kedua tangannya dijalin di depan dagu, siku-sikunya bertumpu pada susuran pagar balkon. Pikirannya masih terganggu dengan pesan yang diterimanya kemarin sore. Reuni kampus. Sembari mencari solusi atas masalahnya, matanya sibuk mengamati pengunjung kolam renang dari lantai sepuluh salah satu hotel bintang lima paling megah di Dubai. Hotel yang selalu dipesannya saat berkunjung ke kota tersebut. Harga kamar per malamnya bisa ditaksir lebih dari ratusan ribu sampai jutaan dollar, dan mereka di sana sudah berada selama seminggu penuh setelah plesiran kapal pesiar super mewah ke Eropa. Semua hal mewah dan membutakan mata siapapun itu tak bisa membuatnya tenang sedikitpun semenjak undangan resmi reuni dikirim ke kantornya. Teman sekampusnya pun sampai menerornya dengan foto-foto wanita cantik angkatan mereka agar hadir di acara itu demi kesenangan dan popularitas semata. Sebenarnya, tanpa diprovokasi seperti itu pun. Ia mau tak mau  harus hadir demi suatu alasan penting dan besar. Sayangnya, Ia benci bertemu para penjilat dan pembohong yang dikumpulkan dalam satu ruangan. Jika saja ia tak punya tujuan khusus itu, ia tak akan mau menghadiri reuni tahun ini. Malas sekali melihat wajah-wajah serakah mereka, lebih mending ke klub saja melihat wajah-wajah cantik nan segar kesukaannya. Pada acara reuni tahun lalu, banyak dari kaum adam mengemis perhatian Wataru dengan menawarkan perempuan-perempuan cantik dan seksi, tapi ditolaknya. Wataru lebih suka berburu, tidak disiapkan mangsa. Itu adalah kode etiknya sebagai pemain. Di sisi lain, perempuan-perempuan seangkatannya tanpa malu-malu ngiler melihat dirinya dengan kekuasaan yang berada dalam genggamannya. Mereka mencoba menggodanya menggunakan berbagai macam cara, tapi sejauh ini belum ada yang berhasil. Bisa saja ia meniduri mereka semua, tapi ia tahu bahwa sedikit sekali dari mereka yang bisa menarik perhatiannya. Itu pun mesti dipikir-pikir ulang karena sudah meniduri diantaranya beberapa tahun lalu sebelum ketahuan bahwa ia dewa bisnis baru dari asia timur. Cap playboynya memang lebih identik dengan sosok Toshio Wataru yang bisa mengajak wanita mana saja untuk masuk ke apartemen kecilnya, tapi sebagai Miyamoto Wataru ia tak sembarangan mengajak perempuan naik ke tempat tidurnya dan bersenang-senang menikmati fasilitas mewah dan mahal yang disiapkan lelaki tajir melintir bak pangeran impian itu. Aya, perempuan yang sangat beruntung kali ini. Sudah sebulan ia mengenalnya dan ia sangat suka dengan tubuh dan daya tahan pasangan tak terikatnya itu. Mereka bahkan melakukan perjalanan dengan kapal pesiar, mengelilingi eropa selama seminggu hanya untuk sekedar bersenang-senang atas nama nafsu. Perbuatan yang sungguh tercela dan kotor bagi sebagian orang. Tapi, Wataru tak peduli dengan pendapat orang lain. Ia senang, partnernya senang. Apa yang salah? Tak ada kerugian dari kedua belah pihak. Perempuan yang tidur dengannya, jika bukan karena tampangnya sebagai Toshio Wataru, pasti karena status keluarganya sebagai Miyamoto Wataru. Jadi, kenapa ia tak mengambil keuntungan untuk dirinya juga? Tak ada yang benar-benar serius padanya. Toh, mereka juga hiburan buatnya semata. Tak butuh cinta dari kencan singkat semacam itu. Ia sudah muak dengan yang namanya cinta. Sangat membosankan, tak menantang seperti yang ia lakukan sebagai pemain alias playboy dengan kehidupan ganda. Ia berbalik memandang Aya yang tertidur lelap. Ronde tambahan tadi benar-benar membuat asisten sementaranya itu kelimpungan dan lelah bukan main dengan permainan kasar menantangnya. "Cantik, sih. Tapi bukan tipeku. Lama-lama bosan juga lihat tampangnya. Kandidat yang tak cocok. Manja seperti yang lain." Katanya cuek, lirikan matanya dingin tak berperasaan. Ia menegakkan badan, meraih ponsel, lalu menggulir daftar nama-nama wanita yang ada di kontaknya. Itu telepon khusus untuk 'ekstrakurikuler' favoritnya. Di daftar kontak itu ada sekitar dua ribu nama wanita dan sudah dihapusnya sekitar seribu lebih nama bulan lalu. Baginya, daftar kontak itu tidak lain adalah menu ala carte yang siap sedia dipilihnya kapan saja ia butuh dan mau. Daftar nama itu diperolehnya sejak ia memulai perburuan pertamanya. Semuanya diberikan sukarela oleh mereka, bukan karena ia yang meminta. Kendatipun mereka tahu bahwa ia seorang pemain, tetap saja mereka senang bukan kepalang jika diajak olehnya. Pusing dengan deretan nama yang tak dihafalnya dan tak ingat siapa mereka satu per satu, ia melempar ponselnya ke handuk di atas kursi pantai. "Aku butuh solusi lain." Tatapan matanya tajam lurus ke depan. *** -----------    Note *Trader adalah seseorang yang berdagang di pasar valuta asing atau pasar saham. Trader menyelesaikan operasi perdagangannya dengan menggunakan dana mereka sendiri (termasuk leverage) atau dengan menggunakan dana investor yang telah dialokasikan sebagai dana kelolaan. Sumber: alpari-finance.com
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN