MR 14. Cacciatore

2086 Kata
Suara letusan pistol Salvador terdengar ke penjuru kediaman. Bagi sebagian orang, apa yang dilakukan Salvador sangat ekstrim, tetapi bagi yang lainnya, itu hal biasa. Clara dan Gabriella, kedua wanita itu terpekik seraya terjengkit lalu berpelukan gemetaran. Sementara Lorena bereaksi biasa saja. Pelayan rumah mematung, sementara para juru masak tidak berani bergerak atau bersuara karena anak buah Salvador berjaga di sekitar mereka. Coraima pingsan dan terluka, lekas diangkat Benicio dan dibawanya ke dalam rumah. Tetesan darah dari tangan Coraima berceceran di lantai. Ia membaringkan Coraima di kamar lalu bergegas menghubungi Dokter Guinan agar datang secepatnya. Salvador melihat hal itu, tetapi tidak ada waktu baginya mencemaskan Coraima. Lagi pula, wanita itu harus membiasakan diri dengan kehidupannya sehari-hari. Ia akan menempa Coraima agar lebih kuat. Pasangan Almos berujar lirih, "Ya Tuhan ...." Itu suatu pertanda bagi mereka agar jangan macam-macam pada Salvador Torres. Luis Fernando dan Marimar berpegangan tangan erat, bergeming dari posisi duduk mereka. Anak buah Sergio terpicu oleh kejadian itu. Mereka berdiri serempak, dan mengeluarkan pistol, tetapi tidak bisa mengokang karena anak buah Salvador muncul mengelilingi dan setiap orangnya memegang senjata api. Paloma terjengkit lalu mendempet ke Jeronimo. Dahi Jeronimo mengernyit. Ia mendelik curiga ke arah Coraima dibawa pergi. Apakah ini alasan Salvador nantinya mempekerjakan wanita itu sebagai chefnya yang baru? Sergio mengelap sedikit percikan darah Chef Emanuel di wajahnya, lalu tersengih. "Heh, Anda benar-benar penuh kejutan, Tuan Torres. Anda tidak suka juru masak Anda dapat pujian atau apa? Saya tidak akan merekrutnya jika itu yang Anda khawatirkan," gumamnya. Salvador duduk lagi ke kursinya sambil menyimpan pistol ke balik jas. "Ini masalah pribadi, Tuan Montenegro. Yang jelas saya tidak suka ada orang yang merasa lebih berkuasa di rumah saya sendiri." Dua anak buahnya menyeret jasad Chef Emanuel menjauh. Sergio mangut-mangut. Cukup memahami alasan Salvador. Ia pun akan melakukan hal yang sama jika ada orang seperti itu, hanya saja, mungkin tidak di saat ada tamu. Sangat mungkin Salvador ingin membuat pernyataan bahwa berbisnis dengannya sama dengan menandatangani perjanjian kematian. Jeronimo yang mendesaknya. "Sal, jangan bermain misteri. Chef Emanuel sudah 2 tahun jadi chefmu. Jika ia salah kau bisa memecatnya, tidak perlu sampai membunuhnya." Salvador mendelik tajam. "Ayah, kau tahu aku, bagiku kesalahan sepele ibarat fenomena gunung es. Dia melakukan sesuatu yang lebih buruk di belakangku." Jeronimo lama tidak memantau pekerjaan orang-orangnya karena sudah nyaman ada Salvador yang mengurus semuanya. Namun, semenjak perselingkuhan Esmeralda dan Godfreido ketahuan, tindakan Salvador mengundang intrik. Bisa saja setelah Godfreido, Salvador lebih mewanti-wanti diri agar tidak lengah pada siapa pun. Salvador menatap bergantian Sergio dan pasangan Almos lalu menyengir santai seolah tidak terjadi apa pun. "Saya harap kematian Chef Emanuel tadi tidak mengganggu selera makan kalian." Ia mengangkat gelas sampanyenya. "Ayo kita lanjut makan. Kita harus menghargai jerih payah Chef Emanuel yang menyajikan hidangan terbaik di penghujung hayatnya. Huaahahha ...." Marimar dan Luis Fernando memaksakan diri tersenyum seraya bersulang bersama Salvador, sementara Sergio tersenyum tipis dan turut bersulang. "Untungnya tadi saya sempat mengucapkan terima kasih," kata Sergio. "Senang berbisnis dengan orang yang tidak bertele-tele seperti Anda, Tuan Torres. Huahaha ...." Sergio dan Salvador tertawa bersama, sementara Luis Fernando dan Marimar tidak bisa tertawa. Wajah mereka tersenyum kaku lalu lekas- lekas menenggak sampanye. Hati mereka berbicara bahwa apa pun yang mereka rencanakan dengan Salvador nanti tidak boleh ada kesalahan atau mereka akan berakhir seperti Chef Emanuel. Tidak. Mereka tidak ingin seperti itu. Mereka ingin menemukan putri mereka dulu dan memberikan apa yang tidak bisa mereka berikan dalam hidup anak itu. Makan siang berlanjut seakan sebuah pesta perayaan. Mereka melupakan kematian Chef Emanuel. Tidak akan ada yang melaporkan kematian pria itu karena mereka semua tidak ingin mati sia-sia di tangan suruhan Salvador Torres. Di kolam renang, Sergio bersenang-senang didampingi dua wanita cantik Clara dan Gabriella, sementara Salvador didampingi Lorena. Marimar dan Luis Fernando duduk di kursi santai berdampingan dengan Jeronimo dan Paloma. Pasangan Almos dan Paloma berlagak seperti kenalan baru, padahal mereka tahu masa lalu masing-masing. Paloma tidak ingin dikaitkan dengan dua penipu itu, karena di masa lalu saat di Roquetes de Mar, mereka menggondol uang kasino milik gangster Os Barbarosa, gangster yang berkuasa sebelum Roquetes de Mar kebakaran. Nama mereka dulu adalah Maria Marcedes dan Jorge Luis. Penipu tersebut menjadi orang yang paling dicari Os Barbarosa. Kematian Ketua Barbarosa saat kebakaran itu adalah titik kebangkitan Jeronimo Torres yang membawa kesuksesan hingga sekarang. Selentingan spekulasi menyebutkan bahwa Jeronimo menggunakan kebakaran itu untuk menutupi pembunuhan yang dilakukannya pada Barbarosa. Kebakaran itu mengubah hidup banyak orang. Ada yang menemukan kehidupan baru, ada juga yang kehilangan. Saat itu Jeronimo kehilangan istri pertamanya, ibu Esmeralda. Entah seperti apa kejadian sebenarnya, tidak ada yang tahu. Jeronimo sangat tidak suka jika kejadian 17 tahun lalu itu diungkit-ungkit. Luis Fernando menjelaskan konsep bisnisnya karena Jeronimo bertanya. Investasi crypto atau cryptocurrency adalah jenis investasi yang menawarkan pengembalian tinggi/high return. Cryptocurrency sendiri adalah mata uang digital yang hanya ada dan bisa digunakan di dunia maya. Investasi kripto, khususnya bitcoin diperkenalkan pertama kali oleh Satoshi Nakamoto pada Januari 2009. Digunakan untuk berbagai transaksi, seperti pembelian jasa game dan aksesorisnya sampai berbelanja hal lain seperti barang untuk dipakai. Dari situ, jual beli menggunakan mata uang kripto makin marak dan populer hingga muncul uang kripto lainnya. Selain bitcoin yang sangat populer, contoh mata uang kripto lainnya adalah ethereum, ripple, litecoin, dogecoin, mrai, dashcoin, dan sebagainya. Untuk mendapatkan mata uang kripto, tidak harus memiliki uang. Cukup memiliki akun dan membuat dompet kripto. Selanjutnya mata uang bisa ditambang dalam game yang memiliki kerja sama dengan penyedia uang kripto. Makanya anak muda sekarang bisa mendapatkan penghasilan dengan main game dan melakukan jual beli aksesoris game atau barang NFT (Non fungible Token) lainnya. Investasi ini bisa dilakukan perorangan, tidak perlu broker seperti bursa saham. "Kita menciptakan kecanduan jenis baru, --dalam arti positif-- membuat orang lebih produktif hanya dengan ponsel dan dikerjakan dari rumah mereka." Jeronimo malah merutuk. "Sungguh gila! Jadi, mereka tidak melakukan apa pun dan mendapatkan uang?" "Hmm, tidak seperti itu. Mereka juga saling bunuh dan memperebutkan lembah pertambangan, di dunia game. Jadi, menghasilkan mata uang kripto tidak ada emisi, pencemaran lingkungan, ataupun merusak alam. Semuanya dilakukan secara virtual." Jeronimo menoleh ke arah lain, saking tidak bisa menalarnya. Paloma yang bersandar padanya berusaha menghibur. "Aku rasa itu lahan bisnis untuk anak generasi masa kini, sayang. Semua serba digital dan bisnis kartel mungkin akan ketinggalan zaman. Aku yakin Salvador sudah memikirkannya. Mari kita duduk dan menonton mereka." Luis Fernando lalu berbicara perlahan seraya melirik Sergio dan Salvador yang asyik bermesraan dengan gadis mereka. "Saya rasa Tuan Salvador akan mengajak Tuan Sergio juga dalam bisnis ini. Bayangkan jika permainan sepakbola, formula 1 dan Moto GP dilakukan secara virtual dan setiap orang bisa berinvestasi di dalamnya. Berapa duit yang mereka hasilkan per transaksi?" Jeronimo seolah terbuka pikirannya. Pandangannya menerawang dan komat kamit memaki. "Sialan!" Ia beralih menatap Paloma dan berseloroh, "Salvador benar- benar berpikir sejauh itu rupanya." Paloma semringah. "Sudah kubilang, Salvador tahu betul apa yang dilakukannya. Ia mungkin tidak sekolah, tetapi soal bisnis, otaknya tidak kalah dari orang-orang pintar lainnya." Paloma lalu bergumam merenung. "Soal Chef Emanuel, aku rasa ia punya alasan kuat melakukan itu. Hanya saja Salvador tidak suka membicarakan te.tek bengek tindakannya." Jeronimo melirik sangsi. "Kau yakin itu bukan karena ia ingin perempuan bernama Coraima itu jadi chef di rumahnya? Setelah dia mengambil identitas Godfreido Reyes ...." Jeronimo lalu tidak jadi melanjutkan karena menyadari ada pasangan Almos di dekatnya. Suami istri itu langsung bertanya. "Godfreido Reyes? Pemilik jaringan Hotel Reyes, bukan? Kenapa dengannya?" Paloma segera menjawab, "Eh, itu, Salvador mengambil alih seluruh aset Reyes. Mereka ada hutang yang tidak sanggup dilunasi. Jadi, begitulah." Luis Fernando dan Marimar mangut-mangut saja, dan berpikir itu hal biasa dalam bisnis. Mungkin lebih baik begitu daripada mengumumkan bangkrut. Pesta pun berlanjut sampai malam. Jeronimo dan Paloma yang tertua memilih pulang duluan, ingin beristirahat di rumah mereka. Luis Fernando dan Marimar menyusul berpamitan. Mereka tinggal di apartemen di pusat kota. Sergio dan anak buahnya pulang membawa serta dua model penghiburnya. Sementara Salvador naik ke kamarnya bersama Lorena. Mereka bersanggama sampai Lorena puas dan tertidur pulas. Salvador tidak bisa tidur begitu saja, ia butuh es krim vanillanya. Sebelum tengah malam, ia meninggalkan ranjangnya, mengenakan jubah satin, membawa pistol dan kotak cerutu lalu keluar kamar. Ia pergi menuju kamar Coraima. Rumahnya sepi. Pelayan sudah di kamar mereka, penjaga berpatroli di luar, anak buah lainnya menyekap bawahan Chef Emanuel, mencuci otak mereka agar tidak berkata sepatah kata pun soal kematian chef mereka dan jika ada yang terlibat dengan kejahatan Chef Emanuel, mereka akan membunuhnya. Saat di dapur, Benicio ada di sana, sedang menenggak air es untuk melegakan diri. Salvador menghampirinya. "Bagaimana keadaan Coraima?" tanya Salvador. "Ia syok lagi dan ketika sadar langsung histeris. Dokter Guinan memberinya suntikan penenang. Ia tidur lelap sekarang. Tangannya terluka dan terkena anggur itu. Darah dan racun di dalam anggur bereaksi korosif sehingga lukanya melepuh. Untungnya racun tidak masuk ke aliran darahnya, dia akan baik-baik saja, tetapi tangannya harus dirawat sementara waktu." Salvador menyulut cerutu, mengembus asap pekat beberapa kali kemudian mendengkus mencemooh. "Hufh! Dua tahun ia bekerja di sini dan meraih kepercayaanku, hanya untuk menunggu momen ini di mana ia ingin membunuhku melalui makanan yang disajikannya. Dia menggunakan Coraima sebagai orang yang menyuguhkan racun untukku, sangat bagus sekali skenario Chef Emanuel." Benicio mengangguk. "Ya, dia mengenalinya sebagai istri Godfreido Reyes dan memanfaatkan hal itu. Ada baiknya anggur itu pecah, kita langsung tahu di mana dia menaruh racunnya." Salvador menggaruk- garuk dahi menggunakan moncong pistol sambil menggerutu, "Bah, Coraima pasti akan menyalahkanku lagi." "Perlihatkan saja cuplikan chat Chef Emanuel dengan orang klan Os Bezos. Aku yakin dia cukup pintar memahami apa yang mereka diskusikan." Wajah Salvador mengkerut sebal. "Kau tahu kenapa aku benci sekolah, Benicio? Karena aku benci essai. Menjelaskan bukan keahlianku." Termasuk menjelaskan bagaimana Salvador bisa mendapatkan informasi-informasi berupa jejak digital, entah rekaman suara, chat, transaksi keuangan dan sebagainya. Benicio heran Salvador yang tidak sekolah bisa menguasai kemampuan pembajak digital. Entah dia memang bisa atau ada seseorang yang membantunya. Namun, sebagai ajudan yang baik, ia diam saja. Juga mengenai kegilaan Salvador pada Coraima. Agaknya mengintimidasi wanita lemah menjadi kecanduan baru bagi Salvador. Benicio pun memilih menjauh ketika Salvador masuk ke kamar Coraima. Salvador berdiri di ambang pintu, memandangi Coraima. Kedua tangannya dibebat perban. Wajah tidur wanita itu yang sembab beserta sisa air mata di pipinya. Salvador merutuk dalam hati, kenapa perempuan ini mudah sekali menangis? Apa dalam matanya ada keran air? Atau kantong air matanya sangat besar sehingga menampung banyak suplai air mata? Ah, masa bodoh! Yang jelas ia tahu satu cara membuat Coraima bahagia. Membawanya ke klimaks percintaan. Salvador menutup rapat pintu di belakangnya lalu melangkah mendatangi Coraima. Ia mengeluarkan suntikan perangsang dari kotak cerutu dan menyuntikkannya di lengan wanita itu. "Ah!" Coraima terjengkit terbangun dari tidurnya dan tangan sempat menepis suntikan itu, tetapi obat sudah kadung masuk ke aliran darahnya. Coraima nanar menatap pria yang menaiki ranjangnya dan mulai menggerayanginya. "Aahh!" Gaunnya disibak dan renda satinnya ditarik hingga lolos di ujung kakinya. Dengan mudahnya pria itu memoloskan diri, lalu memasukinya bagai singa jantan menerkam seonggok daging mentah. "Kyaaah!" Suara pekikan Coraima di tengah malam sepi itu. Hatinya tidak menginginkan itu, tetapi tubuhnya mendamba hingga tergila-gila menjadi tunggangan Salvador. "Ss ... Sal ...." "Cora, ini aku, Cora. Aku datang padamu, sayang ...," geram Salvador. "Ah ...." Coraima mendesah lemah. Tubuhnya dihentak kuat dan cepat. Sekilas bayangan kematian Chef Emanuel seperti bunga tidur saja. Padahal chef itu senang dan mengakui pekerjaannya. Ia jadi bimbang itu nyata atau tidak. Apakah ia berhalusinasi lagi? Kenapa Salvador selalu menghancurkannya di saat ia mulai bisa bernapas lega? Kenapa ia tidak bisa mendapat ruang sejenak saja untuk menjadi dirinya sendiri? Apakah ia harus menjadi tubuh yang hidup tetapi jiwanya mati? Emosi yang campur aduk dan segala kemarahan terakumulasi dalam benaknya. Ia mengepalkan kedua tangan, tetapi terasa nyeri sehingga jemarinya gemetaran. Dengan kekuatan yang tidak seberapa ia berusaha memukuli Salvador yang hanya terasa bagai debaran- debaran tidak menentu di da.da Salvador. Mulutnya tertatih bicara. "Sss ... Sal ... Kkkau ... be ... reng ... sek!" Pria itu malah terkekeh. "Cora ... Oh, cora ... Ya, itu yang kutunggu darimu, sayang. Ayo, maki aku lagi. Ucapkan saja, teriakkan saja semuanya sepuas hatimu!" Coraima memantapkan niatnya di ujung tanduk hunjaman keperkasaan Salvador. Ya Tuhan, beri aku kekuatan. Demi Godfreido! Demi Chef Emanuel! Demi Mami dan Papi! Coraima berteriak, "Ss ... Sal va dor Torres! Kau ... ba ji ngan! Kkkau ... pembunuh! Aaaahhh!!! Aku ... benci ... kamu!" Teriakan berikutnya, makian yang semakin lancar meluncur. "Salvador Torres, kau bukan seorang penyelamat. Kau pembunuh berdarah dingin! Cacciatore!" Salvador malah tertawa keras yang membahana dalam kamar. "Ahahahahhaha!" Ia sangat senang dimaki Coraima. *** Bersambung ....
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN