blurb :
Icha sangat menyesal pergi liburan tahun baru di rumah Ua nya. Bagaimana tidak menyesal, di malam tahun baru, di saat semua orang tidak ada di rumah, hanya ada Icha dengan Kakak sepupunya, Evan. Icha... Icha malah di nodai oleh Kak Evan, kakak sepupunya yang pulang dalam keadaan mabuk malam itu.
Dan Icha semakin menyesal di saat ....
"Dokter... kalau boleh tahu saya sakit apa? Mual dan ingin muntah terus sejak 1 minggu yang lalu..."
"Anda tidak sakit, tidak ada penyakit apapun dalam tubuh anda , tapi anda tengah hamil saat ini, lebih tepatnya anda sedang hamil 5 minggu, Mbak Icha...."
Rasanya Icha ingin pingsan mendengar ucapan dokter di atas....
"Kak Evan.... Aku hamil, Kak. Hamil anak kakak. Apa yang harus Icha lakukan, Kak Evan?" Ucap Icha pilu, Icha yang sudah ada di kampungnya, sedangkan Kak Evan ada di kota...
****
Andai aku menurut sama ucapan mama, mungkin aku nggak akan berakhir dengan semengenaskan ini. Di perkosa oleh Kak Evan yang tidak lain adalah Kakak sepupuku, lalu sebulan kemudian aku di nyatakan hamil karena insiden itu, lalu seminggu kemudian, Kak Evan menolak tanggung jawab, selain karena sudah ada pacar yang sudah di pacarinya selama 5 tahun, alasan fisikku yang jelek, hitam membuat Kak Evan dengan tega menolak memberi tanggung jawab padaku, pada bayinya yang sedang ku kandung, bahkan Kak Evan menyuruhku untuk menggugurkan bayiku atau bayi kami, dan aku nggak akan mau menggugurkan anak ini, tak peduli Kak Evan tak menyukainya.
Sumpah, aku merutuk percakapan dengan mama 1 bulan yang lalu, yaitu….
“Perasaan mama nggak enak, Ca. batalin aja ya, kamu pergi libur ke rumah Ua mu?”
Icha tidak suka melihat raut memelas dan ucapan ibunya barusan, Icha sudah capek bekerja sepanjang tahun, dan saatnya untuk liburan di akhir tahun ini, Icha ingin merayakan tahun baru di rumah Ua nya. Titik.
“Enggak bisa, Ma. Maaf, Icha sangat pengen merayakan tahun baru di kota kali ini, dan maaf, Icha nggak akan nurut sama kata-kata mama kali ini, maafkan Icha…”ucap Icha tegas. Keras kepala. Raut wajahnya terlihat tak mau di bantah sedikitpun.
Itu yang tergambar di wajah Icha 3 hari yang lalu, sedangkan saat ini, wajah Icha terlihat pucat pasih dengan tubuh telanjang di atas ranjang sepupunya, dengan kakak sepupunya yang masih tertidur pulas di sampingnya dengan tubuh yang telanjang bulat juga. Kakak sepupunya 1 jam yang lalu sudah merenggut dengan paksa kehormatan Icha dalam keadaan mabuk.
judul n****+ : Anak Dengan Sepupuku
penulis : Sabanaliar
Part Satu :
Icha menghembuskan nafasnya kesal. Keberatan hati mamanya untuk melepasnya pergi berlibur 1 minggu saja di rumah Ua nya jadi membuat Icha ragu untuk pergi. Tapi, sayang uangnya, tiket bus sudah Icha beli. Oleh-oleh untuk ua dan kedua sepupunya sudah Icha beli juga. Sayang apabila ia tidak jadi pergi.
"Hanya seminggu, Ma. Setelah itu, Icha akan balik..."
"Bukan masalah berapa lama kamu libur di sana, Ca. Perasaan mama tidak enak sayang, "
"Nggak baik berpergian jauh di saat rame seperti ini, rawan kecelakaan sayang. Icha bisa libur setelah libur tahun baru sudah selesai..."
"Tidak akan rame, Ma. Kalau Icha pergi liburnya di saat usai libur tahun baru. Mending tidak jadi atau enggak usah pergi sekalian...."Ucap Icha lirih.
Ucapan Icha yang terdengar lirih, membuat mama Icha seketika merasa bersalah.
Fadila, bukannya mau melarang-larang anaknya pergi, pergi liburan atau senang-senang. Anak yang menjadi tulang punggung keluarga, pantas pergi liburan untuk menyegarkan otak dan mendapat hiburan yang positif di luar sana. Tapi, sumpah... entah kenapa perasaan Fadila tidak enak. Tidak rela melepas anaknya pergi berlibur ke rumah kakak kandung suaminya, untuk liburan tahun baru, tahun ini.
Di tambah, semalam... Fadila bermimpi melihat anaknya Icha yang menangis pilu di dalam ruangan yang kosong dan gelap.
Tidak ada yang menolong dan menghibur anaknya. Dalam mimpi, melihat anaknya yang menangis. Fadila payah menjadi orang tua, dalam mimpi semalam, sedikitpun Fadila tidak bisa menolong bahkan menyentuh atau mendekati anaknya. Intinya mimpi Fadila tentang anaknya Icha semalam sangat menyeramkan.
Tapi, melihat wajah sedih anaknya saat ini, wajah kecewa Icha.... membuat Fadila mau tidak mau....
"Pergiilah, Cha. Maaf, Mama terlalu sayang kamu, Nak. Tidak mau kamu kenapa-napa...."
"Tapi, tolong... setiap 20 menit sekali, kamu telpon mama atau papa ya?"
Brak
Ucapan lirih Fadila di balas pelukan kuat dan erat oleh Icha. Icha yang saat ini sudah dan sedang memgecup-ngecup gemas pipi mamanya sambil menggumam kata terimah kasih.
Icha senang dan walau semua uang liburan, uang perjalanan adalah uangnya sendiri, bahkan kehidupan orang tuanya di tanggung Icha selama 5 tahun ini, Icha tetap anggap uang yang ia hasilkan adalah uang mamanya dan ia wajib berbakti pada mama dan juga papanya, walau punya uang sendiri, ia tidak boleh semaunya sendiri. Harus ijin dan minta restu serta ridho orang tuanya dulu.
"Terimah kasih, Mama. Icha akan jaga diri, dan kalau sudah sampe sana, jarang Icha jalan sendiri, Ma. Icha selalu keluar bareng Kak Putri...."Ucap Icha dengan nada riangnya.
Dan Icha tidak bohong, Icha akan selalu keluar dengan Kak Putri. Anak tertua Ua Sita nya. Sedangkan anak kedua atau anak bungsu Ua nya Kak Evan... laki-laki itu mana mau keluar sama Icha. Kak Evan dingin, tidak ramah dan terkesan tidak suka dengan Icha dan mendapat perlakuan seperti itu, sebisa mungkin Icha akan menghindari Kak Evan.
"Icha.... Ca...."Panggil Fadila sambil mengguncang lembut bahu anaknya yang terlihat sedikit melamun, jelas membuat lamunan singkat Icha buyar.
"Ada masalah, kamu melamun, Cah..."
"Enggak ada, Ma. Icha bingung, nanti mau makan yang mana dulu di saat nyampe di sana. Wkwkwk rejeki Icha banyak bulan ini, Ma... Buku yang Icha uplod laku keras, Ma....”
"Mama senang dengarnya, syukur alhamdulillah, sayang. Tapi, jangan terlalu makan yang pedas-pedas. Kasian perut dan lambung kamu di dalam sana, Cha..."
"Siap, Ma..."Sahut Icha cepat. Jelas, bohongan. Mana bisa Icha makan kalau makanannya tidak pedas.
"Ca...."Panggil Fadila dengan nada dan raut yang terlihat sangat serius. Membuat Icha yang sedang tersenyum-senyum dalam hati, seketika merasa cemas dan was-was. Tidak pernah icah melihat mamanya seperti saat ini. Bahkan wajah mamanya terlihat agak pucat, keenapa?
"Ya, Mama. Apa mama sakit?"Tanya Icha pelan....
Jelas, pertanyaan Icha barusan mendapat gelengan tegas dari mamanya.
"Mama tidak sakit, kamu dapat kursi nomor berapa?"Tanya Mama Icha masih dengan nada dan raut seriusnya.
Membuat Icha semakin was-was dan takut.
"Nomor 3, Ma..."jawab Ica pelan mendapat gelengan kuat dari mamanya.
"Kenapa, Ma?"
"Ganti, nanti malam, kamu minta ganti nomor sama supirnya. Duduk di tengah yang aman. Bukannya mama minta kamu kecelakaan dan sebagainya. Duduk di depan resiko terluka parah besar, duduk di belakang apa lagi, terus jangan duduk dekat dengan tangki aki, intinya mama yang akan pilihkan kursi untuk Icha nanti malam. kasih bayaran tambahan juga tak apa untuk keselamatan perjalanan, Icha...."
"Hiks... Andai aku nurut sama perasaan tidak enak mama kemarin, mungkin kejadian kelam tidak akan menimpa aku semalam...."Ucap Icha dengan air mata yang sudah membasahi setiap gurat dan garis wajahnya. Icha sudah sadar dari lamunan panjang. Lamunan tentang mamanya yang keberatan ia datang liburan ke rumah ini, ke kota ini 2 hari yang lalu…
"Jawaban perasaan tidak enak mama, bukan karena Icha kecelakaan mobil, tapi karena Icha di perkosa, Ma. Icha di perkosa sama Kak Evan. Kak Evan yang barusan Icha tampar karena dengan kejam suruh Icha gugurkan anak Icha nanti, misal Icha hamil. Enggak! Icha bukan pembunuh dan penjahat! Icha akan melindungi anak Icha, misal Icha hamil nanti..."
tbc