Icha tidak menyangka jalan hidupnya akan seperti ini. Icha juga tidak menyangka, kalau apa yang terjadi pada hidupnya beberapa saat yang lalu, Icha yang berlari menuju toilet sampai menabrak acak orang yang jalan di depannya setelah Icha mendengar ucapan menyakitkan untuk dirinya bak adegan yang ada di sinetron yang pernah Icha nonton.
Dan Icha menangis hebat di depan cermin setelah beberapa kali mengguyur wajahnya dengan air segar yang mengalir dari keran.
Bahkan sudah 15 menit berlalu, Icha mengurung dirinya di sini, di dalam toilet perempuan yang untungnya tidak terlalu rame. Hanya ada beberapa orang yang masuk untuk merapikan riasan mereka lalu keluar dengan tatapan penuh tanya melihat dirinya yang menangis.
Dan Icha merutuk. Kenapa air matanya tidak berhenti mengalir. Padahal berkali-kali sudah Icha coba menghapus air matanya dan mendongak agar air matanya tidak mengalir lagi. Tapi, tetap saja mengalir hingga saat ini.
"Sial! Please, jangan nangis lagi, Ca.!!!"Ucap Icha geram.
Di saat Icha ingin menyeka air matanya yang mengalir dalam diam, urung di saat ponsel yang ada di depannya kembali berbunyi. Ponsel yang sudah Icha abaikan 15 menit lamanya dan ponselnya yang selalu ada panggilan masuk dan chat sejak 7 menit yang lalu.
Dan karena masih berdering, Icha mengambil cepat ponselnya, tapi dalam waktu seperkian detik, di saat Icha melihat siapa pemanggilnya saat ini, Icha reflek kembali meletakkan ponselnya dengan kasar di atas westafel...
"Kak Evan..."Ucap Icha nama Evan dengan bibir yang gemetar.
Sakit hati Icha di saat bayangan wajah Evan dengan raut seriusnya; mengejeknya, menghina fisiknya 15 menit yang lalu, menari bagai kaset rusak dalam otak, kedua mata dan hati Icha saat ini.
Tapi, di saat Icha sadar akan satu hal. Ia yang tidak angkat atau balas chat Evan. Evan atau Kak Rania akan mencarinya ke toilet ini. Memikirkan itu semua, membuat tubuh Icha menegang kaku.
Tidak! Kak Evan atau Kak Rania tidak boleh melihatnya saat ini. Penampilannya sangat kacau. Kedua matanya memerah dan bengkak. Suaranya bahkan terdengar sangat serak. Kedua orang itu tidak boleh tahu, kalau Icha mendengar ejekan dan hinaan dari Evan untuk dirinya tadi. Tidak boleh.
Dan dalam waktu seperkian detik, ponsel sudah ada dalam genggaman Icha. Dengan tangan gemetar. Icha membuka pesan yang berasal dari Kak Evan.
Ada 10 pesan yang masuk dari Kak Evan.
Ica
Icha
Kamu dimana?
Icha kamu dimana, sialan!
Fuck!
Kamu dimana, Icha!
.
.
.
.Anjing, kamu dimana?
Sakit hati Icha membaca pesan terakhir dari Kak Evan.
"Aku bukan anjing...."Ucap Icha sedih.
Dan Icha denga tangan gemetar, segera membalas pesan Kak Evan yang mumpung sedang onlen wa-nya.
Maaf, Aku nginap di rumah temanku, pulang besok pagi, Kak Evan ....
Rasanya Icha tidak sanggup melihat wajah Evan lagi Membuat Icha memutuskan akan menginap di hotel malam ini.
Sedangkan Evan yang sudah kesal sedari tadi, masih di tempat duduk dan meja yang sama mengumpat akan kelakuan sialan dan tak sopan adik sepupunya.
Apalagi Rania. Rasanya jantung Rania ingin meledak pada Icha gadis kampung dan jelek yang sudah membuat ia menunggu bagai orang gila dengan Evan.
Kapok Rania sok baik dan ramah pada cewek kampung itu.
***
Icha menatap gugup bangunan dua tingkat yang ada di depannya. Kedua matanya juga, melirik kiri kanan, untuk melihat keadaan. Dan sepi. Wajar sepi, siang ini sangat terik dan panas. Penjaga apotik, ada 3 orang di depan sana, dua perempuan dan satu orang laki-laki.
Ya, Icha saat ini sedang berdiri di depan apotik yang buka 24 jam. Icha ingin ke sana, tapi Icha ragu dan takut.
Icha juga merasa malu pada 3 orang penjaga apotik di depan sana.
Dan andai Icha beli obat biasa, mungkin Icha tidak akan malu. Tapi, Icha akan membeli obat....
"Ah, ngapain malu. Mereka nggak kenal kamu, Ca..."Ucap Icha pelan.
Dan Icha terlihat menarik nafas panjang lalu di hembuskan dengan perlahan oleh Icha. Dengan langkah lebar, Icha masuk ke dalam apotik itu.
Kedatangan Icha di sambut ramah oleh para penjaga apotik itu.
"Ada yang bisa kita bantu, kak? Kakak dari tadi terlihat kebingungan di luar..."
Icha menelan ludahnya kasar mendengar pertanyaan penjaga apotik di atas.
Kepala Icha juga mengangguk pelan.
"Saya... saya ingin beli obat Kb..."Ucap Icha pada akhirnya dengan lancar dan tegas.
"Oh, obat Kb. Yang jenis Apa Kak? Yang Kb 1 bulan, 3 bulan atau pil after dan before...."
"Pil maksudnya kak. Yang 1 papan after dan 1 papan before Ml...."Ucap Icha tersendat dan jantung Icha rasanya mau meledak di saat Icha mendapat anggukan paham dari penjaga apotik di depannya.
Dan detik ini, di dalam kamar hotelnya... kedua lutut Icha gemetar hebat. Keringat dingin membasahi dalam sekejap tubuh mungil Icha di saat Icha melihat ada 6 pil yang ada di atas tapak tangannya saat ini. Kedua mata Icha juga terlihat berkaca-kaca.
"Maaf, tolong, jangan hadir di perutku. Di lahirkan olehku, kamu hanya akan menderita, Nak. Tolong, jangan hadir dalam rahimku...."Bisik icha dengan nada penuh harapan.
Dan dalam waktu 4 detik, 6 pil kb yang ada di tangan Icha sudah masuk ke dalam mulut dan perut Icha.
***
Icha mengernyitkan keningnya bingung, jam sudah menunjukkan pukul 1 siang, tapi kenapa rumah Ua nya, bolam-bolamnya belum di matikan. Masih menyala bersaing dengan sinar matahari yang sangat terik siang ini.
Dan tidak hanya itu saja, belum di tinggalkan 24 jam, halaman rumah Ua nya sudah penuh oleh daun kering yang gugur. Rumah Ua nya kotor sekali dan terasa mencekam---karena selain kotor, rumah di depannnya sangat sepi dan seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan di dalamnya.
"Ah, enggak ada mobil, Kak Evan. Wajar bolam masih hidup. Rumah terasa sepi dan mencekam... laki-laki itu belum pulang sejak semalam,"Ucap Icha pelan. Dan ngilu sekali hati Icha di saat Icha menyebut nama Evan barusan.
Evan yang menghina dan mengejeknya tanpa perasaan kemarin dengan suara yang lumayan keras yang Icha yakini, ejekan Evan untuk dirinya kemarin bahkan di dengar oleh orang-orang yang duduk di sekitar meja tempat duduk mereka---- membuat Icha malu dan tidak ada muka di saat Icha diam-diam keluar dari restoran itu.
"Ah, enggak usah mikirin hal itu lagi. Lupakan... Dan ya, ucapan Kak Evan benar. Aku hitam, kulitku kusam, semuanya benar. Lupakan Icha jangan buat hatimu sesak sendiri setiap mengingatnya..."Ucap Icha tegas pada dirinya sendiri dan kedua tangan Icha di sisi kiri dan kanan tubuhnya terlihat mengepal erat.
Dan Icha saat ini terlihat merogoh sesuatu dalam kantong celananya, mengambil kunci cadangan rumah ini yang di berikan oleh Ua nya setiap ia datang kemari.
Tak sampai 2 menit, Icha berhasil buka kunci pagar, dan menyingkirkan rantai yang membelitnya dan setelah tubuh mungil Icha masuk sudah ada di dalam. Icha tak langsung pergi, Icha kembali mengunci pagar. Dan setelah selesai, Icha melangkah lebar untuk segera masuk ke dalam. Icha ingin mandi, Icha merasa gerah, dan Icha ingin istrahat sebentar lalu sore nanti----Icha akan pulang. Pulang kampung, atau pulang ke rumahnya.
Dan di saat Icha sudah ada di ruang keluarga----Icha menahan nafasnya kuat, melihat keadaan ruang keluarga yang kacau. Kotor oleh kulit kacang, kacang-kacangan, tumpahan minuman, tisu, bahkan pot bunga yang tersusun di atas meja sudah berserakan di atas lantai.
"Kemarin pagi, bersih. Tapi, kenapa...."
"Kesimpulannya, Kak Evan sempat pulang, lalu pergi lagi..."Ucap Icha tercekat.
Dan kedua mata Icha melotot kaget, di saat Icha tak sengaja melihat... di bawah kaki meja ada 2 botol minuman alkohol. Minuman alkohol yang isinya sudah tidak ada....
"Enggak mungkin Kak Evan peminum, dia terlihat rajin ibadah..."
"Enggak, Icha. Seperti yang sering kamu katakan, setiap orang punya topeng. Topeng jahat dan baik. Nyatanya... laki-laki itu, sepupunu memperkosamu karena dia mabuk kemarin, jadi dia adalah peminum...."Ucal Icha dengan suara yang sangat gemetar. Takut.
Dan sudah cukup, Icha takut untuk terus ada di rumah ini, tanpa ada orang lain seperti Ua nya, Kak Putri atau pembantu, hanya ada dirinya dengan Kak Evan. Icha takut. Icha akan segera membereskan barang-barangnya saat ini juga.
Tapi, belum sempat Icha melangkah meninggalkan ruang tamu untuk ke kamarnya. Kaki Icha hanya melayang di udara di saat Icha.... melihat ada ponsel Kak Evan yang tergeletak begitu saja di atas sofa
"Ada Kak Evan di rumah?"Cicit Icha takut.
Tapi, sedetik kemudian, kepala Icha terlihat menggeleng kuat
"Enggak, bisa saja laki-laki itu lupa ponselnya, dan tidak ada mobil Kak Evan di luar. Ya, Kak Evan lupa ponselnya...."Ucap Icha pelan.
Dan cepat Icha. Segera pergi ke kamar. Beberes barangmu yang tak seberapa lalu segera pergi. Teriak batin Icha kuat di dalam sana.
Dan Icha menghembuskan nafasnya lega di saat Icha sudah berdiri di depan pintu kamarnya saat ini.
Tapi, belumm sempat tangan Icha menyentu handel pintu, tangan Icha lebih dulu di genggam dan di tarik kasar oleh seseorang yang memiliki tapak tangan yang lebar dan di saat Icah menoleh dengan ringisan sakit yang keluar dari mulutnya untuk melihat siapa orang yang menarik tangannya kasar barusan, kedua mata Icha melotot kaget, mulut Icha seketika bungkam bahkan Icha terlihat menahan nafasnya kuat dan bahkan kedua mata Icha reflek terpejam di saat....
Plak
Satu tamparan yang lumayan kuat menyapa pipi kanan Icha bahkan sampai membuat Icha jatuh tersungkur diatas lantai. Dan Icha dengan susah payah, menahan air mata, menahan tangisan dan rasa sakit menoleh kearah orang yan barusan menamparnya...
"Kak Evan..."
"Kamu ngelont3 dimana sejak semalam hingga siang ini, ha?!!"
"Jangan mencaci dan menuduhku...." ucapan Icha terhenti telak dan Icha reflek melindungi wajahnya dengan kedua tangannya melihat... melihat kaki Kak Evan yang ingin menendangnya. Tapi, kenapa detik ini, Icha tidak merasa sakit. Dengan takut-takut, jantung yang rasanya ingin meledak, Icha mengintip dan ternyata sudah tidak ada Kak Evan di depannya. Kak evan ada di depan sana, melangkah dengan langkah lebar meninggalkan Icha yang air matanya sudah mengalir deras bagai air hujan.
Dan ya, Evan tidak jadi menendang Icha. Evan bisa menahan dan menguasai dirinya. Dirinya yang lepas kontrol dan tidak pernah seperti ini sebelumnya.
Dan Evan tak pernah merasa sepanik semalam hingga siang tadi sebelum Evan melihat Icha ada di rumah ini.
Dan Evan kesal, marah, jijik.... Icha sudah membuat ia uring-uringan sepanjang malam dan tidak bisa tidur barang sedikitpun.
Fu*k you, Icha! F*ck you!
tbc