Bantu saya Dokter, please!

1841 Kata
Evan saking senangnya, saking leganya, lupa membalas pesan Icha. Icha yang menunggu responnya di seberang sana. Dan malah, detik ini, Evan terlihat mencampakkan begitu saja ponselnya di ats ranjang. Dan malah, Evan yang duduk sudah kembali membaringkan dirinya lagi, siap untuk tidur. Matanya kembali terasa berat dan ngantuk dalam sekejap. Evan tidak hanya tidak membalas chat Icha. Tapi, Evan juga bahkan lupa... akan permintaan tolong mamanya yang menyuruh Evan membawa laptop ke kantor. Dan detik ini, Evan terlihat sudah tidur dengan damai dan sangat lelap. Tapi, belum sampai 5 menit Evan tidur. Tidur Evan terusik. Kedua mata Evan terbuka berat di saat ada yang memencet dan mencubit-cubit hidungnya membuat Evan susah dan kesulitan untuk bernafas. Shit! Tidak hanya hidungnya yang di cubit, tapi pipinya di cubit "Hentikan sialan! Sakit.."Ucap Evan galak. Tapi, sial! Orang yang barusan Evan umpat malah semakin mencubit pipi Evan kuat. Dan tubuh Evan meneh.gang kaku, kedua mata Evan yang terasa berat, sontak terbuka lebar di saat... "Dosa, Van. Kamu barusan umpat mama. Bangun kamu, Nak...." "Ini sudah jam setengah 5 pagi. Bangun sudah."Ucap suara itu keibuan. Jelas, itu suara mama Evan yang saat ini sudah melepaskan cubitannya pada pipi dan juga hidung anaknya. "Kenapa bangunkan, Evan, Ma. Ini masih pagi dan belum adzan...." "Kamu lupa? Subuh ini kamu antar kakakmu ke bandara? Terus entah kamu mimpi apa tadi. Kamu teriak-teriak sampai terdengar di luar..." "Aku teriak? Mama nggak jadi nginap di kantor? Pulang subuh..." "Oh, astaga mama..maafkan Evan. Evan ketiduran lagi, Ma. Evan lupa bawa laptop mama ke kantor."Ucap Evan dengan nada dan raut bersalah. Bahkan Evan terlihat menyugar rambutnya frustasi. Tanpa melihat, betapa bingung raut wajah mamanya saat ini. "Tidak ada, Van. Mama tidak kirim pesan begitu sama, Kamu. Mama pulang pukul 5 sore kemarin. Ada kamu. Kamu lagi tidur. Coba cek ponsel kamu. Seharian mama nggak ada chat kamu. Sama Rania, iya ada....."Ucap Sita menjelskan.... yang tidak di dengar sama Evan. Karena Evan saat ini, sudah dan sedang memeriksa ponselnya dengan nafas yang di tahan sampai wajahnya merah padam. "Mama mau buat bekal kakakmu, segera mandi, lalu kita shalat dan makan. Lalu kamu antar kakakmu ke bandara..."Ucap Sita yang hanya mendapat anggukan dari Evan. Melihat anaknya yang sibuk dengan ponselnya Sita keluar dengan kedua bahu terangkat. Meninggalkan Evan, yang detik ini, kembali mencamppakan ponselnya! Sialan! "Jadi, semuanya hanya mimpi? Ich yang nikah hanya mimpi? Icha yang hamil hanya mimpi? Tidak ada chat Icha. Bersih! Bahkan nomorku yang ini masih di blokir sama, Icha..." ** Icha...... 3January 2021 Marisha...... 5 Jan........ Woeee Icha...... 6 jan Babi........ 10 jan Balas adik bodoh..... 11 Jan Icha......... 15 jan..... Jelek..... 20 jan..... Panggilan Video tidak terjawab 22 Jan.... Panggilan suara tidak terjawab... 10 X.... 28 Jan... Ichaa...... 31.........Jan Marisha Noviyanti, balas chat ini atau kamu akan menyesal!!!!...... 10 February.... hari ini..... Icha bergidik membaca pesan yang Icha dapat pagi tadi, tepatnya pukul 6 pagi tadi dari Kak Evan. Siapa lagi kalau bukan Kak Evan yang suka ancam bahkan mencaci serta menghina dirinya. Apa mau laki-laki itu.... ? Kenapa ngotot menghubunginya? Nomornya sudah Icha blokir. Tapi, Kak Evan pake nomor baru untuk meneroronya di atas dan di saat Icha merasa ponsel yang ada di tangannya bergetar. Icha reflek melempar begitu saja ponselnya di atas ranjang. Tidak. Icha takut itu pesan dari Kak Evan lagi. Dan Icha tidak sanggup membacanya. Sakit hati Icha hingga saat ini mengingat ucapan menghina fisik oleh Kak evan, mengingat tamparan Kak Evan, mengingat kaki Kak evan yang ingin menendangnya 1 bulan yang lalu. Dan ya, tidak terasa. Sudah 1 bulan berlalu, ah maksudnya sudah 40 hari berlalu sejak kejadian itu. Saat ini tanggal 10 februari. Dan Icha resah bukan main. Haidnya yang seharusnya datang tanggal 15 januari kemarin belum datang hingga saat ini. Icha merasa sangat khawatir. Tapi di lain sisi, Icha kadang bisa telat sampai 2 bulan haidnya sebelum kejadian ini. Sakit kepala Icha. Sesak d**a Icha. Dan untuk meringankan sakit kepalanya. Icha harus segera mandi. Biar Icha merasa segar. Tapi, sebelum bangkit dari dudukannya. Icah melirik kearah ponselnya. Sial! Jantung icha deg deg gan dalam sekejap di saat Icha menatap ponselnya yang ada pesan baru dari Evan. Tapi, Icha tidak berani buka dan baca. "Pasti hanya cacian. Nggak guna dan hanya buat aku sakit hati isi pesanmu Kak Evan..."Ucap Icha lirih dan Icha sudah melangkah mendekati kamar mandi yang ada dalam kamarnya. Tapi, sial! Rasanya Icha ingin muntah apabila ia tidak segera melihat isi chat Kak Evan tadi. Sehingga dalam waktu seperkian detik. Icha sudah berdiri lagi di samping ranjang dan Icha hampir meraih ponsel yang ada di atas ranjang. Tapi, tangan Icha hanya melayang di atas udara di saat icha..... Icha melihat ada noda darah yang masih basah dan segar di atas... sepreinya atau lebih tepatnya di tempat icha duduk tadi. "Darah..."Ucap icha pelan. Dengan tangan yang sudah masuk ke dalam celananya. Wajah Icha pucat pasih dan semakin pucat di saat Icha mengeluarkan tangannya dari dalam celananya. Icha terpaku melihat.... melihat ada darah di tangannya saat ini. Sedetik, dua detik dan tiga detik berlalu.... air mata Icha mengalir membasahi pipinya dalam sekejap.... "Ya Allah... Aku... aku akhirnya mendapatkan tamu bulannku...."Pekik Icha senang. Bahkan Icha reflek meloncat-loncat. Dengan air mata bahagia yang masih mengalir membasahi pipinya. Tapi, di loncatan kegirangan Icha yang ke empat... Icha dalam sekejap, merasa pusing, pandangannya buram dan sedetik kemudian, pandangan icha gelap, Icha merasa sesak nafas... dan brak.... tubuh Icha sudah jatuh meluruh dengan kasar di ata lantai dengan kedua mata Icha yang sudah terpejam rapat. Ya, Icha pingsan atau sudah kehilangan kesadarannya saat ini. ** Icha merasa ada yang mau buka paksa matanya, dan Icha merasa tubunnya sangat pegal saat ini. Kedua matanya terasa berat. Tapi, Icha harus bangun. Icha mau pipis, perutnya rasanya sangat kram. Dan dengan perlahan, akhirnya kedua mata Icha sudah terbuka dan Icha kaget bukan main melihat.. melihat ada dokter laki-laki dan seorang perawat di sampingnya. "Dokter...."Ucap Icha reflek. "Syukur lah kamu sudah sadar, ijinkan saya untuk memeriksa keadaan mbak sebentar ya...."Ucap Dokter itu ramah. Kegiatan menyenter kedua mata Icha yang sempat terhenti karena Icha sudah terbangun tadi, kini kembali di lanjutkan oleh dokter. 3 menit sudah berlalu, dokter sudah selesi memeriksa Icha dengan Icha... yang reflek ingin bangun duduk tapi dokter... "Jangan banyak gerak dulu Mbak Marisa... " "Saya sakit apa dokter? Apa saya kurang darah? Saya banyak begadang 1 bulan ini. Stress juga. Saya juga sedang haid saat ini..."Ucap Icha menjelaskan tentang keadannya pada Dokter yang Icha potong ucapannya dengan tak sopan beberapa detik yang lalu. Dokter yang terlihat menggeleng kecil saat ini di samping Icha... "Maaf, Mbak Marisa... Anda tidak haid tapi keluar flek...." "Flek? Apa itu Flek dokter?"lagi, Icha memotong takut ucapan Dokter. "Flek atau bercak darah sebagai tanda kalau saat ini, Mbak Marisa sedang hamil. Hamil 5 minggu lebih tepatnya..." Tidak mungkin! Lalu 5 butir pil kb yang aku makan 40 hari yang lalu? **** Tamar menatap penuh tanya anaknya Fajar yang terlihat sangat khawatir di depannya saat ini. Tamar dan istrinya yang baru datang, baru pulang dari sawah lebih tepatnya, dan Tamar serta istrinya Fadila kaget bukan main di saat ada salah satu tetangga mereka yang mengabarkan pada mereka, kalau anak mereka Icha sakit dan sudah di bawa Fajar dan Lita ke rumah sakit. "Fajar... Kamu ada di rumah, bolos sekolah kan hari ini? Kenapa Kak Icha bisa...." "Fajar nggak tahu, Papa. Di saat Fajar masuk kamar Kak Icha mau pinjam laptop. Fajar sudah lihat Kak Icha tidur di atas lantai. Pingsan...." "Dan fajar, takut bukan main di saat Fajar lihat di seprei dan celana Kak Icha ada darah...." "Darah?"Pekik Mama dan Papa Icha secara bersamaan. Mendapat anggukan mantap dari Fajar yang sudah angkat tangan di depan dadanya saat ini, memperlihatkan kalau di lengan baju panjang yang ia pakai saat ini ada sedikit noda darah yang berasal dari celana Kak Icha yang sudah kering. Melihatnya, Fadila, Mama Icha menutup mulutnya dengan tapak tangannya, melihat ada darah kering di lengan baju anaknya. Darah apa itu? "Apakah banyak?” "Tidak, Ma. Sedikit. "Ucap Fajar pelan. Mendengarnya, Fadila menghembuskan nafasnya lega. "Bisa saja Icha sedang haid. Icha pingsan karena kurang darah. Ya, semoga begitu...."Ucap Mama Icha yang di aaminkan oleh Tamar, dan Fajar, minus Lita adik bungsu Icha yang sudah kembali ke rumah, mengambil baju bersih milik Icha. Icha yang sedang di periksa oleh dokter di dalam sana. *** Bodoh! Teriak batin Icha kuat di dalam sana untuk dirinya sendiri. Di saat Icha baru ingat, Icha memakan pil kb setelah sehari mereka hb atau sudah lewat 24 jam Kak Evan menidurinya. Sedangkan setahu Icha, di saat benih seorang laki-laki sudah di tembakkan ke dalam rahim perempuan, secepat kilat benih-benig itu menuju rahim lalu membuahi. Iya? Begitu kan? "Jadi, wajar kamu hamil, Cha..."Ucap Icha lirih sekali. Dan dalam sekejap, air mata sudah jatuh di sudut kiri dan sudut kanan matanya. Icha menghapus lemas air matanya, membuat dokter yang melihatnya, merasa iba. "Mbak Icha...."Panggil Dokter itu hangat. Membuat Icha tersentak kaget dan dengan lemah dan gerakan kaku, menatap kearah dokter. Dengan tatapan penuh tanya. "Mbak Icha di sarankan untuk istrahat sekitar 2 hari di sini, janin Mbak Icha lemah..." "Dan tolong, Mbak Icha jangan banyak pikiran. Janin Mbak Icha lemah karena stress berat yang sedang Mbak Icha alami saat ini. Dan tolong, perbaiki pola makan Mbak Icha. Selain stress, hal yang buat Mbak Icha pingsan. Karena Mbak Icha juga kekurangan nutrisi...." "Dokter..."Ucapan dengan nada hangat dokter yan masih banyak ingin di ucapkan oleh Dokter Prayitno di depan, di potong telak oleh Icha. Icha yang air matanya sudah mengalir deras dan membasahi setiap gurat dan garis wajahnya dalam sekejap. Membuat Dokter Prayitno tercekat melihat pasiennya yang menangis saat ini. "Ya, Mbak Icha. Anda menangis akan membuat janin anda semakin tersiksa di dalam sana..." "Bisa Dokter menolong saya?"Ucap Icha sambil menggigit bibir bawahnya takut dan gugup. Dan ucapan Icha di atas mendapat anggukan dari Dokter Prayitno yang kasian melihat Icha yang masih mengeluarkan air matanya hingga detik ini.... "Katakan, Apa yang bisa saya tolong untuk menolong Mbak Icah...." "Ibu saya punya penyakit jantung, saya hamil, saya nggak ada suami, Dok. Saya hamil di luar nikah dan laki-laki itu tidak mau tanggung jawab...." "Bisa dokter rahasiakan tentang keadaan saya yang sebenarnya pada keluarga saya? Mengatakan kalau saya, kurang darah, kecapean, makanya saya pingsan...." "Tolong, bantu saya, Dokter. Bantu saya agar jangan mengatakan hal yang sebenarnya pada kedua orang tua saya...." Ucapan dengan nada penuh harapan Icha terhenti telak di saat Icha mendapat anggukan dari Dokter Prayitno. Dan tangis tertahan Icha seketika terhenti di saat Dokter Prayitno... "Ya, saya akan mengatakan seperti yang Mbak Icha katakan. Jangan nangis lagi. Kasian janin yang ada dalam perut, Mbak Icha..." "Terimah kasih banyak dokter..." "Sama-sama. Mbak Icha harus segera istrahat...Mari Mbak Icha...."Ucap Dokter Prayitno lembut mendapat anggukan lemah dari Icha. Icha yang terlihat mengelus dadanya lega saat ini. Lega karena Dokter Paryitno mau menelongnya, dan Icha juga lega, untung bukan dokter orang asli kota ini yang memeriksanya, tapi dokter pendatang dari Jawa yaitu Dokter Prayitno... "Apa yang harus aku lakukan setelah ini?" "Kak Evan.... Aku hamil, Kak. Aku hamil anak, Kakak. Apa yang harus aku lakukan, Kak Evan???” tbc
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN