Terkadang melupakan masa lalu itu memang diperlukan pada saat sekarang ini. Karena masa lalu seharusnya di lupakan bukan di pendam di dalam hati untuk selamanya. Masa lalu juga bukan sebuah bayangan yang tidak bisa di lupakan, justru masa lalu itu adalah sebuah kenangan yang indah.
-Anya Putri Vania.
Anya PoV On.
"Kenzo makasih," ucap Lili ke Kenzo. Gue langsung ngeliat ke arah Lili dan Kenzo dengan tatapan yang sangat tulus. Jujur gue merasa bingung dengan apa yang terjadi saat ini. Perlahan gue mencerna respon dan tatapan Kenzo yang kaget karena ucapan Lili.
"Gue yakin banget si Kenzo kaget banget pas Lili bilang kayak gitu," tebak gue dalam hati. Gue sama yang lain juga sempet cengo sih, denger itu untung aja si Fajar cepet sadar dan membuat kita semua larut dari rasa keget kami. Yang buat gue bingung Fajar nanya ke Lili kayak orang keheranan gitu.
"Lah, lo ngapain Li ngucapin makasih ke Kenzo?" tanya Fajar heran.
"Kenzo yang traktir makan kita malem ini," ucap Lili dengan nada santainya.
"Sumpah si Lili kalo ngomong enteng banget kayak gak ada dosa. Makan di traktir sama Kenzo? Sedangkan kita aja 12 orang, udah kayak mau main bola dah tuh kita semua ini. Gila, berapa duit itu yang di keluarin? Lili juga pake ngembaliin duit gue lagi. Lebih baik gue ngasih separuh bayaran makan itu ke Kenzo aja deh," gerutu gue dalam hati.
"Asik Kenzo baik banget malem ini, sering-sering aja Zo kayak gini. Surga dunia banget gue," ledek Fajar dan di bales gelengan kepala sama Kenzo.
Gue beneran gak abis pikir sama mereka semua. Responnya biasa aja dan malahan kesenengan. Beda sama gue yang udah panik karena di bayarin orang lain kecuali doi.
"Wah, gue mencium bau-bau sesuatu di sini jangan-jangan," ucap Kelvin dengan nada tengilnya.
"Wah, iya juga!" timpal Jojo.
"Abis berapa Zo?" tanya gue tak enak hati.
"Gampang lah urusan itu mah," ucap Kenzo.
"Wah, makin terlihat bung!" ledek Bang Ucok.
"Akankah Kenzo A, melepas masa jomblonya setelah turnamen ini!" seru Rifaldy. Mendengar seruan Rifaldy gue langsung menatap kearahnya dengan tatapan datar.
"Maybe yes," kompor Ka Oni.
"Apasih kalian ini!" ucap Kenzo sambil memutar bola matanya malas.Setelah ngomong kayak gitu dan ngeluarin uang sebanyak itu Kenzo keliatannya santuy.
Beneran ya, semua manusia itu semuanya pada julid banget sama Kenzo dan yang lainnya. Gue masih gak abis pikir sama mereka. Apa ini adalah bagian dari kedekatan mereka yang seperti saudara itu?
“Udah di bayar makanannya juga sekarang kita pergi dah dari sini,” ajak Kelvin dan di balas anggukan oleh yang lainnya.
“Yaudah sana lo pergi, gak usah gangguin gue lagi.” Gue melihat respon Kenzo yang biasa saja dan tidak ada beban sama sekali setelah mengeluarkan uang banyak.
"Woi gila! Apakah seperti itu semua ekspresi para crazy rich di dunia ini, setelah bayarin orang makan di restoran kayak gini? Apalah daya gue yang sobat miss queen yang hanya bisa gigit jari melihat kekayaan mereka! Memang dulu baik Zack atau gak Sam suka bayarin makan, tapi gak semahal dan sebanyak itu!" teriak gue dalam hati.
"Oh ya! Gue dan yang lain mau cabut lagi ni mau jalan-jalan, kalian mau bareng gak?" tanya Fajar menawarkan kami.
"Gue, Kenzo, Koh Edwin mau balik ke hotel Jay," jawab Ka Oni dengan santai.
"Jangan pulang malem-malem kalian kalo gak mau di omelin Coach. Besok kita mau cek lapangan!" pesan Koh Edwin dengan sangat tegas.
"Tadi ada yang ngasih semangat ke Anne, ke kita gak dikasih semangat ni?" kode Kelvin.
"Ngode banget lo Vin!" ucap Lili sambil mendelik kesal.
Gue yang melihat respon keduanya hanya menggelengkan kepala gue dengan pelan dan tersenyum dengan manis ke arah mereka semua. Kelvin semakin berseringai kecil di depan gue saat ini.
"Mau banget di kasih semangat sama gue," cibir gue.
"Tinggal kasih semangat aja ko ribet! Gue juga gak di kasih semangat sama lo. Sebenernya lo ini Adek gue apa bukan?" cibir Ka Oni dengan sebal.
"Yaudah, semangat buat kalian. Gue harap kalian semua bawa medali di turnamen kali ini. Kalo lo bisa bawa Putri ke podium Raf, final Mdnya Fajar/Kenzo dan Edwin/Kelvin, Msnya Jojo dan Ka Oni. Gue kasih hadiah plus jalan-jalan keliling Paris gimana?" tantang gue.
"Ha? Gue padahal cuma bohongan loh minta semangatnya, kenapa di tantang kayak gini!" seru Kelvin.
"Mau gak kalian!" ucap gue tegas.
"Oke, kita terima!" seru mereka.
"Lo harus nonton turnamen kita kali ini dari R32 berarti," ucap Kenzo.
"Gak usah khawatir tentang itu. Gue dapet tiket ko sampe final," ucap gue.
"Tadi aja gak mau gue ajak nonton, karena gak ada Kakak K ceunah," cibir Lili.
"Hahaha jadi, tadi ada yang percaya sama omongan gue yang itu? Yaelah, kapan sih gue nolak untuk ngelive langsung badminton apalagi ada orang-orang yang harus gue dukung," ucap gue.
"Ha, maksudnya? Lo udah move on? Ko lo gak bilang sama gue. Siapa orangnya? Kasih tau gue! Apa jangan-jangan lo mau nikung Cimit atau Cines?" ucap Lili heboh dan gue muter bola mata malas.
"SEHAGO-HAGO NIKU WAH! LAWANG NIKU! Alay, move on mata lo! Gak ada di dalam kamus gue nikung temen apalagi jadi pelakor tobat deh, gue. Setiap manusia mempunyai pasangannya masing-masing dan gue percaya itu!" ucap gue.
"Gila lo jahat banget bilangin gue gila Anya," ucap Lili sok sedih.
"Jijik drama queen!" ucap gue sambil natap Lili kesel.
"Dah lah kita semua pegi dulu ye, Assalamualaikum!" ucap Fajar.
"Bye guys!" ucap yang lain.
"Bye, wa'alaikumsalam!" jawab gue, Lili, Kenzo, Koh Edwin, sama Ka Oni.
Sisa kita berlima di sini. Anne? Jangan tanya dia di mana, karena tadi Anne langsung pergi makan dan ninggalin uang untuk beli salep dan itu pun dititipin ke Lili. Padahal gue udah nolak keras tapi, dia tetep kekeh mau ngasih uang itu dan alhasil Lili lah yang menerima uang itu.
Gue dan yang lain pun mutusin untuk keluar dari restoran dan gak jauh dari restoran itu, ada apotik sama minimarket. Lili, Koh Edwin, sama Ka Oni pergi katanya nyari cemilan sama salep buat gue ke sana, hanya sisa gue sama Kenzo di sini. Gue sama Kenzo sama-sama di landa kecanggung saat ini, tidak ada yang mengucapkan satu kata patahpun di antara kami berdua.
Hening!
Ya, itulah yang kami rasakan. Tidak ada perbincangan sama sekali dan kami berdua sibuk dengan pikiran masing-masing. Seketika gue mengingat untuk mengembalikan uang Kenzo separuhnya.
"Oh ya Zo, ini uang tadi. Di terima ya," ucap gue sambil menyodorkan beberapa lembar mata uang Paris.
"Simpen aja uangnya," ucap Kenzo sambil mendorong pelan tangan gue.
"Gak enak atuh Zo," ucap gue sambil menyodorkan uang itu. Kenzo hanya tersenyum kecil melihat gue yang sedang menyodorkan uang itu dan mendorong tangan gue dengan pelan.
"Gak enak ya kasih kucing Anya," jawab Kenzo enteng.
"Lo enteng banget dah bilang kek gitu!" ucap gue kesel.
"Ya emang harus gimana? Udah biasa kali bagi kita-kita mah bayarin makan. Lagian bayarin makan doang ini bukan cicilan mobil," ucap Kenzo santai.
"Ya, gak cicilan mobil juga kali. Tapikan, gue aja baru kenal kalian masa udah dapet kayak gini. Seolah-olah gimana gitu," terang gue.
"Hmm, lo terlalu dengerin pendapat orang. Lo gak perlu dengerin perkataan mereka, bukan mereka yang menjalankan kehidupan lo, bukan mereka yang ngasih makan lo juga, lo yang menjalankan kehidupan ini jadi ya lo harus enjoy aja kali. Kata lo kita juga baru kenalan kan nah sekarang gue putusin lo jadi temen gue. Sekarang lo panggil gue Mas aja sebagai bayarannya," terang Kenzo sambil ngulurin tangan dia ke gue.
"Oke teman!" ucap gue sambil jabat tangan Kenzo dengan lembut.
"Gue boleh minta nomor lo untuk chat, boleh gak?" ucap Kenzo.
"Nah kan! Modus lo sama gue, dah mana sini hp lo. Gue tulis nomornya Mas," ucap gue sambil tertawa.
"Sekali-kali modus sama orang cantik gak papa kali," gombal Kenzo.
"Idih ngegembel Bapaknya?" tanya gue sambil menyembunyikan rona merah di pipi gue.
"Cieeee blushing!" ledek Kenzo.
"Apaan sih! Sok tau banget," bantah gue sambil tertawa ringan.
"Ini, lo itu lebih manis kalo ketawa dari pada diem dan pasang muka jutek kayak tadi, gue gatau apa yang terjadi di masa lalu. Tapi, gue yakin lo itu orang yang ramah dan humoris," ucap Kenzo sambil memberikan hpnya ke gue.
"Sok tau lo, nih udah nomor gue dah gue ketik tinggal di save dan p gue aja biar gue save balik!" ucap gue sambil ngembaliin hp Kenzo. Gak lama mereka bertiga balik nyamperin kita berdua.
"Akhirnya es ketemu es jadi anget, nah gitu dong senyum biar gak takut liat muka lo!" ucap Ka Oni.
"Jadi selama ini lo takut liat muka gue?" tanya gue datar.
"Ya, gak gitu juga kali," ucap Ka Oni.
"Ayok lah, ngobrolnya sambil jalan!" ajak Lili. Kami pun menikmati keindahan kota Paris pada malam hari.
Hening.
Kami berjalan dan menikmati keindahan kota Paris dengan sangat nyaman. Hanya keheningan yang menghampiri kami saat ini. Setelah beberapa lama akhirnya Koh Edwin memecahkan keheningan itu.
"Anya kapan wisuda?" tanya Koh Edwin.
"Insyaallah bulan depan Koh," jawab gue seadanya.
"Ha, bulan depan?! Lo duluan dong yang wisuda? Lo udah wisuda 1 kali sama ini 2 kali di Paris, di luar Paris lo juga udah dapet 1 gelar dan wisuda, lo dah dapet 4 gelar selama 3 tahun. Dan, sekarang gue aja mau wisuda pertama kali lo tikung lagi? Gila otak lo terbuat dari apa woi!" ucap Lili heboh.
"Mangkanya belajar yang bener jangan pacaran mulu!" ucap gue.
"Eh, beneran lu dapet 4 gelar dalam 3 tahun?" tanya Ka Oni kaget.
"Kagak alay aja itu si Lili," jawab gue.
“Terkadang bohong itu gak baik loh, tinggal ngomong iya aja ko ribet. Terlalu ngerendah banget jadi manusia,” cibir Lili.
“Iyain aja dah biar gak ribet,” jawab gue, Lili hanya mendenguskan kekesalannya.
Ternyata membuka lembaran baru itu tidak semenyakitkan yang gue kira. Sedikit membuka lembaran baru kayak gini aja udah buat gue seneng banget. Dengan sekejap gua bisa melupakan apa yang gue rasa sekarang. Ternyata sedikit demi sedikit rasa sakit gue udah sedikit sembuh dengan adanya orang orang di sekitar gue tanpa gue sadarin. Gue ngerasa bodoh aja selama ini gue ngerubah semuanya tanpa mau membaca sekitar gue. Gue akan memperbaiki semuanya.
Anya POV Off.