Sedikit Insiden

1784 Kata
Terkadang sedikit cerita di masa lalu bisa membuat kita rindu dengan suasananya. Izinkan aku terus mengenang semua masa lalu yang ku punya saat ini dan tenggelam dalam lingkaran yang telh ku buat di masa lalu meskipun hanya sedikit saja. -Anya Putri Vania. Tanpa gue sadari gue tersenyum tipis melihat kehangatan mereka, gue kangen banget sama suasana kek gini. Terakhir 2 tahun lalu, sebelum dia pergi meninggalkan gue. "Nah kan, kalo gitu bagus! Senyumnya meskipun sedikit, ini mah datar mulu senyum kek gitu kan biar manis," celetuk Bang Ucok. "Hooh bener itu Neng, Aa kan suka liat nya kalo senyum," timpal Fajar. “Emang apa hubungannya sama senyum? Lagi pula gue senyum ataupun engga bukan urusan kalian. Menurut gue juga, apapun yang gue lakukan juga gak merugikan orang lain. Jadi, stop untuk menilai apa yang gue lakukan.” “Anya, jangan suka begitu. Gue tahu lo manusia yang baik saat ini. Hargai orang lain jika memang lo ingin di hargai. Sekarang sedikit aja rubah sikap lo saat ini. Dia juga gak akan seneng lihat sikap lo yang terlalu kasar kayak tadi,” ucap Kak Oni mengingatkan gue. Gue hanya menghembuskan nafas dengan kasar dan tersenyum dengan tipis di hadapan semua orang. Benar apa yang di katakan oleh Kak Oni, Sam gak akan senang jika gue seperti ini terus. “Nah, kalau begitukan cantik loh. Sekarang lo bisa tersenyum terus deh,” pinta Lili. "Jadi, si es sudah mencair?" tanya Rifaldy. "Gak cair cuma menghangat sedikit," ucap Ka Oni dan yang lain tertawa. Tak lama seorang pelayan menghampiri kami dengan membawa pesanan kami. "Excusez-moi, Mesdames, c'est votre commande," ucap pelayan itu sopan. (Permisi Tuan, Nyonya ini pesanan kalian.) "Oui, merci Miss." ucap gue sambil tersenyum manis (Iya terima kasih, Mb.) "Y a-t-il des ajouts à part ça?" tanya pelayan tersebut. (Apakah ada tambahan lagi selain itu?) Dan banyak tatapan dari mereka yang gak ngerti sama artinya, kayak pada saling tatap tatapan bingung gitu mereka satu sama lain. Gue yang mengerti tentang kebingungan mereka akhirnya menjelaskan artinya. "Artinya apa ada tambahan lagi selain ini?" ucap gue dan di balas gelengan oleh mereka semua. "No, thanks Miss," ucap Lili. Kami pun makan dengan nikmat dan khidmat serta sesekali di selingi oleh candaan mereka antar sesama atlet. Satu orang yang buat gue heran yaitu Kenzo, Kenzo tidak ikutan julid bersama teman-temannya. Dia hanya menanggapi sesekali dan hanya tersenyum tipis sekali. Bener apa yang di bilang orang banyak, kalau Kenzo adalah laki-laki glowing, pendiam, dan memiliki senyum yang manis. Gue yang cewe aja minder liat dia yang glowing dan cakep bener kayak gitu. Kenzo pun tersenyum manis ke gua dan gue bales senyum ke dia. Langsung satu meja heboh. "Oh jadi gini toh, dingin sama yang lain hangat sama Kenzo doang cukup tau gue mah," ucap Fajar. "Wah ternyata ya, Kenzo naksir sama ewew juga," ledek Kelvin. "Huft gue kira si manusia tengil itu gak julid juga, taunya dia double julid dan tengil. Bukan hanya di lapangan saja, tapi di luar lapangan pun dia sama tengilnya. Haduh, emang sabar bener Kenzo ini menghadapi teman-temannya yang sangat absurd ini. Kayaknya yang waras di sini cuma Kenzo sama Koh Edwin doang apa? Selain dari mereka berdua jangan-jangan gak ada yang bener dan katanya malah ada beberapa cowo gak ikut ke sini dong. Gue langsung bayangin mereka full team gimana? Apa gak lebih heboh daripada ini," pikir gue. "Oh ya, lo kenal sama Koh Edwin dan Oni dari mana?" tanya Kelvin kepo. "Gue kenal sama Koh Edwin dan Ka Oni itu dari Ci Agnes dan Ci Mita. Gue kenal Ci Mita dari satu seminar di Indonesia waktu itu sedangkan kalau Ci Agnes gue kenal karena dia salah satu dokter di tempat someone bekerja. Dan gak lama kenal, ya akhirnya deket dengan pasangannya juga. Mereka itu kayak Kakak yang baik bagi gue, gue juga banyak belajar dari mereka semua," ungkap gue. Sekelibat bayangan hitam memenuhi mata gue. "Li awas gue mau keluar!" ucap gue. "Ha? Lu mau kemana?" tanya Lili heran. "Cepet!" ucap gue datar. "Iye-iye ini gue minggir," jawab Lili. Setelah Lili minggir, gue tanpa berfikir panjang lagi lari ke arah Anne Rechel yang gak jauh dari tempat gue dan menariknya minggir dan menjauh dari tumpukan kotak di sebelah nya. DUG! "ANYA!!!" seru Lili dari jauh. Niat nolongin Anne malah punggung gue yang kena jadi korbannya. Untung gue tepat waktu dan ada hikmahnya juga gue latihan bela diri selama ini, bisa digunain kalo kepepet kayak gini. Anne langsung membantu gue berdiri dan memapah gue ke tempat duduk. Gak lama Lili, Ka Oni, Koh Edwin, dan yang lain langsung nyamperin gue. Gue tau banget sikap Lili, pasti dia langsung minta air putih anget kuku sama pelayan di situ, karena punggung dan bagian belakang gue gitu yang kena. Lili datang ke tempat gue dengan seorang pelayan yang membawa air putihnya. "Di minum sampe abis," suruh Lili. "Iya," jawab gue. "Anya, lo gak papakan?" tanya Anne dengan nada yang sangat panik. "Gue gak papa Onie, lo tenang saja. Hanya sedikit nyeri di bagian punggung gue," jawab gue. "Kita ke rumah sakit ya. Gue takut lo kenapa-napa?" ucap Anne khawatir. "Sudahlah Onie, gue hanya butuh kompres air hangat dan salep untuk punggung gue. Gue gak selemah itulah lo tenang aja ya gak usah berlebihan," jawab gue sambil menahan nyeri yang ada di punggung gue. "Heh, curut! Gimana gak papanya pasti itu punggung lo memar! Udah sekarang kita ke rumah sakit aja biar gak kenapa-napa!" seru Ka Oni dengan nada khawatirnya. "Lebay!" cibir gue. "Bukan lebay, Dek. Tapi, yang di bilang Oni itu bener. Kalo kamu ke rumah sakitkan bisa di scaning, dll. Kalau di biarin takut terjadi apa-apa sama pundak kamu," nasehat Koh Edwin. "Koh untuk memar kayak gini gue udah biasa, jadi santuy wae. Anti banting gue mah. Jangan suka menganggap gue seorang gadis yang lemah. Karena gue gak pernah selemah apa yang kalian pikirkan," ucap gue sambil tertawa pelan. "Udah lebih baik ke rumah sakit aja ya, nanti biar gue yang urus biayanya." Gue hanya menggelengkan kepala dengan cepat menolak semua permintaan dari Anne. "Gak usah gue udah sehat ko, kalian gak usah khawatir ya." Anne menatap sekeliling gue dengan tatapan yang sangat aneh. "Anya, boleh gue tanya sesuatu?" tanya Anne. "Ya nanya tinggal nanya ko ribet harus izin dulu," ledek gue. "Di mana Sam?" tanya Anne. DUARR!!!!! Seketika lemas semua badan gue ketika mendengar nama itu. Karena selama ini gue selalu kabur dari semua orang dan menghilang untuk menghindar pertanyaan tentang keberadaan Sam. Anya PoV Off. Lili PoV On. "Si Anne kenal Sam dari mana?" pikir gue. Gila, dia juga malah nanya keberadaannya Sam lagi. Gua gak kuat liat Vania kayak pengen nangis. "Turnamen dulu yang bener baru gue kasih tau dimana Sam sama lo. Gue tunggu medali lo," jawab Anya sambil tertawa hambar. "Iya juga, biasanyakan lo kayak amplop sama prangko gak bisa lepas sama Sam. Di mana ada Sam pasti ada Anya, nah gue bingung mih sekarang. Sam kemana ko lo sama Lili doang yang kelihatan," timpal Ka Oni. "Selesai turnamen ini gue bawa lo, Ka Oni, dan Koh Edwin ke tempat Sam. Dengan catatan minimal kalian lolos quarter final. Kalo salah satu kalian bertiga gak lolos quarter final. Maaf gue gak akan bawa kalian ke Sam," jawab Anya tegas. Tatapan itu, tatapan yang paling gue benci. Tatapan rapuh milik seorang Anya Putri Vania yang sangat menyayat hati. Dia masih bisa tertawa ketika orang bertanya, "Di mana Sam?" Perkataan itu yang selalu membuat kita semua teriris. Gue tau perasaan Anya gimana selama ini. Apapun yang dia lakukan selama ini hanya untuk menghibur dirinya sendiri. Dia sangat terpuruk selama ini, gue tau itu. Tapi, gue juga bersyukur dan bangga sama dia. Karena dia bisa bertahan dan berjuang demi kehidupan selanjutnya. Gue menepuk pundak nya pelan. "Nya kita balik yuk," ucap gue. "Yuk, ini duit bayarnya lo yang bayar Li," ucap Anya. "Gak usah, Dek. Jadiin satu aja sama Koh Edwin nanti," ucap Koh Edwin. "Gak usah Koh itu aja," tolak Anya dengan halus. "Gue yang bayarin!" ucap Anne. "Gak usah," ucap Anya dengan tegas. Gue langsung nerima uang Anya dan langsung ke tempat p********n. "Excusez-me Miss, je veux payer un message sur le tableau n 12," ucap gue. (Permisi Mb, saya mau bayar pesan di meja no.12,) "Désolé Miss, toutes les commandes ont été payées par Miss," ucap pelayan itu sopan. (Maaf Mb, semua pesanan yang ada disana sudah di bayar Mb.) "Si vous savez qui paie?" tanya gue. (Kalo boleh tau ,siapa ya Mb yang bayar?) "Désolé miss, je ne peux pas le dire," jawab pelayan tersebut. (Maaf Mb, saya gak bisa memberi tahu,) "Faites-moi juste savoir que, le médecin généraliste est mon ami, frère," ucap gue dan gue ngeliat kek pelayan itu takut. (Kasih tau saja Mb, gpp itu temen saya ko,) "Huft, bien ne me dis pas de moi, Miss," ucap pelayan tersebut. (Huft, baiklah jangan bilang dari saya ya Mb,) " Oui," ucap gue. (Iya,) "Moinser. Kenzo a payé pour cela," ucap pelayan itu. (Tuan Kenzo yang membayarnya,) "Oh comme ça, merci Miss pour l'info," ucap gue. (Oh seperti itu, terima kasih Mb atas infonya,) "Oui, vous êtes le même Mo," ucap pelayan itu. (Iya, Mb sama-sama) Mendengar apa yang di katakan oleh pelayan itu, gue hanya terdiam dan menatapnya dengan tatapan kaget. Buset Kenzo tanpa bicara dia ngelakuin tindakan kayak gini. Mana satu meja lagi dia bayarin. Gue pun kembali nyamperin Anya dan yang lain. "Zo makasih," ucap gue ke dia dan ternyata dia kaget karena gue tau dia yang bayarin. "Lah, lo ngapain Li ngucapin makasih ke Kenzo?" tanya Fajar. "Kenzo yang traktir makan kita malem ini," ucap gue. "Asik Kenzo baik banget malem ini, sering-sering aja Zo kayak gini. Surga dunia banget gue," ledek Fajar. "Wah, gue mencium bau-bau sesuatu di sini," ucap Kelvin dengan nada tengilnya. "Wah, iya juga. Kayak ada apa gitu ya," timpal Jojo. "Abis berapa Zo?" tanya Anya seraya menghitung jumlah uang yang ada di tangannya. "Gampang lah urusan itu mah," ucap Kenzo dengan nada santainya. "Wah, makin terlihat bung!" ledek Bang Ucok. "Akankah, seorang Kenzo melepas masa jomblonya setelah turnamen kali ini!" seru Rifaldy. "Maybe yes!" ucap Ka Oni. "Apasih kalian ini!" ucap Kenzo sambil memutar bola matanya malas. "Oh ya, gue dan yang lain mau cabut lagi ni. Mau jalan-jalan keliling sini, kalian mau bareng gak?" tanya Fajar. Mereka semua pun mengangguk kecuali Kenzo, Ka Oni, dan Koh Edwin. Kelvin pun melirik Anya dengan tatapan yang sulit diartikan. "Anne di kasih semangat, kita gak di kasih semangat ni?" kode Kelvin. "Ngode banget lo Vin," ucap gue dengan malas. Lili PoV Off. Anya itu seorang wanita yang kuat, namun dia terlihat rapuh jika kita memahaminya pada tatapan matanya. Darinya gue banyak belajar tentang banyak hal. Kehidupan, persahabatan, dan kekeluargaan. -Lili Syafika.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN