Pelangi menghentikan kegiatannya menata piring. Dia membalikkan badannya dan menatapku. Tatapan yang penuh dengan pertanyaan tentang apa maksud dari pernyataanku. Aku yang mengerti langsung menjelaskan semuanya, sekalian memberitahu Pelangi bahwa Moondy tidak suka jika Pelangi di antar pulang oleh laki-laki lain.
"Jadi lebih baik jangan diulangi lagi ya kamu pulang malam dan diantar sama cowok."
"Ga ada angkot Lan. Makanya aku nerima tawaran Amir."
"Kenapa kamu gak telpon Moondy aja buat jemput kamu ?"
"Gak kepikiran. Kayanya juga ga mungkin aku telpon dia. Mana peduli dia sama aku. Jadi aku nrima tawaran Amir untuk antar aku pulang. Gak salah kan ?"
"Iya emang gak salah sih. Tapi kan biar bagaimanapun juga kamu kan sudah menikah. Batasilah pergaulanmu dengan pria lain. Moondy ga suka Ngi."
"Cuma teman Lan. Toh aku juga ga ada hubungan apa-apa. Kalau memang dia gak suka ya seharusnya dia bisa kan ngasih tau aku sendiri ? Ngapain juga harus lewat kamu ?"
"Ya mungkin dia gengsi."
"Aku lebih suka dia berbicara baik - baik ke aku kalau memang dia ga suka. Bukan malah membentakku seenak jidat dia. Kamu gak tau sih gimana dia maki-maki aku semalam."
"Mungkin itu salah satu cara dia Ngi buat ngungkapin rasa cemburunya ke kamu. Cara orang mengungkapkan rasa cemburunya kan beda-beda Ngi."
"Cemburu ?"
"Heem."
"Maksudnya mas Moondy cemburu sama aku ?"
"Iyalah. Masak iya sama aku. Kan dia marah-marahnya sama kamu. Bukan aku."
"Kayanya enggak deh. Sama kamu dia juga begitu enggak kalau cemburu ?"
"Ummm.. Enggak sih. Dia ngomong langsung ke aku kalau dia ga suka aku gimana-gimana gitu."
"Baik kan ngomongnya ? Sama aku kan enggak ? Dan rasanya ga mungkin dia cemburu. Itu mustahil Lan. Mas Moondy gak akan cenburu-cemburu sama aku."
"Ga ada yang gak mungkin Ngi. Toh kalian kan juga udah lama bersama, yaa siapa tau kan ? Inget Ngi witing tresno jalaran soko kulino."
"Halah wis to Lan. Ora percoyo aku. Wislah, aku mau siap-siap kerja dulu."
Seperti yang kuduga, Pelangi tidak akan percaya begitu saja padaku. Tapi aku bisa melihat dari pipinya, bahwa dia juga senang ketika aku bilang Moondy cemburu padanya karena mulai mencintainya. Guratan itu bisa kulihat, karena aku dan Pelangi sama-sama perempuan. Pipinya merona menandakan malu dengan perkataanku.
*****
Momen lebaran tiba. Aku pulang ke rumah orang tuaku. Tanpa Moondy pasti. Kutitipkan Moondy pada Pelangi meskipun aku cemburu. Aku tidak ikhlas mereka tinggal berdua. Aku takut Moondy akan melakukan penyatuan itu dengan Pelangi. Aku tau Moondy lelaki normal, dan Pelangi juga tetap istri sahnya sama sepertiku. Aku menghempaskan tubuhku di ranjang begitu sampai rumah.
"Moondy ga kesini Lan ?" Tanya ibuku.
"Nanti ma habis lebaran dia kesini. Dia kerumah dia dulu bareng Pelangi." Jawab Bulan dari dalam kamar.
"Gimana hubungan kalian selama ini ?" Tanya Ayahku.
"Baik yah. Bulan ke kamar dulu." Pamitku ke kamar karena aku tidak mau terlalu banyak menerima pertanyaan dari orang tuaku.
Kriingg .... Kriingg... Ponselku berdering. Ada panggilan masuk dari Moondy suamiku. Aku tentu langsung tersenyum sumringah menerima telepon dari Moondy.
"Haloo ... " Sapaku.
"Halo sayang ..... " Jawab suara di seberang sana.
"Tau aja sih kalau aku lagi mikirin kamu." Kataku.
"Masak sih ? Kenapa sayang ? Apa ada sesuatu yang membuatmu galau ?"
"Eh .... Enggak, aku ..... Cuma ..... Rindu ...." Jawabku berbohong. Karena aku tidak mungkin memperlihatkan kecemburuanku padanya dan Pelangi.
"Aku juga rindu sama kamu sayang. Muach... Kamu udah buka puasa ?"
"Udah sayang. Tadi buka puasa sama keluarga disini. Kamu lagi apa sayang ?" Tanyaku.
"Aku sedang berada di kamar sayang. Ini aku masih di rumah Pelangi. Besok baru aku akan ke rumahku."
"Nanti malam kamu tidur sama Pelangi ?" Aku tidak bisa lagi menahannya.
"Sepertinya iya. Kan gak mungkin aku tidur terpisah dari dia sayang. Kenapa sayang ?"
"Oh ... Enggak." Aku meneteskan air mata. Rasanya berat meskipun ini bukan yang pertama Moondy tidur bersama Pelangi.
"Kamu kenapa kok tiba-tiba aneh gitu ? Kamu nangis ? ."
"Ini kali pertama kita jauh selama kita sudah menikah. Rasanya berat banget harus berjauhan begini. Apalagi kamu harus bersama Pelangi. Aku jadi ...... Cemburu."
"Kamu jangan begitu sayang, percayalah aku tidak ada hubungan apa-apa sama Pelangi. Aku hanya mencintaimu sayang.
"Iya sayang. I love you."
"I love you too."
Telepon terputus. Kupandangi poto pernikahan kami yang terpajang di kamarku. Pernikahan yang rumit dan mengenaskan. Tidak seharusnya aku berada di posisi ini.
"Lan .... " Sapa mamaku.
"Mama ..... " Aku merengkuh mamaku. Aku memeluknya. Hanya dia yang tau perasaanku. Hanya dia yang mengerti aku .
"Sabar. " Katanya sambil mengusap rambutku.
"Ini pilihanmu. Kamu harus bertanggung jawab dengan pilihanmu sendiri." Lanjutnya.
"Ternyata berat ya ma seperti ini. Bulan rasanya ga kuat. Menahan cemburu itu sungguh menyakiti hati Bulan ma."
"Apalagi istri pertamanya yang tak pernah dianggap oleh Moondy nak." Kata mamaku.
"Mama ..... Kenapa mama bicara seperti itu ? Mama lebih membela Pelangi ? "
"Mama bukan bermaksud membela Pelangi, tapi mama hanya ingin kamu juga menyadari apa yang Pelangi rasakan. Jangan tamak. Jangan iri."
"Mama ... " Kueratkan pelukanku padanya. Mamaku memang sudah tau semuanya.
"Jika hari itu terjadi kamu juga harus terima. Kalian sama-sama istri sah Moondy. Harus bisa terima satu sama lain. Jika ada yang tidak kuat, akhiri. Jangan dilanjutkan lagi. Jika ada yang merasa tersakiti jangan berpoligami."
"Bulan gak bisa. Bulan cinta sama Moondy, dan Moondy juga cinta sama Bulan, kalaupun harus pisah, harusnya Pelangi sama Moondy, karena dialah penyebab kerusuhan ini terjadi."
"Tapi pada kenyataannya Moondy belum juga melepaskan Pelangi kan ?"
"Moondy bilang, sampai aku hamil dia akan mengurus perceraian dia dengan Pelangi."
"Kalian yakin ? Ide yang buruk tidak akan menghasilkan sesuatu yang baik."
"Maksud mama ?"
"Jadi kalian akan memanfaatkan kehamilan untuk menyakiti Pelangi ?"
Aku mengangguk.
"Kalian punya Allah nak. Jangan seperti itu. Kehamilan itu anugrah. Jangan sampai ada yang terdzolimi dengan anugrah dari Allah. Dampaknya bisa tidak baik juga untuk hubungan kalian berdua."
"Lalu aku harus gimana ma ?"
"Mintalah Moondy tegas. Siapa yang dia pilih. Tapi jangan memanfaatkan kehamilanmu. Jika memang mereka harus berpisah jangan ada yang tersakiti. Pisahlah baik-baik. Dan jika Moondy tidak bisa melepaskan salah satu diantara kalian, Moondy harus adil. Dan kalian berdua harus iklas dan legowo satu sama lain. Tidak boleh ada yang iri atau benci satu sama lainnya."
Aku kembali memeluk ibuku. Rasanya terlalu menyakitkan. Apa benar kata ibuku ? Pantas saja aku belum kunjung hamil juga. Apa ini peringatan dariMu ya Allah.
***