ADEGAN MESRA

1097 Kata
Satu minggu di rumah aku hampir gila karena memikirkan bagaimana dan apa saja yang Moondy dan Pelangi lakukan. Aku tau Moondy bukan tipe sembarangan pria yang mudah menyentuh sembarang wanita di hadapannya tapi aku tetap saja merasa cemas. Aku bahkan hampir setiap detik menelfonnya untuk memastikan bahwa kekhawatiranku tak akan menjadi kenyataan. "Ayah, mama aku pulang dulu ya." Pamitku. "Kamu hati-hati dijalan. Ingat pesan mama kemarin." "Iya ma. Makasih ya. Aku pamit dulu. Assalamualaikum." "Walaikumsalam." Jawab orang tuaku bersamaan mengiringi kepergianku. Sepanjang perjalanan pulang aku terus terngiang-ngiang kata ibuku tempo hari. Hingga setahun pernikahan belum juga ada tanda-tanda kehamilanku. Padahal kami rutin berhubungan badan. Sepertinya memang aku harus merubah niatku untuk hamil. Lebih tepatnya untuk melanjutkan keturunanku dengan Moondy bukan untuk membuat agar Moondy dan Pelangi cepat bercerai. *** Kami terus terhanyut dalam kerinduan. Entahlah sudah berapa lama kami berpadu cinta seperti ini. Baru kali berpisah dengan Moondy suamiku selama ini, biasanya kami selalu bersama. Moondy terus memompa kejantanannya padaku, membuatku tak tahan untuk semakin mendesah dan terus mendesah merasakan nikmatnya surga yang dia berikan. Moondy melumat bibirku yang terus merancau dan mendesah, mungkin agar Pelangi tak mendengarnya. Aku memang tidak bisa menahan desahan ketika bercinta, aku bisa menjerit-jerit bahkan saat o*****e hampir tiba. "Ah sayang .. " Tubuhku bergetar hebat ketika aku telah o*****e. "Aku mencintai Bulan. Ah ah ...." Moondy selalu menyebut namaku ketika pelepasan datang padanya. Tak lupa dia menciumku sebelum akhirnya menjatuhkan tubuhnya disampingku. "Sudahkan kamu melakukannya Pelangi ?" Aku tak bisa menahan untuk tidak menanyakannya. Maka begitu Moondy sudah sedikit tenang kutanyakan padanya. "Maksud kamu ?" "Ya melakukan penyatuan dengannya, sama seperti yang kita lakukan malam ini." "Aku hanya mencium bibirnya." Kata Moondy yang membuat jantungku beedegub keras. "Lalu ?" "Meremas payudaranya sedikit.." Lanjutnya. Dan jantungku tambah berdegub dengan keras. Keringat dingin keluar dari dalam tubuhku. Mataku mulai berair tapi kutahan. "Tapi tak sampai melakukannya. Karena aku tidak bisa." Lanjut Moondy lagi. "Kenapa ?" "Aku kemudian mengingatmu. Percayalah sayang, itu hanya nafsu sesaat. Bukan karena cinta seperti aku melakukannya denganmu. Aku tiba-tiba merasa sepi, aku tak sengaja melihat dia keluar dari kamar mandi, lalu terjadi begitu saja, dan .... " Moondy kembali menciumku. "Dan apa ?" Kataku melepas ciumannya. "Dan aku tidak jadi melakukannya. Aku berani bersumpah untuk itu. Aku lalu meninggalkannya keluar kamar." Jantungku langsung melega mendengarkan penjelasan Moondy. Setidaknya penyatuan itu tak mereka lakukan. Kalau sekedar ciuman bibir biarlah, toh aku sudah menghapus bekas bibir Pelangi malam ini dengan ciumanku. Aku kembali melumat bibir Moondy. Kunaiki tubuhnya yang masih tergetak di ranjang kami. Kuraih bibirnya dengan menuntut. Kejantanan milik Moondy kembali menegang saat bersentuhan dengan kewanitaanku. Dan selanjutnya kami kembali bercinta meluapkan rindu yang selama satu minggu ini tidak tersampaikan . **** "Aku mau beliin Pelangi mobil." Kata Moondy yang seketika membuat mataku membulat. "Mobil ? Tidakkah itu terlalu berlebihan sayang ?" Protesku. "Aku tidak suka Pelangi pulang dengan laki-laki lain. Untuk itu aku harus memberinya fasilitas agar dia berangkat dan pergi kerja tanpa adanya laki-laki lain bersamanya selain aku." "Jadi ini masih soal teman kerja Pelangi kemarin ?" "Teman kerja ?" "Iya, Pelangi sudah bercerita padaku kenapa dia diantar oleh temannya itu. Dan mereka berdua tidak ada hubungan sama sekali sayang." "Tapi mereka terlalu akrab. Aku tidak suka ! Satu-satunya laki-laki yang boleh dekat dan berbicara dengan Pelangi hanyalah aku!" Wajah Moondy memerah. Aku mengenalnya. Aku tau dia cemburu. Moondy cemburu pada Pelangi yang dekat dengan teman kerjanya. Hanya saja Moondy tidak tau bagaimana caranya mengungkapkan perasaan itu padanya. Aku memang mendengar semalam mereka bertengkar hebat. Tapi aku tak menanyakan masalah apa yang terjadi karena kupikir itu bukan urusanku. Ternyata inilah alasannya. "Apa tidak sebaiknya kamu pikir dulu sayang ?" "Maksudmu ?" "Belikan saja motor dulu. Toh Pelangi belum tentu bisa naik mobil kan ? Kalau motor kan semua orang bisa." "Nanti jika dia merasa tidak adil bagaimana ? Bukankah kamu punya mobil ?" "Ya ga mungkin kalau soal itu. Ini masalah kendaraan lho sayang. Gak semua orang bisa naik mobil. Kalau kamu mau beliin Pelangi mobil ajari dulu dia menyetir kalau bisa baru kamu beliin." Tentu saja aku tidak suka jika Pelangi dapat mobil. Aku saja beli paroan uangnya sama Moondy. Yakali Pelangi dapat mobil cuma-cuma. "Yasudah terserah. Mobil atau motor bebas. Yang penting tidak ada alasan lagi Pelangi pulang sama laki-laki lain." *** Hari ini aku sengaja pulang lebih cepat. Aku ingin memasak untuk Moondy. Aku ingin masak serba sayur penyubur s****a dan sel telur agar aku bisa segera hamil. Aku ingin segera memiliki keturunan. Sebelum sampai rumah aku berbelanja dulu di supermarket. Semua sayur yang kupilih jelas bagus kualitasnya. "Lan ..... " Sapa Pelangi. "Hai Ngi sudah pulang ?" Tanyaku. "Lan, itu mas Moondy yang beliin aku motor ?" Tanya Pelangi. "Loh ? Udah sampe emang motornya ?" "Udah tadi diantar ke kantor." "Kamu bisa naik motor kan ? Suka gak sama motornya ?" "Suka sih, tapi ..... " "Tapi kenapa Ngi ? Warnanya gak cocok kah ?" "Bukan itu. Kenapa tiba-tiba dia membelikan aku motor ? Padahal semalam kita habis bertengkar Lan." "Moondy mencintaimu Pelangi." Kucubit gemas pipinya. "Jangan mulai deh Lan." "Aku serius Ngi. Dia terlalu cemburu jika kamu dan Amir selalu bersama, makanya dia membelikanmu motor agar kamu tidak terlalu dekat dengan Amir." "Begitukah alasannya?" "Iya. Aku gak nyangka kalau secepat itu Moondy membelikanmu motor. Baru semalam dia berbincang denganku. Awalnya mau beliin kamu mobil. Tapi kupikir kita belum tau kamu bisa nyetir enggak, daripada udah beli tapi ga kepake kan ?" "Kayanya terlalu berlebihan deh Lan. Jangankan mobil, motor aja aku merasa terlalu aneh. Apalagi alasannya karena Amir yang jelas-jelas bukan siapa-siapa." "Ya namanya juga orang cemburu Ngi." "Mas Moondy udah pulang belum ?" "Belum. Mungkin bentar lagi. Kenapa Ngi ?" "Umm mau ngucapin terima kasih aja sih. Eh ada acara apa nih Lan ? Kok kamu masak-masak banyak banget ?" "Iya Ngi aku masak buat makan malam kita nanti. Aku sengaja masak makanan penyubur Ngi, aku ingin segera cepat hamil. Doain aku ya." Hening. Suasana seketika berubah menjadi hening. Pelangi masih terdiam berdiri di depanku. "Aamin semoga keinginanmu segera terwujud. Dan aku juga bisa segera berpisah dari mas Moondy Lan." "Eh bukan begitu maksudku Ngi." Kataku sambil menghengtikan kegiatan memasakku. "Gpp Bulan. Aku ngerti kok. Lagian aku juga sudah tidak bisa lagi terus-terusan seperti ini" "Gak ada yang bercerai dan diceraikan Ngi. Kalaupun aku hamil Moondy tidak akan menceraikanmu. Percayalah padaku. Bukankah kamu bisa lihat sendiri kalau Moondy secemburu itu padamu ? Apa masih kurang bukti kalau Moondy juga mencintaimu Ngi ?" "Yasudahlah Bulan lupakan saja. Aku ganti baju dulu ya. Biar kubantu kamu masak. Nanti keburu mas Moondy pulang." ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN