KEGUNDAHAN KAISAR

1023 Kata
Kaisar menghela napas, ia menatap Duke yang masih berdiri di depannya. Pria itu bungkam, membuat Kaisar semakin tak enak hati. "Duke ... ini benar-benar di luar prediksi saya." "Saya mengerti posisi Anda, Yang Mulia. Ini hal yang biasa, wajar jika Putra Mahkota marah dan tak bisa menahan emosi. Apa yang saya katakan, begitu kurang ajar." "Saya benar-benar minta maaf, Duke Montpensier. Sungguh, ini sangat memalukan sampai saya tidak bisa mengatakan apa pun kecuali kata maaf." Kelakuan Putra Mahkota sungguh keterlaluan, mengacaukan harga diri keluarga Kekaisaran. Dia bahkan tak menyangka putranya akan melakukan hal demikian, ia kira Diones akan begitu senang dan mengganti pengantin di pernikahan ini. Hah ... Dia memang tidak pernah menolak hubungan Diones dengan Lady Gremory, dia bahkan pernah berniat untuk mendidik anak dari keluarga Baron Luxian menjadi seorang Permaisuri. Tapi, putranya mengatakan jika Lady Gremory bukan orang yang cocok berada di kursi penting itu. Bahkan, Diones sangat yakin, jika akan ada seorang Lady yang melangkah sendiri ke istana untuk melamarnya. Awalnya ia tak percaya, sampai enam bulan lalu Duke Montpensier melamar putranya. Dia sangat tahu jika keluarga Montpensier adalah bibit unggul yang tak bisa diremehkan. Berita tentang putri sang Duke bahkan lebih diminati daripada berita tentang keluarga Kekaisaran. Tidak hanya itu saja, pendeta dan petinggi kuil Dewi Psyche mengatakan dengan jelas. Luisa Montpensier adalah wanita yang diberkahi jiwa suci sang Dewi, seseorang yang akan memakmurkan Kekaisaran Gladys. Yang menjadi masalah adalah anaknya sendiri. Diones tidak mencintai Luisa, hanya ingin memanfaatkan ketenaran dan segala hal yang ada pada gadis musim semi itu. Putranya seakan ingin mengurung Luisa Montpensier, menikmati dukungan politik dan ketenaran Luisa di pergaulan sosialita kelas atas. Kabar jika Luisa adalah anak yang diberkati oleh Dewi Psyche menjadi obsesi yang tak bisa disimpan Putra Mahkota dengan rapat, terlihat jelas jika sang Putra Mahkota ingin memanfaatkan berkat Dewi yang dimiliki Luisa. Dia berpikir dengan waktu yang ada anaknya akan jatuh cinta, tapi semakin hari hubungan mereka seperti sebuah bisnis. Dingin dari pihak Putra Mahkota seperti kurungan musim dingin tanpa ujung, sementara musim semi penuh cinta selalu diberikan oleh Luisa Montpensier dengan begitu nyata. Pada saat pesta pertunangan, Diones bahkan tidak mengizinkan Luisa memakaikan cincin di jari manisnya. Anak nakal itu malah memasang cincinnya sendiri, tidak memedulikan perasaan Luisa yang dipandang sebagai wanita perebut kekasih orang lain. Beruntung saja Luisa bukan wanita lemah, orang-orang yang berniat menindasnya karena kejadian itu seketika diam. Mereka semua tidak bisa bicara sembarangan, itu semua karena prestasi Luisa selama berada di keluarga Montpensier. Gadis musim semi yang melahirkan banyak relasi, membuktikan dirinya pantas sebagai pendamping Putra Mahkota. Bagaimana bisa putranya bersikap sangat kurang ajar pada Lady seperti itu? Entahlah. Andai dia bisa kembali ke masa muda, maka dirinya tak akan ragu untuk mencintai Luisa. Sayangnya Luisa Montpensier tidak hidup pada masa muda sang Kaisar, membuat pemimpin agung itu begitu menyesalkan tindakan Putra Mahkota. "Yang Mulia, saya akan undur diri." Kaisar yang termenung lantas mengalihkan tatapan. "Duke, maafkan semua kekacauan ini. Saya tak tahu harus melakukan apa, tapi saya berharap pertunangan ini tidak terputus. Untuk pembatalan pernikahan ini, saya akan mencari alasan yang tepat agar wajah keluarga kita tidak tercoreng terlalu banyak." "Saya mengerti, Yang Mulia." "Terima kasih atas pengertian Anda, Duke." Setelah itu Duke segera pergi, menyisakan Kaisar sendiri di ruang takhta. Ia menatap ke arah jendela, menikmati langit yang cukup cerah. Apa yang akan dilakukan Putra Mahkota? Satu hal yang paling diyakini oleh Kaisar. Putra Mahkota akan memburu Luisa, memberikan tekanan yang kuat. "Yang Mulia, Grand Duke Lauren meminta izin untuk bertemu dengan Anda." Kaisar yang mendengar kabar itu seakan tersiram air dingin. Kesadarannya pun terisi penuh, lalu secepat kilat mengubah ekspresi wajah. "Biarkan Grand Duke masuk," ucap Kaisar dengan tenang. Pintu terbuka, pria dengan rambut keemasan yang sama dengan mendiang Permaisuri segera masuk. Iris matanya berwarna biru cerah, seperti permata yang dipoles sempurna. Ahhh ... putra keduanya begitu tampan. Wajahnya yang menawan membuat Kaisar merasa tenang, pembawaan yang begitu anggun tetapi juga agung. Andai saja anaknya itu ingin menjadi serakah, dia sama sekali tidak keberatan menunjuk putra kedua sebagai Putra Mahkota. Selain mengurus wilayah luas Kastella yang diberikan pada Grand Duke dengan becus, anak keduanya itu juga merupakan seorang politikus yang mengagumkan. "Salam pada Matahari Abadi Kekaisaran. Saya, Lauren Von D'Glazia, menghadap." "Berdirilah, Grand Duke. Hanya ada kita berdua, bisakah Anda memanggil saya Ayahanda?" Jawaban hangat, penuh kasih sayang dan rasa bangga. "Itu sangat tidak sopan, Yang Mulia." "Hah ..." Kaisar menghela napas agak panjang, ia juga menatap Grand Duke dengan senyuman. "Baiklah, saya mengalah untuk hari ini. Jadi, apa yang membuat Ayahanda terlihat tidak baik-baik saja?" Kaisar berdiri dari kursi takhta, ia melangkah dan berhenti di depan Grand Duke. "Bisakah kita bicara sambil minum teh di taman?" "Sesuai permintaan Anda, Ayahanda." Inilah yang membuat Kaisar begitu senang jika bersama Grand Duke. Walau umurnya masih muda, tetapi memiliki pembawaan yang sangat bijaksana. Beberapa saat berlalu, mereka sudah duduk dengan nyaman di gazebo tak jauh dari air mancur. Kaisar juga sudah memerintahkan pelayan untuk menyajikan teh, tentu saja dengan beberapa jenis camilan. "Jadi, ada apa Ayahanda?" "Pernikahan Putra Mahkota dibatalkan." Kaisar menatap ke arah air mancur, ia lantas memijat keningnya sejenak. "Bagaimana bisa? Bukankah pernikahan itu akan diadakan tiga hari lagi?" "Pengantin wanita membatalkan pernikahan. Anda tentunya tahu, Lauren. Putra Mahkota begitu egois dengan harga diri yang tinggi, dia bukan orang yang mudah." Pembicaraan terhenti sejenak, pelayan menuangkan teh hangat dengan sempurna. "Bukankah Lady Luisa yang melamar Putra Mahkota lebih dulu? Kenapa begitu tiba-tiba?" Kaisar diam, ia juga tak tahu alasan singkatnya. Tapi, dia jelas tahu salah satunya karena Putra Mahkota tidak mencintai Luisa. "Andai saja Anda bersedia menjadi Putra Mahkota, mungkin keadaan jauh lebih baik." "Ayahanda! Bagaimana Anda bisa berkata seperti itu? Saya sudah cukup puas dengan posisi saya saat ini." Inilah yang menarik. Grand Duke Lauren bukan orang serakah, membuat Kaisar menjadi sangat kagum pada kepribadiannya itu. "Lauren, apa saya bisa mengajukan beberapa permintaan?" "Katakan, Ayahanda." Kaisar lantas mendekat, ia berbisik dengan wajah serius kepada Grand Duke muda itu. Pada saat selesai, dengan senyum tulus Kaisar menatap Grand Duke. "Itu tugas yang berat. Saya tidak yakin bisa melakukan hal tersebut, tapi jika Ayahanda merasa jauh lebih baik, maka saya akan melakukan semampu saya."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN