KEHANGATAN KELUARGA

1454 Kata
Reinald POV     sudah tiga hari kami di rumah bunda, dan selama itu juga aku kembali mendapat perhatian-perhatian Hanna kembali, ia kembali melayaniku, entah mengapa aku merasa sangat senang mendapati sikapnya yang seperti semula, aku merasa dihargai sebagai seorang suami. ia selalu memperhatikan kebutuhan-kebutuhan kecilku, mengambilkanku makan serta minum salah satunya, kebiasaan yang hilang ketika aku memutuskan membawa Raline ke dalam rumah kami.     hubungan ku dengannya juga sudah lumayan mencair, walaupun aku tetap belum menyentuhnya, setidaknya aku dapat melihat senyumnya kembali setelah selama ini hilang. mungkin efek dari perhatian-perhatian yang aku berikan kepadanya juga. entah nanti bagaimana jika kami sudah kembali ke Jakarta. melihat bagaimana sikap bunda kepada Hanna selama di rumah, aku sangat meyakini bahwasanya bunda benar-benar sangat menyayangi Hanna, bukan sebagai menantunya, tapi aku merasa bunda sangat menyayanginya sebagai putri kandungnya sendiri.     aku jadi semakin merasa bersalah kepada bunda, selama ini aku telah menyia-nyiakan Hanna sebagai istriku, tidak tahu bagaimana reaksi bunda saat tahu aku sudah menyakiti putri kesayangannya itu dengan cara aku memadunya. lebih parah lagi bagaimana jika bunda tahu bahwa aku menikahi Raline, orang yang selama ini ditentang bunda.     Hahh… aku tidak tahu mengapa bunda berubah begitu cepat setelah mengetahui orang tua Raline. sebelum mengenal orang tuanya, bunda sangat perhatian dengan hubunganku dengan Raline, namun entah mengapa ketika aku ingin menjalin hubungan lebih serius dengan membawa om dan tantenya Raline, tanpa sepatah kata bunda langsung pergi begitu saja. bahkan bunda juga mengancam menyakiti dirinya sendiri jika sampai aku kembali berhubungan dengan Raline.     mungkin aku akan mempertimbangkan hubunganku kembali dengan Hanna, jika sampai kami berpisah entah apa yang akan terjadi dengan bunda. bagaimanapun aku sangat menyayangi bundaku itu. aku tidak sanggup melihatnya terluka, walaupun kenyataannya aku sudah melukai nya secara tidak langsung. jika pernikahanku dengan Hanna adalah sebuah penawar untuk pernikahanku dengan Raline, maka aku akan tetap mempertahankannya.     selama aku tidak berpisah dengan Hanna, selama itu pula bunda tidak akan tahu hubunganku dengan Raline, biarlah aku menyembunyikan pernikahanku dengan Raline dari keluarga besarku. asal aku akan selalu tetap bersama Raline, aku rela. berarti tugasku saat ini adalah mulai memperbaiki hubunganku dengan Hanna, bagaimanapun aku juga sadar telah menzholiminya selama ini. mungkin dengan aku memperbaiki hubunganku dengan Hanna, akan membawa kebaikan juga dalam hubunganku dengan Raline. aku tetap berharap suatu saat keluargaku, terlebih bunda bisa menerima pernikahanku dengan Raline. ***     kedatangan Hanna disisi bunda membuat efek sangat baik, bunda sekarang terlihat lebih segar dan juga bahagia. terlebih Hanna juga membuatkan langsung makanan sehat untuk bunda, ia sendiri yang langsung mengontrol kadar garam dan gula untuk makanan bunda, walaupun begitu makananya tetap terasa sangat lezat. tidak salah jika ia mengambil kursus memasak untuk lebih mengembangkan masakannya, karena ia memang sepandai itu.     tidak hanya memasak makanan untuk bunda, ia juga mengambil alih dapur rumah dan memasak untuk seluruh anggota keluarga, bahkan ia juga sering menunjukkan keterampilannya membuat camilan untuk waktu senggang kami. lagi dan lagi ia selalu mendapat pujian dari setiap anggota keluarga di rumah ini, ia begitu pandai memikat hati setiap orang dengan sikapnya, bahkan ia selalu membersihkan peralatan bekas masak dan makan kami, walaupun bunda sudah melarangnya, tapi ia tetap saja melakukannya sendiri, kataya sudah terbiasa, jadi tidak mengapa.     saat ini kami telah siap untuk menyantap makan malam, makan malam terakhir di Bandung karena besok pagi kami harus kembali ke Jakarta. Andini, adik bungsuku yang berumur sepuluh tahun itu begitu manja selama ada Hanna disini, mungkin karena kedua kakaknya adalah laki-laki, jadi ketika Hanna menginap disini ia seperti memiliki seorang teman curhat, maklum bunda jarang ada di rumah, jadi ia merasa sangat kesepian. “ mbak Hanna gak mau tinggal disini aja, nanti kalo aku kesepian bagaimana?” lihat begitu manja bukan adikku ini. “ mbak Hanna harus ikut mas Rei pulang dong, masa mas Rei di Jakarta, mbak Hanna nya disini.” aku menjawabnya. “ nanti kan bisa Andini ke Jakarta kalo sedang libur sekolah.” bunda menimpali. “ ih tapi itu masih lama, nanti aku gak bisa makan masakan mbak Hanna yang super duper enak ini lagi.” ucapnya sambil cemberut. kami hanya tertawa saja mendengarnya. gadis kecil itu cemberut ketika kami menertawainya. “ besok sebelum berangkat mbak akan buatin kue kesukaan Andini ya, Andini mau mbak buatin apa?” akhirnya Hanna bersuara juga. “ Dini mau mbak buat macaroon sama cookies coklat, sama kue brownies sama….” ia berpikir “ loh sayang kok banyak banget, nanti yang ada mbak Hanna nya gak pulang pulang itu.” ayah menjaili tingkah anak bungsunya. “ ih ayah mah, abis kue buatan mbak Hanna itu enak bangettt.” “ iya tapi jangan minta dibuatin sebanyak itu dek, kasian nanti mbak Hanna nya capek bagaimana dek?” kali ini Andika anak tengah bunda dan ayah. sambil masih cemberut Andini berucap. “ tapi aku mau semuanya mas Dika..” “ ya sudah tidak apa-apa, nanti mbak buatin semuanya buat Dini ya.” “ beneran mbak? asyikkkk” Dini sangat antusias sekali mendengarnya, yang lain hanya menggeleng-gelengkan kepala saja melihat tingkah si bungsu.     ada seuntai senyum di wajahku, aku tidak menyangka efek kehadiran Hanna di keluargaku sungguh sangat besar. bagaimana jika mereka tahu bahwa aku sudah menyakiti Hanna, mungkin mereka akan sangat kecewa sekali padaku.     setelah beres makan Hanna langsung membereskan dan juga membersihkan peralatan makan. lepas itu ia terlihat sedang sibuk membuat sesuatu di dapur. tidakkah ia lelah? akhirnya aku mengahmpirinya. “ kamu lagi apa Naa?” “ ini mas, aku mau membuat cookies dan macaroon buat Dini.” “ besok saja membuatnya, sekarang waktunya istirahat.” “ enggak apa-apa mas, takut gak keburu besok, lagian masih belum terlalu malam, cukuplah waktunya. besok pagi baru aku akan membuat brownies permintaan Dini.” ucapnya lagi. “ ya sudah saya temenin ya” “ eh gak perlu mas, mas kalau mau istirahat duluan saja.” “ tidak apa, saya akan tunggu.” “ baiklah”     setelahnya ia sibuk dengan pekerjaannya, melihat tanganya yang lincah dan terampil menjadi kesenangan sendiri untukku. dibalik tubuh mungilnya banyak sekali bakat yang terpendam, terlihat dari bagaimana cara dia membuat adonan adonan tersebut dengan sangat lihai. tidak terasa sudah hampir dua jam lebih aku menemaninya membuat kue tersebut, kini dihadapan ku sudah tersedia cookies coklat dan juga macaroon permintaan Dini. “ mas mau coba?” tanyanya tanpa diperintah dua kali aku mencobanya, dan ternyata rasanya sesuai dengan apa yang dikatakkan oleh adik ku. enak bangeettt. “ ini enak banget, bener kata Dini. apa kamu gak mau buka took kue? nanti aku yang modalin” “ aku gak sepercaya diri itu mas kalau untuk dijual. mungkin nanti aku akan pertimbangkan” “ kamu harus percaya diri, semua yang kamu masak memang selalu enak, kalah Chef Juna.” lalu ia tertawa begitu lepas, senyumnya sangat indah. “ hahah mas Rei bisa aja, enggaklah aku Cuma bisa masakan kampung, beda dong sama chef Juna.” karena asyik tertawa tiba-tiba bunda datang menghampiri kami di dapur. “ ada apa ini malam-malam tertawa berduaan di dapur” bunda mencoba menggoda kami. “ tidak ada apa-apa bunda” jawabku. “ loh kamu yang bikin kue itu sayang?” bunda terkejut melihat hasil tangan Hanna. “ iya bunda.” “ loh memang kamu tidak capek setelah seharian memasak pagi,siang,sore, terus sekarang masak kue. kan bisa besok sayang.” “ eh tidak apa bunda, lagian kan juga sudah jadi kuenya. bunda mau coba?” “ boleh” “ gimana bun?” tanyaku “ ya sudah pasti enak, pantes aja kamu gak mau pulang ke Bandung Rei, ternyata istri kamu pinter banget masak, tuh buktinya kamu sekarang lebih berisi.” “ eh masa sih bunda aku gemukkan” aku sedikit terkejut mendengarnya, pasalnya nafsu makan ku meningkat setiap kali Hanna yang memasak. masakkannya memang sangat cocok di lidahku. “ iya, kamu harus bersyukur jadi suaminya Hanna, walaupun masih sangat muda, ia sangat pandai mengurus suaminya.”   apa yang dikatakkan bunda tidak sepenuhnya salah, Hanna memang sangat cekatan dalam segala hal.     “ ya sudah sana kalian istirahat, besokkan kalian mau balik ke Jakarta. hah bunda kesepian deh gak ada kalian.”    “ nanti kapan-kapan kami kesini lagi bunda, pasti kami akan sering kesini.” sambil mengecup pipi bundaku. “  sini peluk bunda dulu Naa.” sambil memeluk Hanna bunda mengucapkan : “ semoga segera hadir ya cucu bunda disini.” dengan sambil mengelus perut Hanna. Hanna hanya tersipu mendengarnya. “ iya bunda. bunda juga cepat istirahat ya, kami ke kamar dulu.” sambil merangkul Hanna kami beriringan meuju kamar kami yang ada dilantai dua. “ bunda berharap semoga pernikahan kalian langgeng selama-lamanya, dan diberikan anak yang sholeh dan sholehah, dan bunda harap hanya maut yang dapat memisahkan kalian. Rei tidak salahkan bunda menikahkanmu dengan Hanna? karena bunda tahu Hanna gadis yang sangat luar biasa, dia berbeda dari gadis lainnya, bunda harap kamu tidak akan pernah menyakitinya.” gumam bunda tatkala melihat kepergian Rei dan Hanna.  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN