“Ada yang bisa saya bantu?” aku melirik kearah entitas yang berdiri tak jauh dari tempatku. Dia adalah sang Tuan perhatian yang sudah cukup memperlakukanku dengan baik. Ketika dia melangkah seluruhnya menjadi magnet, hingga aku sendiri pun tidak dapat memalingkan muka barang sedikitpun terhadap dirinya. Dia mendudukan dirinya pada bangku usang yang ada dikediamanku tanpa merasa risih. Seperti dia bisa beradaptasi dengan apapun dihadapannya dengan sangat natural. Meskipun dalam hatinya aku bisa menebak bila dia pasti berpikir bila gubuk yang aku tinggali ini sama sekali jauh dari kata layak untuk ditinggali. Tapi dia memilih untuk tidak membahasnya, dan lebih berfokus pada diriku. Dan hal tersebutlah yang membuatku menghormati beliau meskipun pertemuan kami yang berlangsung cukup singkat. D