"Jangan berjanji untuk tidak saling meninggalkan, cukup berjanjilah untuk saling mempertahankan."
-------
"Halo, dengan siapa ini?" tanya Alya pada seseorang yang baru saja menghubungi ponselnya.
"Aku Richard, asisten pribadi Kenzie Winata. Apakah hari ini kau memiliki waktu senggang?"
"Kalau Kenzie ingin bertemu, aku tidak punya banyak waktu," jawab Alya dengan asal. Ia terlihat benar-benar malas kalau harus bertemu dan berurusan dengan pria itu lagi. Sudah dipastikan setiap bertemu dengan Kenzie, moodnya pasti akan rusak. Lagi pula tidak biasanya Kenzie menyuruh orang lain untuk menghubunginya.
"Hmm, bukan. Ada seseorang yang ingin sekali bertemu denganmu dan dia orang yang penting bagi Kenzie. Jadi kehadiranmu sangat diharapkan."
Alya terdiam, mencoba mencerna apa yang diucapkan Richard. Siapa orang penting bagi Kenzie, apa maksudnya kedua orang tua Ken, sodara atau siapa.
"Halo Alya, apa kau masih disana?" Richard menegur Alya yang tiba-tiba terdiam.
"Ehmm iya, baiklah sore ini akan aku sempatkan untuk datang. Kau berikan saja alamatnya. Sepulang kerja aku akan langsung ke sana."
Sementara di tempat berbeda, Kenzie terlihat begitu gelisah. Tak satupun berkas yang tersusun di meja ia sentuh. Tangannya sedari tadi hanya mengetuk-ngetuk permukaan meja hingga tak berapa lama ponselnya mengeluarkan bunyi memekakan telinga.
"Iya Rich, apa kau sudah melakukan apa yang aku perintahkan?" tanya Kenzie dengan raut wajah serius.
"Tenang saja Ken, aku sudah menghubungi Alya. Lagi pula, meja mereka sudah aku pasang alat penyadap. Kau bisa mendengarkan apa yang sedang mereka bicarakan nanti."
"Baiklah kalau begitu, terima kasih atas bantuanmu, Rich," ucap Kenzie sedikit tersenyum dan mengakhiri sambungan telepon.
Kenzie bisa sedikit lega karena bisa mendengarkan dari jauh apa yang akan Tita dan Alya bicarakan saat bertemu nanti. Ia harus memastikan sendiri apa yang mereka berdua bicarakan nanti saat bertemu.
Tak lama setelah menutup telpon dari Richard, Kenzie mendial salah satu nomor telpon yang ada di daftar kontaknya. Hanya membutuhkan dua kali nada sambung, panggilan pun diangkat oleh seseorang diseberang sana.
"Hai calon istriku. Apa harimu menyenangkan?"
"Oh ayolah Aku sedang tidak ingin berbasa-basi, Ken. Apa maumu menghubungiku?" jawab Alya.
"Aku mohon kerja-samamu kali ini, tolong hati-hati bila berbicara dengan orang yang akan kau temui sebentar lagi," ucap Kenzie penuh penekanan.
"Memang siapa yang akan aku temui sebentar lagi. Lagi pula Apa aku tidak salah dengar, seorang Kenzie Winata memohon dan meminta tolong pada rivalnya ? Ah, yaa, sepertinya kita lebih pantas disebut rival di bandingkan pasangan, bukan? Dan tolong hentikan memanggilku dengan ucapan calon istri aku jijik mendengarnya," jawab Alya tak kalah sengit.
"Terserah apa pendapatmu, aku cuma ingin kau bisa menjaga ucapanmu itu saja. Kalau sampai omonganmu melukai hatinya, ku pastikan kau akan menderita setelah ini."
"Aku tidak takut sama sekali, Tuan Kenzie," tantang Alya.
"Baik, ku tekankan lagi. Kalau sampai ucapanmu menyakiti hatinya, akan ku buat kau jatuh cinta dan tergila-gila denganku, sayang."
"Hoah, dasar pemimpi," balas Alya dan langsung mematikan telponnya.
Kenzie hanya terkekeh mendengar jawaban Alya. Namun setelahnya Ia terkesiap dengan ucapannya sendiri yang akan membuat Alya jatuh cinta dan tergila-gila padanya. Apakah itu akan benar terjadi di kemudian hari?
***
Marigold Hotel-Cosmix Cafe, reservasi tempat atas nama Richard Delano.
Alya kembali membaca pesan singkat yang Richard kirimkan. Rasa penasaran memenuhi otaknya. Siapa sebenarnya yang akan ia temui sore ini.
Tepat pukul empat sore, setelah menyelesaikan semua tugas di kantor. Alya melenggangkan badannya menuju parkiran untuk segera pergi ke tempat yang Richard maksud.
Langit jakarta masih mendung sore ini setelah hujan mengguyur dengan deras sedari pagi tadi. Mengenakan blouse kemeja pita ala korea lengkap dengan blazer dusty pink, Alya berlari kecil dari arah parkiran menuju lobby Marigold Hotel. Perasaannya hari ini bisa di bilang lebih baik daripada sebelumnya. Langkahnya pun terasa ringan menapaki jalan menuju Cafe Cosmix tempat Ia dan seseorang akan bertemu sebentar lagi.
"Permisi, apa anda sudah reservasi tempat sebelumnya nona?" tanya seorang waitress saat ia hendak memasuki cafe.
"Sudah, atas nama Richard Delano,"
"Baik, untuk meja atas nama Richard ada di sebelah kiri. Mari saya bantu tunjukkan." Ajak si waitress.
Saat melangkahkan kaki menuju meja yang telah dipesan, terlihat sudah ada seorang wanita yang menunggu. Dengan senyum manisnya Alya menyapa wanita yang sudah lebih dulu duduk di sana.
"Permisi."
"Oh Hai, silahkan duduk."
Sambil mengulurkan tangan, "Alya Destiana."
"Aku Titania Austin, tapi cukup panggil aku Tita."
Mereka pun akhirnya saling membuka percakapan basa basi, kemudian serius namun terkadang di selingi tawa satu sama lain. Dan tanpa disadari ada seseorang yang sengaja menunggu dan memperhatikan gerak gerik mereka berdua dari kejauhan.
"Aku kekasih Kenzie, kami sudah berhubungan dari beberapa tahun yang lalu hingga saat ini," ucapnya sambil tersenyum.
Alya menaikkan sebelah alis matanya sambil tersenyum masam, ada perasaan tidak enak mendengar ungkapan wanita itu. Apakah ia ingin menegaskan bahwa posisi Alya bagai duri dalam hubungan mereka. Tapi di lihat dari raut wajahnya yang sangat tenang, tidak ada tanda-tanda ingin berperang dengan Alya.
"Ah maaf, mungkin kehadiranku merusak hubungan kalian. Sungguh bukan kemauanku untuk menikah dengan cara begini. Aku sudah pernah memohon pada Kenzie untuk membatalkan perjodohan ini. Tapi Ken menolak mentah-mentah permintaanku. Aku juga tidak paham kenapa dia bersikukuh menikahiku kalau dia sendiri sudah memiliki kekasih dan sangat mencintainya." Alya berucap panjang lebar. Jelas ia tidak ingin masuk ke pusaran kisah cinta antara Kenzie dan kekasihnya. Ia bahkan tidak pernah bermaksud juga jadi perusak hubungan mereka seperti yang pernah di beritakan media.
"Santai saja Alya. Aku juga tidak bermaksud memojokkanmu. Tujuanku mengajakmu bertemu karena aku ingin sekali berkenalan denganmu. Dengan wanita yang nantinya menemani dan mendampingi kekasihku. Sungguh, aku tak masalah dengan keputusan yang di ambil Kenzie saat ini.
Orang tua Kenzie sangat menginginkan pernikahan ini. Lagi pula, aku juga sangat yakin kalau Kenzie memang tidak mungkin membantah perintah kedua orang tuanya."
"Apa kalian tidak pernah mencoba berbicara baik-baik dengan kedua orang tua Kenzie, jika memang permasalahannya terletak pada restu," tanya Alya penasaran.
"Tante Luna tidak suka denganku Al. Ia menganggap, aku membawa pengaruh buruk untuk anaknya. Kenzie juga pernah cerita, kalau Tante Luna sudah mengenalmu dari kecil. Itu sebabnya ia lebih suka kau yang menjadi istri Ken dari pada aku." Alya tersentak mendengar penjelasan Tita.
"Maaf, sekali lagi aku benar-benar minta maaf kalau kehadiranku membuat hubungan kalian berantakan. Apa yang harus aku lakukan agar kalian tetap bisa bersatu," tanya wanita itu.
Tita mengulas senyum tipis.
"Sudah terlambat Al, bukankah kalian akan melangsungkan pernikahan minggu depan? Lagi pula agensi model tempatku bernaung melarang aku terlibat hubungan percintaan dengan siapa pun. Itu sebabnya aku dan Kenzie selama ini menjalin hubungan secara diam-diam. Sekarang Aku hanya minta kau jaga Kenzie untukku. Karena posisimu nanti akan lebih sering menemaninya ketimbang aku."
Kini giliran Alya yang tersenyum masam. Bisa-bisanya wanita itu meminta Alya untuk menjaga kekasihnya. Apa Tita sudah gila? Pikirnya siapanya Alya? Babysitter?
"Yang benar saja! Untuk apa aku repot-repot menjaga pria menyebalkan itu? Pacarmu itu bahkan bersumpah ingin membuatku menderita nantinya."
Tita tertawa mendengar ucapan Alya. Ia seakan tak percaya kalau Kenzie sampai berani mengancam Alya. Padahal kenyataannya seperti itu, kan? Belum menikah saja Alya juga sudah di buatnya menderita dengan pemberitaan miring yang ditimbulkan para awak media.
Tita meraih jemari Alya lalu menggenggamnya lembut. "Ken sebenarnya orang yang lembut Al, dia juga penyayang. Ketahuilah kalau Kenzie sangat menjaga perasaan wanita." Kini, giliran Alya yang terkekeh dan malah terkesan ingin muntah mendengar ucapan Tita yang membanggakan kekasihnya.
"Astaga, kau pikir aku bercanda, Al?" Tita seperti menyadari pikiran Alya yang menyangsikan sifat Kenzie.
Alya memlih diam, tidak menyahut pertanyaan Tita. Hingga wanita itu kembali melanjutkan ucapannya.
"Ada beberapa hal yang perlu kau tahu dan ingat saat menghadapi Kenzie. Ia sangat menyukai wanita yang lembut dan penurut. Sangat benci wanita yang cuek, tidak rapi, ceroboh dan cengeng. Kenzie penyuka makanan sehat dan sangat membenci junkfood." Dan masih banyak lagi hal-hal yang di jabarkan Tita kepada Alya. Ntah apakah Alya bisa mengingat semuanya karena menurut wanita itu, 'do and don't' yang Tita jelaskan tidak begitu penting untuk dirinya.
"Aku rasa semuanya sudah aku jelaskan, Al. aku harap kau bisa sedikit bersabar saat menghadapi Ken," ucap Tita setengah memohon.
Alissa mengangguk paham. Lagi pula, ia terlalu malas memikirkan semua saran dan ucapan yang wanita itu jabarkan.
"Doakan saja aku segera bercerai dengannya, jadi kalian bisa bersatu kembali setelahnya."
Tita tertawa mendengar ucapan Alya, padahal wanita itu berkata serius. Membayangkan hidup bersama Ken selamanya membuat Alya merasa ngeri.
"Terima kasih sudah bersedia menemuiku, Al. Aku harap kita bisa menjadi teman baik."
"Ah ya, aku harap juga demikian. Aku juga tak berniat sedikitpun menambah musuh," jawab Alya dengan nada bercanda.
Setelah merasa tak ada lagi yang perlu di bicarakan, Alya dan Tita memutuskan untuk mengakhiri obrolan mereka. Namun saat Tita hendak beranjak pergi, Alya kembali memanggil wanita itu.
"Tita ... " Alya bergumam pelan. Tita yang sudah berdiri, mendudukkan tubuhnya kembali di kursi.
"Apa Kau yakin dengan semua ini?"
Tita menautkan kedua alisnya bingung.
"Maksudmu, Al?"
"Maksudku, Apakah kau yakin tidak akan cemburu atau sakit hati melihat Kenzie menikah denganku?"
Bukannya menjawab Tita malah tertawa mendengar pertanyaan Alya. Ia hanya ingin kembali memastikan tidak ada seorang pun yang hatinya tersakiti akibat perjodohan sialan ini. Jelas Alya tak ingin dipersalahkan karena dari awal dirinya yang menentang mati-matian.
Tita kembali mengulas senyum.
"Kau tidak perlu khawatir Al. Aku akan baik-baik saja, percayalah. Lagipula Kenzie juga sudah berbaik hati tidak pernah melarang apalagi cemburu saat aku beradegan mesra dengan pria lain saat pemotretan atau berlenggak lenggok dengan pria lain saat melakukan pekerjaanku."
"Jelas ini berbeda. Aku akan menikahi kekasihmu dan kami akan hidup bersama yang entah sampai kapan aku juga tak tahu." Tita kembali tersenyum dan meraih tangan Alya lalu menggenggam dengan erat untuk kedua kalinya.
"Sudahlah Al, aku akan baik-baik saja. Tugasmu saat ini mendampingi Kenzie dengan baik. Lagi pula aku percaya hati Kenzie hanya untukku." Dari raut wajahnya memang Tita tidak sedikit pun menampakkan gurat kesedihan atau cemburu.
"Baiklah kalau begitu. Aku sedikit lega mendengarkannya."
"Apa masih ada yang mengganjal di hatimu? Jika tidak ada pertanyaan lain aku akan pamit untuk kembali melanjutkan pekerjaanku. Sampai jumpa di acara pernikahan kalian minggu depan."
.
Aku nggak pernah bosan buat ingatin kalian semua. Semua Visual/Jadwal update/spoiller cerita/atau berita lainnya, aku info di story sss/ig story @novafhe. Silakan follow/add ya.
Atau gabung di grup sss khusus pembaca : Fhelicious
Grup wa khusus pembaca, bisa klik link nya di profile i********:.