Chapter 5

1173 Kata
Aku terduduk dan menatap cermin di hadapanku. Kupoles sedikit bedak padat dan beberapa polesan blush on serta tak lupa eyeliner yang cukup. Rambutku kubiarkan tergerai dan ku-curly di bagian bawah. Aku beranjak dari dudukku dan menatap sekali lagi diriku di dalam cermin.   Mengenakan kebaya berwarna peach berlengan pendek serta tak lupa rok span berbahan songket berwarna kuning langsat menempel pas di bagian tubuhku. Aku siap, menjalani semuanya.   Flashback....   Mas Bagas terus memandangiku seakan memohon jawaban yang akan keluar dari mulutku. Aku masih nampak sesekali memejamkan mata berharap ini hanya mimpi belaka.   "Flo...gimana? Ayo dong jawab."   "Apa Mas yakin mau aku jadi pendamping Mas nanti? Bahkan kita belum saling mengenal." Ucapku. Sejujurnya rasa ragu masih sangat mendominasi perasaanku kini. Aku memang mengagumi sosok Mas Bagas yang tampan, mapan, baik, ramah walau sedikit dingin dan mungkin bisa dibilang ansos. Tapi setidaknya, kurang lebih sebulan mengenalnya, apa yang aku lihat sudah sangat mencakup tipe idealku.   Tapi kini masalahnya beda. Mas Bagas statusnya kini KLIEN ku. Lucu sekali jika seorang WO sepertiku menikah dengan klienku sendiri. Apalagi ia calon suami sahabatku sendiri. Oke, camkan. Mantan calon suami sahabatku.   "Mas aku perlu saran dari beberapa anggota keluargaku. Aku akan jawab besok pagi. Aku janji." Terdengar helaan nafas panjang dari Mas Bagas.   "Aku mohon Mas mau ngerti." Ucapku lagi.   "Oke, aku tunggu sampe besok pagi. Aku pulang dulu Flo." Mas Bagas beranjak dari duduknya dan menuju keluar rumahku.   Aku mengantarnya sampai ke mobilnya. Wajahnya masih kusut, lusuh. Berbeda sekali dengan Mas Bagas yang biasanya.   “Mas, hati-hati dijalan. Jangan nekat.” Nasihatku. Berhubung pikiran Mas Bagas masih belum jernih, aku takut ia akan melakukan hal aneh-aneh seperti….bunuh diri? Maklum. Aku paham ia sangat mencintai Kinan. Dan ditinggalkan dengan cara seperti ini, siapapun akan merasakan hal yang sama kan?   “Aku tunggu jawabannya besok, Flo.” Ia tak menghiraukan nasihatku dan mash berfokus pada permintaannya. Aku mengangguk. Setelah memastikan Mas Bagas pergi, segera saja aku bergegas menuju kamar mama dan papa untuk sekedar berkonsultasi dengan mereka. Ku buka kenop pintu kamar setelah mengetuknya beberapa kali.   "Ma...pa..." ujarku lirih.   "Flo? Sini Papa sama Mama mau bicara." Sepertinya dari ucapan papa barusan menandakan papa dan mama sudah mengetahui tujuanku kemari.    "Ma...pa...gimana menurut mama sama papa kalo Flo nerima permintaan Mas Bagas untuk menikah sama dia?" Tanyaku langsung to the point. Kulihat raut wajah kedua orangtuaku. Tak ada yang menunjukkan tanda-tanda tak setuju.   "Kita harap yang terbaik untuk kamu Flo. Mama lihat Bagas baik, dia juga ramah." Jawab mama seraya mengelus sebagian rambutku.    Mama dan Papaku memang pernah berkenalan dengan Mas Bagas ketika Kinan dan Mas Bagas datang kerumahku untuk berkunjung. Tapi aku tak yakin secepat ini Mama bisa meyetujui hubungan kami.   "Tapi Flo takut Kinan akan marah kalo tau masalah ini. Apalagi kita kan sahabat Ma."    Belum lagi jika aku disebut pelakor seperti yang Mas Yogo katakan.   Mama tersenyum.   "Bukannya mama membela anak mama. Tapi status Bagas sekarang kan bukan lagi calon suami Kinan. Jadi wajar kalo dia mencari pendamping lain untuk dia. Mama yakin Bagas bisa bahagiain kamu." Mama mencoba menenangkanku. Papa ikut mengangguk setuju.   Kedua orangtuaku sepertinya menerima baik Mas Bagas. Hati kecilku memang menerima. Tapi kenapa aku tidak tega melakukannya disamping Kinan adalah sahabatku?   Drrrt....drrrttt...   "Halo..."   "Flo...gimana?" Mas Bagas. Lagi-lagi ia seperti tak sabaran.   “Waalaikumsalam, Mas.” Aku sedikit jutek. Mama yang melihat tingkahku hanya terkekeh.   “Iya assalammualaikum, Flora.”    "Kan kubilang jawabannya besok pagi Mas. Ini baru beberapa menit." Ucapku.   "Aku butuhnya sekarang." Dasar tak sabaran.   Aku menghela nafas panjang. Menatap Mama dan Papa bergantian. Menggigit bibir bawahku seraya mencoba meyakinkan diri. Apa yang akan aku lakukan ini benar?   "Bismillah....aku akan coba." Jawabku setengah ragu.   "Kamu udah yakin kan?" Sahut Mas Bagas.    "Iya Mas." Jawabku mantap.   "Makasih Flo. Makasih sekali lagi. Aku gatau kalo gaada kamu, akan gimana nasib aku nanti."   Ya....biarlah aku menjalani ini semua. Toh, Mas Bagas berjanji akan membahagiakanku nanti. Kinan....maaf. Aku hanya ingin yang terbaik untuk semuanya.   ** Aku menatap kagum Mas Bagas yang mengenakan baju batik berwarna coklat dengan motif merah. Setelah kuamati lebih dalam, calon suamiku ini...ah baiklah mungkin panggilan tersebut cocok untuknya saat ini...Mas Bagas sangatlah tampan. Bahkan sangat tampan.   Dengan alis tebal, berbibir tipis, berpipi tembam, kulit putih s**u dan rambut yang sedikit berantakan namun tetap terlihat cool dan manis mengingatkanku pada artis asal Malaysia, Aliff Alli, idolaku.   "Kok ngelamun gitu? Masih terpana ya sama calon suaminya?" Mas Bagas sedikit menyenggol bahuku. Kami kini sedang makan malam bersama karenakegiatan lamaran telah usai. Namun kami berdua memilih untuk menikmati angin malam di belakang rumahku sambil meminum segelas sirup cocopandan beserta beberapa potong kue.   "Mas kayaknya terlalu ge-er. Narsis banget." Sahutku sambil memeletkan lidah. Ia lalu mengacak rambutku pelan.   "Ih ini rambutnya baru ditata rapi masa udah diacak aja? Tega." Aku membenarkan rambutku yang sudah cukup berantakan.   Mas Bagas berdehem sebentar dan menarik nafas panjang. Ia menaruh gelasnya diatas meja dan menatapku lamat-lamat.   "Aku ga nyangka kalo akhirnya akan kaya gini. Menikah sama orang yang tadinya mengurusi pernikahanku. Lucu juga ya." Ia terkikik geli. Akupun, Mas.    "Apalagi aku Mas." Aku hanya menunduk dan sesekali memainkan jariku. Gugup juga ternyata.   Suasana keheningan masih menyelimuti kami. Sampai akhirnya Mas Bagas angkat bicara.   "Maaf kalo akhirnya kaya gini. Kamu harus menikah sama orang yang baru kamu kenal. Dan ada sedikit paksaan." Katanya tak enak. Segala macam pemikiran itu kini sudah sirna sejak aku memutuskan menerima permintaan Mas Bagas. Bagaimana pun aku rasa ini memang sudah jalannya.   Aku tersenyum. Mas Bagas nampak bingung dengan senyumanku. Mungkin dipikirannya aku akan menjawab ucapannya dengan nada pasrah, kecewa dan semacamnya.   "Kok senyum? Ngga kecewa kalo akhirnya nikah sama aku?"    Aku menggeleng.   "Jodoh sudah ada yang atur Mas. Mama bilang kalo mungkin jalannya memang seperti ini. Mungkin ini terbaik buat aku jadi yaudah aku harus nerima semuanya dan ngejalanin semuanya dengan baik." Sahutku panjang lebar. Mas Bagas seakan tak mengedipkan kedua matanya saat aku memberi penjelasan panjang lebar tadi.   "Kayaknya aku ngga salah pilih orang." Ucapannya sukses membuat darahku berdesir. Aku tak munafik. Aku mulai tertarik dengan Mas Bagas.    "Aku mau nanya sesuatu Mas."    "Apa?" Jawabnya antusias. Sebenarnya ada keraguan untuk menanyakan ini, tapi mau bagaimana lagi? Toh aku berhak menanyakan ini agar aku makin bisa bersosialisasi dengan keadaan kami setelah menikah.   "Apa Mas masih mencintai Kinan sampai sekarang? Aku ngga mau kalo pernikahan ini nantinya akan menyiksa perasaan Mas." Tak ada jawaban. Mas Bagas hanya menghela nafas pelan.   "Sejujurnya....masih. Tapi dengan balutan rasa kecewa. Ya bisa dibilang mungkin belum bisa melupakan. Maklum, aku sama Kinan sudah pacaran selama 3 tahun dan aku harus menerima kenyataan pahit kaya gini." Aku memaklumi Mas. Tapi kenapa rasanya ada perasaan kecewa?   "Gapapa Mas. Manusiawi kok." Jawabku lagi lagi dengan tersenyum. Seperti ini kah rasanya kecewa pada laki-laki?    Semua wanita berharap dan selalu tak ingin menjadi tempat persinggahan para pria. Yang mana aku pun tak ingin hanya menjadi persinggahan sementara Mas Bagas. Walau aku tak mencintai calon suamiku ini, aku tak memungkiri bahwa aku akan sangat kecewa jika pada kenyataannya nanti aku akan menjadi persinggahannya.    Aku memilih menghabiskan sirup milikku. Mencoba mencerna, menerima dan menjalani semua ini.   Kenapa rasanya sesak?  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN