Malam Tidak Terduga

1023 Kata
"Jangan tegang seperti itu, Renee. Tenanglah … karena aku tidak mungkin memakanmu," ucap Dewo sambil terus menatap Renee yang duduk ketakutan. "Tuan kumohon izinkan saya kembali ke belakang. Saya harus bekerja lagi," pinta Renee. "Iya, aku pasti mengizinkanmu ke belakang. Hanya saja, setelah kamu menemaniku. Kamu harus menuruti apa yang aku inginkan jika tidak ingin dipecat. Mengerti?" Renee mengangguk tanda mengerti. "Baiklah, sebentar lagi aku akan melepaskanmu. Tapi ingat jika aku datang kemari kau harus melayaniku." "Baik, Tuan." Renee menjawabnya dengan ragu, sangat ragu. "Panggil saja Mas, aku tak suka dipanggil Tuan." "Baik Tu … Hmm maksudku Mas Dewo," ucap Renee dengan canggung. "Kamu ingin pergi lebih cepat? Tentu saja ada prosedurnya. Dengar baik-baik ya, bukalah satu kancing bajumu, maka setengah jam kemudian kau boleh pergi. Dua kancing … aku beri lima belas menit, sedangkan jika semua kancing, kau hanya perlu dua menit agar bisa langsung keluar. Semakin banyak semakin cepat, bukan?" tanya Dewo dengan kerlingan mata nakalnya. Tentu saja Renee diam karena tidak tahu harus bagaimana. Benar-benar pilihan yang sulit. "Cepatlah, Renee. Jika tak memilih, kau akan menemaniku sampai jam sebelas malam." Renee melirik jam di tangannya, ternyata baru setengah delapan. Bisa dibayangkan betapa menderitnya ia jika harus lebih lama menemani pria gila ini. "Katakan pilihanmu, Cantik. Membuka kancing seragam sebentar atau menemaniku dalam waktu yang lama. Tentu saja semua pilihan itu menguntungkanku." Dengan ragu Renee menjawab, "Aku pilih dua menit." Tanpa basa-basi lagi Dewo langsung membuka kancing seragam Renee. Semuanya hingga penampakan indah pun terlihat dengan sempurna. Tanpa mau membuang-buang waktu, Dewo mengambil ponsel pintarnya kemudian mengarahkan pada Renee dan bunyi cekrek berkali-kali menandakan bahwa pria itu berhasil mengambil foto Renee dalam jumlah yang lebih dari satu. Tentu saja ekspresi Renee sangat tidak tenang dan ketakutan. Setelah dua menit berlalu, akhirnya Renee mengacingkan kembali serangamnya. Sambil menangis Renee bergegas meninggalkan Dewo yang benar-benar sangat puas. Ya, pria itu telah melakukan hal yang benar-benar licik terhadap gadis sepolos Renee. *** Mobil Dewo kini sudah parkir dengan manis di depan kafe tempat Renee bekerja. Rupanya nasib beruntung masih berpihak padanya, kali ini ia melihat gadis yang dicari tengah bersiap pulang. Suasana sudah sepi, gadis itu membalik tulisan open menjadi close kemudian keluar dan mengunci kafe itu. Renee bergegas ke jalan, tentu saja Dewo tidak tinggal diam. Mobilnya langsung melaju mendekati gadis itu. Suara klakson yang berlebihan membuat Renee berhenti dan menoleh. Perlahan kaca jendela mobil terbuka. "Masuk!" ucap Dewo. "Maaf, saya bisa pulang sendiri. Lagi pula rumahku dekat," tolak Renee. "Apa kamu tidak mendengarnya? Cepat masuk! Bukankah aku tidak mengajukan pilihan lain selain masuk?!" Dewo mulai membentak. "Maaf, permisi." Tanpa menunggu jawaban Dewo, Renee langsung berjalan setengah berlari meninggalkan pria itu. Dewo marah, tidak menyangka Renee akan menolak ajakannya. Akhirnya Dewo turun dan berhasil menahan Renee. "Kenapa kamu menolak ajakanku?" tanya Dewo sambil terus menahan tangan Renee. Renee berusaha melepaskan diri. "Aku tidak bermaksud—" "Sudahlah, jangan banyak alasan! Kamu lupa aku menyimpan foto-fotomu dengan kancing yang terbuka? Itu sangat seksi," potong Dewo dengan seringai jahat dan menampakkan wajah penuh kemesuman. Akhirnya Renee menyerah dan ikut masuk ke mobil Dewo. Renee baru menyadari kesalahan fatal yang sudah dilakukannya tadi. Seharusnya ia kabur saat Dewo menyuruhnya membuka kancing. Sungguh, Renee tadi terlalu takut sehingga merasa tak memiliki pilihan lain. Jadi, seperti inilah akibatnya sekarang. Dewo akan dengan mudah mengancamnya dengan foto-foto sialan tadi. Dewo sudah mulai mengemudikan mobilnya. Sekitar sepuluh menit, yang ada hanyalah keheningan di antara mereka. Sampai pada akhirnya Renee memberanikan diri untuk bertanya, "Kita mau ke mana?" "Hotel," jawab Dewo singkat. Renee terkejut dengan jawaban Dewo. Untuk apa ke hotel? Bahkan ini hampir tengah malam. "Mas, saya ingin pulang. Terlebih ini sudah malam." "Tapi aku masih ingin bersamamu, bersenang-senang. Jadi kamu harus mau." "Tapi—" "Tidak ada kata tapi, kamu hanya cukup melayani dan menikmati malam ini denganku. Lagi pula besok kamu libur. Bukankah waktu yang pas untuk bersamaku?" "Tunggu, dari mana Mas Dewo tahu besok aku off?" tanya Renee dengan raut wajah yang sangat penasaran. "Tidak ada hal yang tidak aku ketahui tentangmu. Jadi, sebaiknya kamu jangan macam-macam." *** Dewo menutup pintu kamar hotel dan menguncinya. Renee sangat takut dan khawatir apa yang akan dilakukan Dewo terhadapnya. Kini Dewo berbalik ke arahnya dengan senyuman nakal. Pria ini sedikit demi sedikit melangkah mendekati Renee. Tangan Dewo mulai melonggarkan dasi dan menariknya dengan sekali entakkan hingga dasi itu terlepas. Satu per satu kancing kemeja kerja Dewo mulai terbuka hingga kini menampakkan d**a telanjangnya yang bidang. Renee semakin ketakutan. Ini adalah kali pertamanya menyaksikan pemandangan vulgar seorang pria. Kedua telapak tangannya berusaha menutup matanya, tapi Dewo semakin mendekat dan mendorongnya hingga tubuh wanita itu telentang di kasur. Renee ingin melawan, tapi entah mengapa ia sangat tak berdaya akan hal ini. Hingga tangan Dewo mulai membuka satu demi satu kancing seragam yang dikenakan Renee. "Mas … saya harus pulang. Ibu pasti mencariku." "Ayolah Renee, Ibumu sudah tahu kamu sering tidak pulang karena lembur. Jangan khawatir, pasti dia berpikir kau masih di kafe. Jadi berhenti mencari alasan untuk tak menemaniku malam ini." Batin Renee bertanya-tanya. Dari mana Dewo tahu semua tentangnya. Bukankah mereka baru saling mengenal? Ya, ia tahu pria ini memang sering datang ke kafe bahkan dilayani olehnya, tapi tetap saja bagaimana mungkin Dewo seakan tahu semuanya? "Aku tahu semua tentangmu." Dewo seakan tahu apa yang sedang Renee pikirkan. Setelah beberapa saat, Dewo mulai turun pada perut Renee kemudian berusaha menyentuh milik Renee. Kondisi Renee yang mengenakan rok memudahkan Dewo untuk menyusup mencari-cari kehangatan di dalamnya. Dewo memegang sesuatu yang seperti mengganjal. Akhirnya ia terperanjat. "Apa ini?! Kamu sedang datang bulan?" tanya Dewo dengan nada penuh kekecewaan. "Iya," jawab Renee hati-hati. Dewo bangun dan mendekat ke arah jendela. "Pakai bajumu, kita lanjutkan lain kali setelah kamu sudah tidak datang bulan lagi," perintahnya sambil memunguti bajunya yang berserakan lalu memakainya. Renee pun langsung bergegas memakai seragamnya lagi. "Ini hari ke berapa?" tanya Dewo sinis. "Baru pertama," jawab Renee sambil mengancingkan bajunya. Raut kekesalan tampak menghiasi wajah tampan Dewo. Namun apa mau dikata, hal seperti ini tidak bisa direncanakan. Sedangkan Rene tampak lega, ia bisa selamat dari Dewo malam ini. Pertanyaannya, bagaimana dengan malam-malam selanjutnya? Mungkinkah Dewo akan melakukan hal yang sama lagi?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN