Bab. 3

1354 Kata
Sissy menimbang-nimbang kartu nama yang ada di genggaman-nya. "Kerja sama apaan ya yang ditawarin ama tu cewe." tanya Siaay pada dirinya sendiri. "Sissy my darliiiing," "Buseeetdah Mami, itu suara apa toa 'masjid sih." gerutu Sissy saat mendengar teriakan dari maminya. "Ada apa sih Mami? Kok teriak-teriak gitu, volumenya biasa aja Sissy juga udah denger Mam." sambung Sissy protes. "Sy, dengerin Mami ya, Mami sama Papi mau ke bandung dulu ada urusan di sana, kamu jaga rumah baik-baik ya." katakanlah Mami berpamitan dan mengatakan bahwa ia akan menunjukkan pergi. "Mami sama Papi nginep ada Mam?" tanya Sissy lagi karena harus sampai mereka beneran menginap di bandung itu kabar baik menurutnya. Gadis itu bisa menyuruh duo M atau si M2M untuk menginap di Rumah. Dua sahabanya pasti akan dengan senang hati menemani Sissy. Tapi ingat kembali kalau ia belum membahas apa-apa tentang mereka tadi siang, membuat Sissy sedikit merasa takut, takut kalau-kalau mereka tahu apa yang telah menumpuk sehingga membuat mereka akan menjauhinya. "Tergantung sayang," ucap mami Sissy. "Apanya yang digantung Mami." potong Sissy saat Maminya belum selesei bicara. "Aduuuh Mamiiii sadiis banget sih," teriak Sissh karena mendapat geprakan di lengan dari sang mami. "Nggak sopan ya, Mami belum selesei bicara sudah maen potong saja." protes Mami Sissy tak mau kalah. "Iya ya Mam, maaf deh. Jadi Mami nginep atau gimana nanti ke bandung-nya?" tanya Sissy lagi pada Mami. "Tergangung urusan Papi di sana sayang, kalau cepet kelarnya ya Mami sama Papi langsung balik tapi kalau berlawanan ya tolong kami nginep sana." jelas sang mami. "Okey nona Rimba, Mami sama Papi mau berangkat dulu, kamu jaga rumah baik-baik ya sayang." pamit Mami Senja pada putri-nya. *** "Sepadaaaa, yuhuuuu Rimbaaa!" Sepeninggal Mami dan Papi-nya yang berangkat ke Bandung, Sissy tadi langsung menelfon kedua sahabatnya untuk menemaninya di rumah. "Buseet berisik banget sih lo berdua, udah kayak sial aja." dumel Sissy saat membukakan pintu untuk kedua teman itu. "Rumah sepih banget Si?" cerocos Meli dan Meta bersamaan. "Kalau kagak sepih nggak mungkin kan gue nyuruh lo berdua kesini," cerca Sissi menghempaskan badan-nya kembali ke ranjang. "Hoeeey, lo punya hutang cerita ama kita jangan pura-pura amnesia lo Sy," cerocos Meta yang ikut menghempaskan tubuhnya di ranjang empuk milik Sissi. "Masih inget aja lo berdua, gue kirain udah lupa aja." sahut Sissi yang tengah asyik tengkurap dan sedang membaca majalah. Meta dan Meli tidak mungkin lupa jika ada sesuatu yang ingin diceritakan oleh Sissy, karena pada dasarnya dua sahabatnya itu meskipun kepo akut plus nyebelin-nya dobel kuadrat tetap saja mereka berdua sangat menyanyangi Sissy. Apapun yang menimpa Sissi, duo M2M itu selalu ada di belakang-nya untuk mendukung dan memberi kekuatan. Sissy sendiri merasa sangat bersyukur dan beruntung sekali mempunyai dua orang sahabat yang selalu mengertinya. "Buruan Sy ceritain sama kita, lo sebenarnya kenapa tadi pagi kok ampe nangis-nangis gitu."  Meli bertanya dengan tatapan menyelidik. "Jadi gene guys, gue..." Sissy masih menggantung kata-katanya, setengah ragu saat melirik kedua sahabatnya yang penuh dengan tatapan  serius serta ingin mendengar cerita dari Sissh, "Gue kebelet mau ke toilet bentar, skip dulu yes ceritanya." cengir Sissy mengambil langkah secepat kilat masuk ke dalam toilet yang ada di kamarnya. "Buseetdaah Rimbaaaaa!! Lo bener-bener ya! kita udah serius banget dengerin, eh dianya malah kabur ke toilet dasaar PHP lo." cerocos Meta merasa kesal karena merasa di php-in lagi oleh Sissy. *** "Sayang hp kamu kenapa sih? Kok aku telfonin dari tadi nggak aktiv sih?" Katrin yang telah selesei pemotretan dan kini menghampiri Digo yang baru saja datang di lokasi pengambilan gambar  untuk photo shot. Wajah Digo masih terlihat kesal sekali, setelah insiden tabrakan dengan gadis cantik namun memiliki sifat liar seperti perempuan rimba. Begitu pikirnya. "Kenapa wajahnya ditekuk gitu sayang?" tanya Katrin lagi pada Digo, lelaki itu saat ini tengah duduk di kursi taman tempat pemotretan sedang berlangsung. "Nggak papa, tadi ga sengaja ketemu sama cewe gila, cewe rese bikin emosi tinggi saja. Kamu gimana? Udah selesei, kalau sudah kita pergi yuk panas banget disini." seru Digo pada kekasihnya. "Udah kok, yuk kita mau kemana neh." sahut Katrin antusias. "Kemana saja asal sama kamu." ucap Digo menatap lembut Katrin, dan seketika membuat gadisnya itu tersenyum merekah. Digo menggandeng tangan Katrin dan membukakan pintu mobil untuknya. Digo mulai melajukan mobilnya perlahan karena memang  jalanan yang sedang macet. "Sayang aku mau membicarakan tentang ide aku yang kemarin itu sama kamu." Katrin membuka percakapan dengan membahas tentang idenya yang akan mencarikan seorang gadis untuk menjadi pacar pura-pura untuk Digo. Digo yang tengah fokus menyetir langsung menolehnya dan menunjukkan wajah tegang dan kurang suka. "Apa bisa kalau kita tidak membicarakan tentang itu dulu Kat?" ujar Digo dengan pandangan lurus tanpa menoleh Katrin. "Memangnya kenapa sih Digo?keberangkatan aku ke Milan itu sebentar lagi dan aku nggak mau nunda-nunda lagi buat menyusun ide yang sudah lama kita sepakati Digo," sahut Katrin tak mau kalah. "Dan aku sudah menemukan perempuan yang tepat buat jadi pacar pura-pura kamu," ucapnya lagi, namun kali ini makin membuat Digo merasa jengah sekali mendengarnya. "Terserah apa katamu! Tapi jangan salahkan aku kalau nanti terjadi apa-apa dengan hubungan kita gara-gara ide gila kamu itu!!!" cerca Digo masih dengan perasaan yang kesal. "Digo please, kenapa kamu ngomong-nya seperti itu? Aku melakukan ini semua juga demi hubungan kita Digo. Aku mau saat nanti kembali sudah keluarga kamu sudah bisa menerima aku, daripada mereka tahu kalau aku meninggalkan kamu sementara waktu untuk mengejar karir model-ku lalu mereka mencarikan jodoh buat kamu, lebih baik kan kalau aku yang mencarikan perempuan buat jadi pacar pura-pura kamu, dan nanti setelah kepulanganku kamu bisa putus dari pacar pura-pura, lalu kembali sama aku." Katrin berucap dengan wajah yang dibuat sendu dan mau tak mau Digo pun luluh juga kalau sudah seperti itu. "Maafin aku Digo sayang, aku bener-bener nggak tahu lagi harus bagaimana." ucap Katrin  menggenggam tangan Digo. "Nggak kamu ga salah, maafin aku juga ya tadi nggak sengaja sudah kasar sama kamu." Digo balas menggenggam tangan kekasih-nya itu tak kalah eratnya. Saat mereka sedang menikmati kebersamaan tiba-tiba bunyi nada panggilan dari ponsel Katrin menginterupsi. "Nomer tidak dikenal? Siapa ya," gumam Katrin sebelum mengangkat telpon-nya. "Siapa sayang?" lirik Digo pada Katrin, dibalas gelengan dari gadis itu tanda ia tak mengetahui siapa yg menelpon. "Aku angkat sebentar ya," "Iya hallo, siapa ini?" tanya Katrin pada suara di seberang sana. "Sissi? Sissy yang mana ya?" "...... "Oh iya saya ingat, gimana mbak? Kalau begitu bisa datang sekarag juga ke kafe andalusia? Saya tunggu disini sekarang. Okey." Katrin memutuskan panggilan di ponselnya dan menghampiri Digo dengan wajah sumrigah. "Dari siapa Kat? Kok kelihatannya seneng banget." tanya Digo dibuat penasaran dengan seseorang yang menelpon Katrin barusan. "Coba tebak siapa yang menghubungi aku barusan." ucap Katrin memberi teka teki pada Digo. Digo hanya mengangkat kedua bahunya tanda ia tak mengetahui atas pertanyaan Katrin. "Kita tunggu saja sayang, sebentar lagi dia akan datang kesini," ujar Katrin makin membuat Digo merasa sangat penasaran. *** Sissy berjalan menyusuri sebuah kafe yang terletak tak jauh dari kampus tempatnya kuliah. Saat menelpon seseorang tadi dan mengatakan akan segera datang menemuinya untuk membicarakan kerja sama yang ditawarkan orang tersebut. Sissy yang sudah menceritakan semua permasalahanya pada kedua sahabatnya, Meli dan Meta. Termasuk tentang tawaran kerjasama yang ditawarkan seorang perempuan kepadanya yang dia tahu merupakan seorang model. "Terima saja Si siapa tahu lo mau dijadiin model kan lumayan tuh bayaran-nya," cerocos Meta saat itu. "Iya Sissy siapa tahu nanti lo bisa jadi terkenal, masuk tv, terus jadi model yang go international." cerocos Meli menambahi. Untuk itulah sekarang dia berada di sebuah kafe saat ini. "Permisi mbak, meja atas nama nona Katrin sebelah mana ya?" tanya Sissy pada seorang pelayan. "Oh, nona Katrin ya? Nomer dua puluh mbak," jawab salah seorang pelayan. Tadi saat menelfon Katrin memang berpesan pada Sissy untuk meminta meja yang ia tempati pada waitres di situ. Hampir semua pegawai kafe di luar sana dengan Kattim karena gadis itu sudah sering mampir atau suka nongkrong di kafe tersebut. "Permisi mbak Katrin saya ...!" Kata-kata Sissy melepaskan, napasnya tercekat saat sudah ada di depan meja nomer 20 belum membelalak melihat siapa yanf sedang duduk di sebelah Katrin. "Lo ..." "Cewe Rimba ..." Ucap Digo dan Sissi bersamaan saat sama-sama bertatap muka. "Kalian sudah saling mengenal?" tanya Katrin bingung. #####
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN