Seusai mendapatkan kuliah subuh oleh maminya, Sissy bersiap-siap akan ke kampus. Dengan bersenandung kecil ia melangkahkan partisipasi menuju meja makan, di mana sudah ada Alam Sasmitha - papinya sedang menikmati secangkir kopi dan membaca koran pagi ini.
"Pagi Papiii," seru Sissy menarik kursi untuk duduk.
"Pagi untuk Rimba sayang."
"Sissy, Papiii! Tolong panggil aku Sissy, No Rimba!" protes Sissy mendapat kekehan dari papinya.
"Sayang, Papi dengerin. Setelah sarapan nanti Papi sama Mami mau membahas sesuatu sama Kamu sayang," terang papi, sejurus menyeruput kopinya.
"Papi, mau ngomongin apa sih kok kayaknya serius banget, enggak bisa sekarang aja Pap?" tanya gadis itu mulai penasaran.
"Kita pindah ke ruang tengah sayang, enggak enak kalau ngomongnya di sini," seru Senja Saraswati --- maminya Sissy.
Sissy pun mengikuti kedua orangtuanya menuju ruang tengah, sepanjang ketipak langkah, terukir berbagai pertanyaan dalam benaknya. "Duduk sayang, begini Papi harap kamu tidak kaget mendengar penjelasan dari kami."
"Iya, udah cepetan Pap jangan bikin penasaran deh." tukas Sissy tak sabar.
Alam terlihat mengembuskan napas dalam-dalam sebelum dibuka obrolan. Ekor mata melirik sekilas pada sang isteri.
"Untuk sementara semua fasilitas kamu akan papi tarik, mulai hari ini Sayang," ucap Alam dan seketika membuat mata Sissy terbeliak, menoleh tak percaya. Indera pendengarannya seakan mereaksi, tak percaya dengan ucapan papinya.
"Papii, tolong ini masih pagi untuk bercanda, enggak lucu Pap." cerca Sissy tak ingin memercayainya.
"Papi kamu sedang tidak bercanda Sayang, semua yang dikatakan Papi itu benar," sahut mami menimpali.
"Double Whaaaat !!! nggak mungkin, Mami pasti lagi bercanda juga kan Mam, ini beneran nggak lucu lho." Sissy membeliak, masih tak percaya.
"Dengerin Papi, Nak, saham perusahan tiba-tiba anjlok, dan ini sangat tergantung sekali pada keuangan kita, untuk sementara semua kartu kredit, mobil, dan juga tabungan kamu, papi tarik semua untuk perlindungan, kita perbaiki tender Sayang." Alam memberi penjelasan lagi, sorot mata lelaki itu menyiratkan penyesalan.
"Tapi, Pap apa separah itu? Terus semua fasilitas Sissy ditarik, nanti Sissy ke kampus naik apa dong." wajah Cia sudah berubah sendu, hampir menangis karena rasa tak percaya, juga menganggap ini tiba-tiba.
"Papi sama Mami mohon pengertian kamu Sayang, Papi ikut melakukan ini. Jika tidak, Rumah kita satu-satunya ini akan disita oleh pihak Bank."
Sissy akhirnya hanya bisa pasrah saja mendengarkan penjelasan papinya. Ia benar-benar tak menyangka kalau ucapan maminya beberapa saat tadi hadir menjadi kenyataan. Dari anak pengusaha sukses dengan semua fasilitas mewah dan kemana-mana selalu ada mobil dan yang siap mengantar kemanapun, sekarang Sissy harus rela jika pergi ke kampus dengan angkutan umum atau jalan kaki. Dari yang biasanya hobi kongkow di cafe dan hangout di mal sekarang gadis itu harus rela untuk mempertahankan semua yang sudah menjadi kebiasaannya.
***
Sissy berjalan lesu tak berhasil di koridor kampus. Seandainya hari ini tidak ada kelas Sissy mungkin lebih memilih untuk berdiam diri di rumah saja, lebih setelah mendengarkan berita tentang kebangkrutan orangtuanya. Rasanya gadis itu ingin enyah saja yang jauh. Apa nanti kata teman-pemutaran. Pasti dia akan jadi bahan perbincangan seantero kampus. Dan itu sangat memalukan, menurutnya.
"Sissyyy!"
Sissy bukan tak mau mendengar panggilan dari Arah belakang, namun perempuan memilih untuk tak menghiraukannya. Sissy Tetap berjalan tanpa menoleh sama sekali. Tatapan mata kosong memandang lurus ke depan.
"Hei, Nona Rimba! Buseetdaah neh anak satu, dipanggil dari tadi kagak nyahut sama sekali."
"Rimba Sissilya Sasmithaaaaa !!"
Teriak dua orang gadis tepat di belakang Sissy, membuat langkahnya terhenti seketika dan menghambur memeluk kedua sahabatnya Meta dan Meli, membuat dua gadis saling berhadapan melihat apa yang terjadi dengan Sissy
"Cici, lo nggak lagi sakit kan?" Sissy malah mengatakan bahwa itu bukan suara kasar.
"M2M, bisa diem dulu nggak sih! Gue butuh sandaran untuk saat ini," ucap Sissy menyusut airmatanya.
"Lo kenapa sih? Aneh deh, nona Rimba yang biasanya garang masa pagi-pagi begini udah mewek? Oh, jangan-jangan luangkan ditolak sama Aryo ya," sahut Meli heboh mendapat hadiah kecil dilengan-nya dari Sissy.
"Mulut loh Mel! Bisa nggak jangan banyak nanya dulu. Hibur kek, apa gitu kek." protes Sissy, mendengkus kesal.
"Gimana mau menghibur, kita aja nggak tahu masalah lo apa. Iya kan Mel," ujar Meta melirik yang mengangguk setuju.
"Apa kalau nanti gue ceritain yang sebenernya sama kalian, kalian masih mau temenan sama gue?" lirih Sissy menatap kedua sahabatnya dan detik itu juga Sissy mendapat toyoran di dapatkan dari Meta.
"Aduuuuh !! Sadiiis banget sih lo Ta, sakit tauh." umpat Sissy.
"Lagian lo yang aneh-aneh aja pake bilang kita masih mau temenan sama lo apa nggak! Hei dodol, jangan mikir kayak gitu lagi lo! Apa pun yang dibutuhkan kita akan tetap menjadi teman lagi, iya kan Mel," ujar Meta dan seketika membuat Sissy terharu dan langsung berhambur memeluk kedua sahabatnya itu.
"Makasih ya guys, kalian selalu ada buat gue, kalian memang sahabat terbaik yang pernah punya gue." Gumam Sissy pada Meta dan Meli.
"Udah ah, masa kita sedih-sedihan gen sih. Yuk ah bentar lagi ada kelas lho, dosen pembunuh baru bilang, inget Nona Rimba lo masih punya utang cerita sama kita dan nanti selesei kelas lo harus jelasin sama kita sampai ke akar-akarnya. " cerca Meta lagi sebelum mereka beranjak ke kelas.
****
Selepas kelas Sissy mengambil langsung kedua sahabatnya yang lebih dulu meninggalkannya ke kantin, karena sebelumnya Sissy disuruh ke ruang administrasi untuk menyeleseikan uang semester yang belom disetujui dan sudah jatuh tempo bulan ini.
Sissy berjalan gontai, keluar dari ruang admind, kali ini ia benar-benar bingung, harus bagimana dan harus meminta bantuan pada siapa pun. Saat mengingat perkataan Bu Nita tadi mengatakan uang semunya belum dilunasi dan sudah disetujui, paling lambat keluar besok.
" Sissy ibu mohon ya untuk review Segera mungkin melunasi Uang semester kamu KARENA kalau TIDAK Nanti kamu nggak can Ikut ujian untuk review mata kuliah selanjutnya ."
" Baik bu , kalau boleh Saya industri tahu berapa mencakup biaya Yang Harus Saya lunasi bu ?"
Sissy memang tidak tahu berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk membayar kuliah per-semesternya karena biasanya dia hanya tinggal menerima jadi dan Papinya yang memerlukan segalanya.
" BIAYA Yang Harus kamu lunasi Kurang LEBIH Sepuluh juta Sissy Dan ITU Harus can lunas Akhir bulan Penyanyi also ."
sepuluh juta. Sissy benar-benar bingung mendengar bu Nita, darimana dia akan mendapat uang sebanyak itu dalam waktu satu minggu. Sementara semua fasilitas sudah tak dipegangnya. Sementara untuk meminta Papi-nya Sissy mengaku tidak akan tega. Mengingat saat ini keadaan mereka tengah terpuruk, ia tak ingin menambah beban lagi kedua orangtuanya.
Sissy berjalan ke arah pelataran kampus tanpa memperhatikan jalan diambil. Dia pun lupa dengan janji akan menyambut kedua sahabatnya di kantin dan menjelaskan semua yang tengah menimpahnya. Yang ada di pikirannya saat ini hanya satu. Bagaimana bisa mendapatkan uang sepuluh juta dalam waktu yang singkat.
Huuf. Mesti nyari kemana gue duit segitu dalam waktu seminggu. keluh Sissy dalam langkahnya.
"Bruuukk ..." Sissy yang tak memperhatikan jalan pun akhirnya menabrak seseorang yang berjalan dari arah yang berlawanan
"Awwsh. Hei Mbak jalan pake mata dong !!" umpat gadis yang tak sengaja ditabrak Sissy itu dengan nada kesal.
"Maaf. Maaf Mbak, SAYA nggak sengaja," ucap Sissy bersungguh-sungguh meminta maaf dan merasa tak enak.
Gadis itu tidak menjawab namun sebaliknya malah memperhatikan Sissy dari atas sampai ujung kaki dan itu cukup memudahkan engah melihatnya seperti itu.
"Boleh juga." Gumam gadis itu setelah memperhatikan Sissy.
"Lo nggak kenal siapa gue?" tanya gadis itu.
"Nggak." jawab Sissy cuek karena memang dia tidak mengenal gadis yang tanpa sengaja di tabraknya tadi itu. Lagipula aneh sekali perempuan ini, untuk apa Sissy harus tahu siapa dia.
"Serius lo nggak kenal siapa gue. Apa hidup lo sesusah itu ya sampai nggak punya televisi di rumah, makanya lo nggak tahu siapa gue." Lanjut gadis itu menyebalkan.
"Maksud lo apa ya ngomong begitu! Gue emang nggak tahu dan nggak tahu siapa lo!" sahut Sissy mulai tersulut logat.
"Oke, sory bukan maksud gue buat bilang seperti itu sama tapi gue punya tawaran bagus sama lo, karena gue lihat dari tampang lo seperti orang yang lagi kesusahan dan lagi butuh bantuan." katakan gadis itu lagi.
Sekarang gantian Sissy yang memperhatikan gadis di depan-nya itu dari atas ke bawah. Penampilannya memang glamor sekali dengan pakaian minim yang membungkus tubuh seksi-nya. Cantik tinggi seksi lagi. Begitu batin Sissy saat membandingkan gadis itu dengan dirinya.
"Okey, kenalin gue Katrina tapi biasa dipanggil Katrin, gue model dan sangat tidak mungkin bertanya lo nggak tahu gue, kenapa sih tadi gue ngomong apa lo nggak punya televisi di rumah, sampai lo nggak ngenalin gue begini, oh iya gue mau nawarin minta sama lo. " Kalimat bossy dari perempuan yang bernama Katrin itu lama-lama membuat Sissy gerah Ada nada sombong dalam kata-katanya. Dan Cia tidak suka itu.
Sissy hanya diam, mencerna tawaran gadis tersebut.
"Halo, lo dengerin gue kan." ucapan terima kasih menyadarkan Sissy.
“Eh, iya maksud lo kerjakan sih ya? Gue nggak ngerti,” tanya Sissy bingung.
"Begini, sekarang gue lagi buru-buru mau ada pemotretan di sini dan untuk sementara waktu lo pegang kartu nama gue, lalu kita berangkat lagi okey, oh iya nama lo siapa?" Katrin mengangsurkan sebuah kartu nama pada Sissy.
"Gue Sissy!" Jawab Cia singkat dan jelas, usai menerima kartu nama dari Katrin.
***
" Ya hallo , kamu mana sayang ? Aku udah di kampus yg kamu maksud ."
"............"
" Okey aku kesana sekarang ."
Digo berjalan menyusuri sebuah kampus untuk mengunjungi Katrin kekasihnya yang sedang ada pemotretan di sekitar kampus ini.
Setelah menelpon Katrin, Digo mengecek tanda pesan masuk di ponselnya hingga tampak lebih fokus Melihat layar ponselnya memperhatikan jalan.
"Braaaak ..."
"Aduuh." lagi-lagi Sissy menabrak sesuatu, tapi kali ini ia terjatuh karena perempuan yang mungil bertabrakan dengan tubuh kekar lelaki.
"Hei Mbak! Jalan rusak dipakai kamu! Lihat ini gara-gara lo ponsel gue jadi hancur! Gue nggak mau tahu lo harus bertanggung jawab." laki-laki itu langsung memberondong Sissy dengan omelannya dan membuat gadis itu melongoh, kagetnya belum hilang, sudah diberondong dengan kalimat macam-macam. Bukannya membantu untuk bangun, padahal Sissy masih pada posisi jatuh terduduk di tanah berpaving.
"Apa-apan ini! Lo yang nabrak duluan, lo yang salah jalan nggak pake mata terus kenapa harus gue yang harus bertanggung jawab, yang ada lo tuh musti tanggung jawab karena udah bikin gue jatoh." cerocos Sissy tak mau kalah.
"Hei cewe bar-bar! Apa gue nggak salah denger. Jelas-jelas lo udah nabrak gue duluan, kenapa harus gue yang bertanggung jawab."
Sissy menganga mendengar penuturan lelaki di diundang itu, dia benar-benar menyebalkan. Sudah jelas dia yang menabrak duluan sekarang malah ngatain seenak jidatnya aja. Umpat Sissy dalam hati, dibuat meradang oleh kata-kata lelaki itu.
"Apa lo ngomong! Ngomong-ngomong banget ya, udah salah nggak mau ngaku sekarang malah ngatain gue bar-bar. Okey rasain ini kalau emang gue bar-bar."
"Duug! Buk ... buk!" Sissy menendang kaki lelaki itu dan memukulinya berkali-kali.
"Aduuh. Hei dasar cewe gila! Cewe bar-bar, berhenti nggak lo !!! Wah lo beneran gila ya," ucap lelaki itu penuh logika. "Dasar, cewe apa bukan sih sadis banget jadi perempuan, gue heran kok ada gitu perempuan macem lo di planet bumi ini," sambungnya pada Sissy mulai tatapan tajam.
"Wah, kurang ajar banget lo. Lo pikir gue alien gitu, minta digampar nih orang emang!" Sissy sudah siap-siap membuang bogem mentahnya ke arah lelaki itu.
"Stooop !!! Berhenti lo dasar cewe Rimba, kelakuan bar-bar banget! Hentikan atau gue teriak kalu lo mau ngerampok gue handphone."
"Wah wah, bener-bener lo ya banci banget sih, beraninya maen ngancem." desis Sissy mengejek lelaki itu. "okey kali ini gue ngalah, dasar Kingkong yang sombong, laen kali gue nggak akan melepaskan lo! Dasar kingkong sombong !!" Umpat Sissy beranjak meninggalkan lelaki itu. dia pikir, tidak ada gunanya juga meladeni laki-laki sombong bin angkuh, ditambah sikap sengak serta arogantnya, membuat Sissy merasa kesal sendiri.
Kingkong dia bilang! Dasar cewe s***p. Tampang ganteng begini disamain sama Kingkong. Hei denger cewe s***p cewe rimba bar-bar, gue yang nggak akan nglepasin lo kalau kita sampai ketemu lagi, Inget itu !! "cerca lelaki itu dalam hati.
#####