Bab 8. Samsak Kesalahan

1100 Kata
Jayden Lin adalah ayah baptis sekaligus telah menjadi paman Venus Harristian. Dulunya, ia adalah pemimpin kelompok gangster triad Cina terbesar di New York. Kini setelah tak lagi memimpin kelompok itu dan digantikan oleh putra angkatnya bernama Ares King, Jayden masih memiliki sifat yang sama. Perusahaan penyedia layanan keamanan Daga Nero yang melibatkan anggotanya menjadi bagian dari tim keamanan yang dipimpin oleh Dion, sempat diambil alih oleh Jayden. Arjoona memiliki masalah besar yang membuatnya pergi selama lebih dari delapan tahun. Selama itu pula, Jayden yang mengatur Daga Nero termasuk menyusun protokol keamanan dan pengawalan VIP. Pelanggan dan pengguna jasa mereka berasal dari kalangan penting seperti bussinessmen sampai anggota kongres dan pejabat tinggi. Maka tak heran jika Jayden begitu marah saat keponakannya Venus bisa sampai terluka di bawah pengawasan Dion. “Apa yang dilakukan seorang kepala pengawal sampai membiarkan subjek yang dilindungi jadi terluka? Apa kamu tidak membaca protokol pengawalan seperti apa?” hardik Jayden tanpa basa-basi. “Aku mohon maaf, Pak. Ini semua adalah keteledoranku. Aku sudah mengabaikan protokol keamanan dan jarak. Aku berjanji jika ini tak akan terjadi lagi,” jawab Dion mengakui dan mengambil tanggung jawab dari apa yang menjadi kewajibannya. Jayden masih memandang tajam pada Dion dan mulai terlihat tak suka. Dion hanya bisa menegakkan tubuhnya dan siap menerima segala konsekuensi dari semua yang terjadi. “Kamu polisi kan?” tanya Jayden masih ketus. “Benar, Pak!” “Seorang polisi memiliki standar operasional yang harus ia emban begitu pula denganmu! Jika kamu merasa tidak mampu, kami tidak memaksa kamu harus berada di posisimu sekarang!” tegas Jayden lagi. Sudah ada dua orang yang kini mendesak Dion untuk mundur. Dan keduanya berasal dari lingkar dalam Venus Harristian. “Jay!” tegur Arjoona beberapa saat kemudian. Jayden masih memandang tajam pada Dion yang tak menjawab desakannya untuk mundur. “Dad, tolong jangan dibesar-besarkan. Aku juga salah ...” ujar Venus beberapa saat kemudian. Arjoona menoleh pada Putrinya dan mengusap lengannya dengan lembut. Ia berpaling lagi pada Jayden sebelum bicara. “Jay, biar aku yang bicara sama dia. Tolong temani, Venus!” pinta Arjoona memerintahkan sahabat baiknya itu. Jayden lantas berbalik dan berjalan ke sisi ranjang Venus untuk melihat keadaannya. Sementara Arjoona berdiri dan mengajak Dion keluar dari ruangan itu. “Kamu gak pa-pa, Sayang? Apa ada bagian lain yang terluka?” tanya Jayden langsung berubah lembut pada Venus sambil membelai kepalanya. Venus tersenyum dan menggelengkan kepalanya. “Gak, Om. Aku baik-baik saja!” Jayden ikut tersenyum dan mengangguk. Di luar, Arjoona berjalan ke salah satu sudut koridor di ujung kamar perawatan Venus dan Dion mengikuti lalu berhenti di belakangnya. Arjoona diam saja membelakangi Dion sambil menatap jendela kaca yang mengarah pada salah satu lapangan parkir samping rumah sakit itu. Setelah beberapa saat barulah ia berbalik dan menghadap Dion. “Bagaimana ini bisa terjadi?” tanya Arjoona singkat dengan nada rendah yang dominan. Dion hanya bisa menundukkan pandangan dan mulai bercerita. “Saat kami keluar dari pintu studio, para fans Nona Harristian sudah menunggu dan mengerubungi. Dua pengawal mencoba melerai tapi Nona Harristian berencana ingin memberikan tanda tangan. Jadi saya meminta dua orang lagi untuk memberikan jarak padanya, ternyata tidak berhasil,” ujar Dion memulai ceritanya. Arjoona terus memperhatikan dan tak menyela sama sekali. “Keadaan mulai agak kacau dengan adanya beberapa fans yang mulai berteriak ingin mendekat. Terlalu banyak orang jadi saya menarik Nona Harristian untuk mundur. Sayangnya, dia sudah berada di tengah-tengah dan saat itu datang seorang pria yang mengeluarkan pisau hendak menusuk Nona Harristian,” sambung Dion lagi masih bercerita dengan tenang. Kening Arjoona mulai mengernyit tapi ia belum menyela sedikit pun. Hanya saja sekarang, Arjoona terlihat lebih berpikir. “Semua ini salah dan tanggung jawab saya sampai Nona Harristian bisa terluka. Saya rasa saya menariknya terlalu kencang sampai ia tersentak ke belakang saya dan jatuh lalu tergores lantai trotoar yang kasar. Maafkan saya, Pak!” ucap Dion lagi masih terus meminta maaf. Arjoona menarik napas panjang dan tak mengangguk atau mengiyakan. Ia melangkah satu langkah ke depan. “Apa kamu tahu mengapa aku memilih kamu?” tanya Arjoona seperti pertanyaan acak. Dion tampak berpikir sejenak. Sesungguhnya ia memang tak benar-benar tahu mengapa dirinya dipilih dan diboyong dari Indonesia ke New York hanya untuk melakukan pengawalan. Dion pun menggelengkan kepalanya. “Kamu adalah syarat yang diberikan oleh istriku Claire untuk menyelamatkan pernikahan kami yang di ambang perceraian. Aku sangat menghormati orang tua kamu dan Claire berhutang budi sama mendiang Ibu kamu, Mbak Anggi,” jelas Arjoona pada Dion. Dion cukup terkejut mendengar cerita itu dari Arjoona. Ia tak pernah tahu jika Nyonya Claire Harristian berutang budi pada ibunya. “Jika kamu tidak mampu dan kamu dipulangkan, maka itu sama dengan pernikahanku dan Claire akan berakhir,” sambung Arjoona lagi dengan raut gundah. Dion jadi mengernyitkan keningnya. Mengapa sekarang tugasnya berhubungan dengan kelangsungan pernikahan seseorang? “A-Apa ...” “Dion, kamu harapanku satu-satunya untuk melakukan tugas ini. Aku harus bisa membuktikan pada Claire jika aku berhasil menjadikanmu sebagai pengawal Venus setidaknya sampai kasus ini selesai!” potong Arjoona memberikan penjelasan. “Aku tidak mengerti, Pak!” “Dion, aku mohon, Nak! Tugasmu adalah menjaga keselamatan Venus dan jangan sampai ia terluka sedikit pun. Venus tidak menyukaimu, dia sudah pernah meminta agar kamu diberhentikan!” Dion terdiam memandang Arjoona sementara ayah Venus itu berusaha menjelaskan maksud dan tujuannya. “Jika hal seperti ini di dengar oleh Claire dan Venus ikut mengadu, maka kita berdua tidak akan selamat. Kamu akan dipecat dan aku akan ikut keluar dari rumah. Tidak hanya tidur di sofa tapi Claire akan menceraikanku!” tegas Arjoona sambil menggeram sepenuh hati. Dion sampai membesarkan matanya melihat perilaku atasannya itu. “Lalu kenapa aku yang dipilih?” tanya Dion masih penasaran. “Claire ingin mengangkat posisimu. Sepulangmu dari sini kamu akan naik jabatan dan kariermu di Kepolisian akan jauh lebih baik. Itu sebabnya kamu dipilih oleh Claire.” Dion menarik napas panjang perlahan dan menundukkan pandangannya. “Aku tahu pekerjaan ini sangat kamu butuhkan. Kamu butuh biaya menikah kan?” sambung Joona lagi dan Dion pun mengangguk sedikit tersenyum. “Maka dari itu, selesaikan pekerjaan ini dengan sebaik mungkin. Jangan sampai ada hal sedikit pun yang melukai Venus. Ini yang pertama dan yang terakhir. Perketat protokol penjagaanmu pada Venus. Jika kamu perlu mengurungnya, kurung dia sampai penjahat itu tertangkap dan Venus memberikan kesaksiannya!” tukas Arjoona lagi dengan wajah masih serius. “Saya tidak melakukan itu, Pak. Saya tidak mungkin mengurung, Nona Harristian,” balas Dion dengan nada rendah. Arjoona tersenyum dan mengangguk. “Buktikan jika kamu bisa menyelesaikan ini seperti yang diharapkan oleh Claire dan aku.” Dion tersenyum lagi dan mengangguk. “Baik, Pak!”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN