Bulan suci Ramadhan merupakan bulan yang paling berat buatku. Sukses menahan lapar dan dahaga kadang gagal menahan emosi. Belum lagi godaan bertubi-tubi datang mendera puasaku. Godaan itu datangnya dari para marketing laknat semacam mas Amran dan mas Toni. Udah bagus aku masih bertahan puasa di hari ketiga, eh malah diiming-imingi teh botol pas siang bolong, kan Hayati lemah iman. Motel deh, seperti dugaan om Hamka waktu itu. Di hari ketujuh ini aku bertekad untuk puasa full sampai maghrib. Untung hari ini aku tegar kayak lagunya Rossa. Jadi pasang tampang jual mahal pas ada yang ngajakin makan indomie soto plus telur pagi-pagi. "Kamu puasa beneran?" tanya mas Amran saat melihatku sedang merebahkan kepala di atas meja meeting di lantai dua. Aku mengangguk lemas. Salah tanganku terjulur