Bab 9

1003 Kata
Kyle masih menodongkan pedang padanya. Mata itu kosong atau mungkin sebenarnya sangat dingin. Gadis bersurai putih itu pun hanya dapat menahan isak tangisnya. Partikel yang berembus masih segar dalam ingatannya. “Aku bisa jelaskan,” ucap Ellena pelan. Kyle tidak berniat untuk menurunkan pedang, laki-laki itu justru semakin mendekatkan pedang dengan leher gadis di hadapannya. Ellena menelan ludahnya, dia memaksa matanya untuk segera bersembunyi. “Jelaskan padaku sebelum pedang ini berhasil menembusmu, Nona,” ucap Kyle menantang. Ellena menarik napasnya dalam. Dia kembali melihat pada Kyle, mata mereka saling menatap dan tak mau melepas. “Aku diberkahi dengan mata yang dapat melihat keadilan, Raja Kyle. Aku dapat mengetahui kebohongan dengan mendengar dan melihat mata mereka, lalu tanpa terkendali menghapus mereka seperti terlihat sebelumnya.” Laki-laki berambut cokelat itu perlahan menurunkan pedangnya. Wajahnya tetap tenang dan tidak dapat dideskripsikan oleh Ellena. Entah apa yang tengah dipikirkan olehnya. Ellena hanya berharap jika Kyle mngurungkan niat untuk membunuhnya. “Diamlah di sini dan jangan coba-coba kabur. Aku yakin kamu memahami jelas apa yang aku katakan tadi, Ellena,” ucap Kyle. Tidak lama, suara langkah kaki terdengar melalui gendang telinga. Ellena sontak mengikuti arah punggung Kyle yang beranjak. Laki-laki itu memilih keluar dari kamar dan meninggalkannya sendirian. Haruskah Ellena menyesali keputusannya untuk turun ke bumi? Dia kembali berbaring dan melihat ke langit-langit ruangan. Bukan keinginannya untuk membunuh, Ellena tidak mengharapkan prajurit yang melapor itu untuk berbohong. Kemampuannya bukanlah kesialan, tetapi kenapa selalu saja menyulitkannya? Dia mencoba untuk menutup matanya. Berharap kemampuannya tidak aktif lebih lama lagi setelah terpicu. Namun, harapan Ellena kandas. Meski matanya tertutup, dia bisa melihat dengan jelas kenangan kamar ini. Seorang gadis berambut pirang menempati kamar ini dengan semua barang mewah. Dia begitu cantik, tetapi manja. Ellena melihat bagaimana gadis itu selalu meminta banyak hal yang aneh pada siapa pun, tidak terkecuali laki-laki yang dia kira sebagai Kyle. Penglihatannya melompati masa di mana sang gadis terjatuh dan tumbuh bunga bokor, hingga akhirnya Kyle datang dan membawanya pergi. Ellena mengerjapkan matanya beberapakali. Kepalanya terlalu berat menerima ingatan orang lain. Namun, siapa gadis itu? Kenapa kemampuannya tidak memberitahukan rupanya. Ah, sudahlah! Dia ingin beristirahat. Ellena tidak mungkin kabur dan menuai pertikaian yang lebih parah. Langit akan selalu mencarinya. Tentu saja, dia tidak ingin ada prajurit atas yang mengetahui keberadaannya. Saat ini bertindak tenang adalah satu-satunya yang bisa dia lakukan. Sementara di tempat lain, Kyle melihat pedang yang tengah dipegangnya. Dia tetap melangkah tegap ke ruangan pribadinya. Semua kelogisannya sedang ditentang oleh ucapan Ellena, gadis yang ditolongnya. Prajurit Zentiq, prajurit yang memang ditugaskan untuk mengirim air sesuai jadwal. Kyle sudah yakin, jika pengiriman terakhir ini pun tidak akan sampai. Namun, apa yang dia dengar dari Ellena? Prajurit Zentiq berbohong padanya. “Raja, tidak biasanya Anda kembali ke ruang kerja,” ucap Tuan Erleanor padanya. Kyle mengembuskan napas. Dia mengabaikan laki-laki tua yang barus saja merapikan mejanya. Bukan untuk duduk di bangku kerja, Kyle memilih merebahkan badannya di sofa, lalu menanggalkan pedang prajurit di sampingnya. “Tuan Erleanor, bisakah aku meminta bantuanmu?” tanya Kyle saat memejamkan matanya. “Panggil semua prajurit yang berugas mengirimkan pasokan air dan kumpulkan semua informasi tentang mereka semua. “Baik Yang Mulia, saya mohon pamit,” ujar Tuan Erleanor setengah membungkuk lalu beranjak dari ruangan. Dia tidak bisa menarik kesimpulan dari apa yang Ellena katakan. Mungkin bisa dengan menggabungkan asumsinya, tetapi semua ini perlu bukti. Kyle memilih untuk mencari tahu kebenarannya. Pucuk dicinta, ulam pun tiba. Peribahasa itu menggambarkan suasana yang tepat ketika dia mendengarkan langkah kaki yang sangat banyak memasuki ruangan. Kyle lalu membuka mata, melihat satu per satu laki-laki yang ada di hadapannya. Mereka semua segera memberi hormat pada Kyle. Laki-laki itu menatap satu per satu prajuritnya yang tidak dia biarkan untuk kembali berdiri. Mata sang raja setia untuk mengawasi gerak-gerik mereka. “Aku perlu penjelasan kalian tentang pengiriman hari ini. Jangan berbohong atau kalian bernasib sama dengan pemilik pedang itu,” ujar Kyle seraya menunjuk pedang yang tergeletak di samping sofa. “Berdirilah jika kalian mau menjelaskannya.” Kyle menunggu cukup lama. Tidak biasanya para prajurit yang dilatih sebagai kesatria itu bergeming. Sudah jelas ada yang disembunyikan. Para prajuritnya memegang penuh kode etik kesatria, tentu kejujuran dijunjung tinggi. Prajurit paling ujung berdiri dan membuat Kyle tersenyum. Dia lalu bertanya, “Apa jawabanmu?” “Raja, kami membenarkan jika semua air yang harusnya kami kirimkan ke Kerajaan Ranhold tidak sampai sepenuhnya. Kami terpaksa melakukan ini, karena seorang bandit selalu mengancam jika mereka akan menghancurkan Desa Luvern jika setengah dari pasokan air tidak dikirim ke sana,” ucap prajurit itu. “Kalian itu ksatria, kenapa harus takut dengan bandit?” tegur Tuan Erleanor. “Para bandit itu memilih untuk mati daripada kami tangkap,” jelas kesatria tersebut. “Namun, Prajurit Zentiq sudah melihat desanya dan dia bilang desa para bandit itu sangat kekurangan, Raja Kyle.” “Jadi selain Prajurit Zentiq, kalian tidak tahu di mana desanya?” Pertanyaan dari Kyle langsung dibalas dengan anggukkan. Kyle mengembuskan napas, dia lalu menyuruh Tuan Erleanor membawa memenjarkan merek untuk beberapa hari. Seharusnya para prajurit menjelaskan saja, bahkan prajurit Zentiq tidak perlu meregangkan nyawanya. Kyle kembali menutup matanya. Ucapan Ellena benar. Gadis bersurai putih itu tidak berbohong padanya. Mungkin dia harus meminta maaf pada gadis itu setelah semua urusan pasokan air ini selesai. Tentu dia harus mengganti prajurit yang mengirim pasokan air dan mengatur jadwal acak. Terakhir Kyle harus mencari tahu keberadaan para bandit tersebut. ------------------------- Bab Selanjutnya : “Raja Kyle, aku ke mari untuk menjemput temanku. Namanya Jean dan dia memiliki telinga runcing panjang. Apa Anda pernah melihatnya? Jean sangat bersemangat dan cerewet. Ah, dia juga memiliki sayap seperti kupu-kupu. Hanya saja sayapnya transparan.   “Dia ditugaskan ke kekaisaran bumi untuk menyerahkan pesan dari Kaisar Ferarus. Namun, Dewi Langit menyuruhku untuk menghentikan Jean sebelum terlambat. Bahkan mungkin dia sudah ke tujuannua dan ditahan,” jelas Ellena pada Kyle yang tengah menyimak informasinya satu per satu. Kyle kembali menatapnya. Laki-laki itu meminta Ellena duduk di dipan yang masih kosong. Karena lelah berdiri, gadis itu pun mengikuti arahan Kyle. Mereka saling melihat dan Ellena baru sadar jika dia mengucapkan tujuannya berada di bumi. “Aku tidak pernah mendapatkan laporan makhluk asing di sini. Namun, aku bisa membantumu ... maksudku, aku tahu temanmu itu tidak ditahan oleh Kaisar Bumi. Karena beberapa hari yang lalu aku baru menemuinya dan dia tidak membahas soal itu,” balas Kyle padanya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN