BCS 1

728 Kata
Sandra mengernyit menahan senyum canggung. Matanya tak lepas memandang kotak beludru merah yang baru saja Bayu sodorkan. "Lagi?" ucapnya pelan masih tidak menyangka. "Memang perlu aku ulangi?" ucap Bayu ringan menutupi gugup. Berharap yang ketiga kali ini berpihak kepadanya. Seharusnya Sandra tengah menangis bahagia. Bukan justru memilih diam sibuk dengan rasa khawatirnya yang kian menebal, hingga tak kuasa menatap Bayu. Ia benar-benar menunduk dalam menghindari kedua netra kekasihnya. Dilamar setelah bertahun-tahun menjalani hubungan, terlebih di usianya yang sudah cukup, pasti menjadi hal yang paling membahagiakan untuk para wanita. Namun kenyataan tidak dapat dipukul rata. Seperti Sandra kali ini yang diam-diam menghela napas panjang mengumpulkan keberanian. Degub dalam jantung Bayu kembali lebih cepat. Bersamaan dengan banyak harapan terselip di hati. Ini bukan yang pertama. Sebelumnya dua kali sudah dirinya melamar Sandra. Meski berakhir dengan penolakan halus. Tetapi tidak serta merta membuatnya menyerah ataupun menjauh. Namun tetap saja rasa gugupnya tak mampu Bayu redakan ketika menatap Sandra lekat-lekat. Semua berjalan sesuai seperti bayangannya. Tidak ada yang berubah. Bahkan Bayu sudah memperluas sabar dalam menanti jawaban Sandra kali ini. Ia pun menampilkan senyum terbaik untuk mempertegas asa pada siratnya. Jika Sandra tidak akan lagi menolaknya, Bayu yakin. "Aku-" gumam Sandra meragu. Lebih memelankan suaranya yang cukup memecah keheningan. Perlahan dirinya memberanikan diri untuk membalas tatapan Bayu yang masih menatapnya begitu lekat. Tidak ada yang hilang. Masih dengan senyuman yang Sandra sukai. Optimisnya seakan belum terusik. "Maaf ... Bay, aku nggak bisa," lanjut Sandra setelah membuat jeda yang panjang. Ia kembali menolak untuk yang ketiga kali, meskipun perasaan tidak teganya pun menyamai berlipat. Senyum Bayu berserta kepercayaan diri menguap seketika. Pikirannya kosong dalam hitungan detik. Rasa sakit di hati kembali merajai. Meskipun tidak sesakit yang pertama, jelas Bayu bisa menahan. Namun semakin bingung apa kesalahannya. Hingga mendapat penolakan berturut sampai ketiga kalinya. "Maaf...." Hanya itu yang dapat Sandra katakan. Tidak kuasa mengeluarkan kembali alasannya. Denyut jantung Bayu berubah seakan menusuk. Semestinya untuk yang ketiga kali Bayu telah terbiasa. Tetapi sirat matanya tidak dapat menyembunyikan raut kekecewaan. Meski ia sudah kembali tersenyum walau pahit. Nyatanya, sakit yang mengenai begitu lebih melukai. "Aku rasa ... tanpa perlu aku jelaskan lebih kamu sudah tahu jawabannya." Sandra paham akan lebih menyakiti perasaan Bayu. Tetapi cara ini yang terbaik. Karena dirinya tidak sanggup menyakiti Bayu lebih dari ini. Bayu meloloskan sesak yang mencekat. Anehnya setelah mendapat kekecewaan yang berulang, tetapi tidak lantas membuatnya sanggup meninggalkan Sandra. "Ternyata semua masih sama," ungkapnya lirih. "Harusnya aku tahu dari awal, kalau jawaban kamu tetap enggak." "Menikah itu nggak mudah. Banyak yang harus aku pertimbangkan juga pikirkan." Sandra menyuarakan isi hati. "Sampai kapan, Sandra?" Bayu bertanya lebih menuntut. Sandra mengatupkan bibir. Memilih tetap diam. Ia pun tidak tahu kapan dirinya siap. Bayu mengerti jika lagi-lagi Sandra menolak tampak tidak ingin menjawab. Dengan berat hati, tanpa memutuskan pandangan lekatnya, Bayu tak bisa kehilangan Sandra. "Aku masih bisa sabar tunggu kamu. Kasih tahu aku kalau kamu siap nanti." Helaan napas Sandra terasa lebih ringan setelah mendengar perkataan Bayu. Kini Sandra yang mengulas senyum lepas. "Sekarang kamu hibur aku setelah tiga kali kamu tolak." Bayu kemudian meniadakan jarak di antaranya dan Sandra. Perlahan Bayu mengecup bibir Sandra dalam. Dirasanya tidak ada penolakan, ia mulai memberi tekanan kecil. Bayu ikut tersenyum ketika merasa bibir Sandra tersenyum tipis dalam pagutannya. Dalam pejaman mata, Sandra berhasil memastikan satu hal. Sama. Sampai Sandra menarik diri, menciptakan sedikit jarak. Manik kedua mata pria itu tetap tenang, layaknya detak jantung Sandra saat ini. "Terima kasih," ucapnya seraya membersihkan noda lipstick pada bibir Bayu. "Terima kasih?" Bayu mengernyit heran meski tidak terganggu dengan tindakan tangan Sandra yang mengusap bibirnya. Sandra tersenyum kecil. "Bersih." Lalu mengusap pelan pipi Bayu. "Terima kasih untuk apa?" Bayu masih bingung. "Untuk sabar tunggu kamu?" tebaknya kemudian. "Untuk semua." Sandra kemudian memeluk kekasihnya. Bayu tersenyum lantas membalas pelukan Sandra. "Sama-sama. Kamu juga sudah bersihin bibir aku." Sandra terkekeh pelan pelan di dalam pelukan Bayu. "Aku masih tunggu kamu," Bayu kembali berucap seraya mengecup puncak kepala Sandra. Sandra tahu. "Aku sayang kamu," bisiknya semakin menenggelamkan wajahnya di dalam Bayu. "Aku lebih sayang," balas Bayu jujur. Perlahan, Sandra memejamkan mata, menikmati aroma khas kekasihnya. Tanpa disangka, ia lebih ingin melupakan semua kejadian tentang ini. Detak kencang yang ia rasakan dari Bayu, membuatnya tak menyangkal. Jika rasa bersalahnya semakin banyak. Untuk kesekian kali, Sandra telah mempermainkan perasaan Bayu. Lantaran kekasihnya tak mampu membuat Sandra berdebar seperti dulu. * * *
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN