Hari kedua perpisahan. Sekaligus hari terakhir mereka berada di Selopanggung. Di mana setelah acara selesai nanti, mereka semua akan langsung pulang ke rumah dan tempat kost masing - masing.
Mereka mengadakan acara perpisahan itu di tengah - tengah sebuah hutan pinus yang biasanya memang menjadi tujuan wisata orang - orang.
Semua kelompok KKN yang terdiri dari 4 grup, melakukan sesi foto bersama di atas panggung. Beberapa di antaranya berpakaian layaknya penyanyi profesional. Ya, untuk hiburan mereka memang tidak menyewa penyanyi dari luar.
Melainkan memanfaatkan para mahasiswa yang hobi bernyanyi untuk menyalurkan bakat terpendam dan juga minatnya.
Lagi lupa menyewa penyanyi dari luar akan membuat mereka mengeluarkan dana lebih. Sementara untuk menyewa panggung, sound system, dan beberapa perlengkapan orkes lain, mereka sudah menggunakan seluruh sisa anggaran. Mereka tidak mau ditarik uang lagi, karena KKN sudah selesai.
Acara ini terbilang sukses, karena banyak warga yang berbondong - bondong datang. Ada yang sekedar menonton, ada juga yang berjualan.
Saat ini ada mahasiswi cantik bernama Erika sedang berada di atas panggung. Ia membawakan lagu yang sedang hits, milik Happy Asmara. Diciptakan oleh Happy Asmara sendiri dan seorang laki - laki bernama Vicky Prasetyo. Yang berjudul Wes Tatas.
Lagu yang mengisahkan tentang hubungan yang sudah putus. Pihak wanita mengalah atas pihak laki - laki yang melakukan perselingkuhan karena bosan dengan hubungan mereka selama ini.
Karena lagu itu sedang hits - hits - nya, semua orang tahu lagunya. Bahkan Intan yang merupakan K - POPers juga tahu lagunya. Karena lagu itu memang sering digunakan orang - orang untuk melakukan joget tok tok. Dan Intan sangat hobi joget tok tok.
Semua peserta KKN dan warga sekitar melakukan joget heboh bersama di depan panggung. Suasana benar - benar pecah dan ambyar.
Suasana semakin meriah dengan adanya momen coloring menggunakan asap berwarna biru dan merah.
Semuanya bersenang - senang. Semuanya bersuka ria.
Tak eleng - eleng mbiyen tau ngomong opo
Arep ngancani aku tekan pungkase umurku
Nanging saikine kowe ninggal janjine
Ibarat banyu mili
Wes tekan segoro (wes tekan segoro, wes tekan segoro)
Cubo dadi aku, kuat po atimu (kuat po atimu)
Mesti kowe sambat ora kuat
Aku uwes ora pengin loro
Atiku wes tenang (atiku wes tenang)
Wes tak anggep ilang
Layangan sing tatas
Tondo tresnoku wes pungkas
Mabur duwur ngalang - ngalang
Yen nibo dadi kenangan
Kowe sing tak eman - eman
Ninggalke roso kelaran
Opo iki wes takdire?
Aku ikhlas, aku pasrah
Wes tak ngalah
Cubo dadi aku, kuat po atimu (kuat po atimu)
Mesti kowe sambat ora kuat
Aku uwes ora pengin loro
Atiku wes tenang
Wes tak anggep ilang
Layangan sing tatas
Tondo tresnoku wes pungkas
Mabur duwur ngalang - ngalang
Yen nibo dadi kenangan
Kowe sing tak eman - eman
Ninggalke roso kelaran
Opo iki wes takdire?
Aku ikhlas, aku pasrah
Wes tak ngalah
Layangan sing tatas
Tondo tresnoku wes pungkas
Mabur duwur ngalang - ngalang
Yen nibo dadi kenangan
Kowe sing tak eman - eman
Ninggalke roso kelaran
Opo iki wes takdire?
Aku ikhlas, aku pasrah
Wes tak ngalah.
***
Selepas acara, dan sudah beres membersihkan sisa - sisa pesta rakyat, mereka pun segera pulang ke rumah masing - masing.
Kelompok 14 tersisa Sora, Kiki, Alshad, Fajar, Wenda, dan Dana.
Mereka belum pulang karena sudah sepakat dengan anggota kelompok lain, akan menjadi perwakilan untuk melakukan pamitan pada pihak balai desa. Dan orang - orang lain yang telah membantu mereka menuntaskan program KKN posdaya ini.
Seperti sang pemilik ladang yang mereka gunakan untuk bercocok tanam, ibu - ibu PKK yang mengizinkan mereka melakukan pelatihan tas rajut, dan semuanya yang terlibat lagi.
Selesai dengan urusan pamitan, mereka berkumpul di posko laki - laki. Jujur, Sora dan para anggota wanita lain, sangat jarang masuk ke rumah ini. Biasanya hanya datang saat menanak nasi, ketika listrik bertegangan 450 watt di posko wanita sudah penuh digunakan, sehingga tegangan listrik mengalami mati otomatis.
Namun kali ini, Sora, Dana dan Wenda berada di dalam rumah ini secara sebenar - benarnya. Karena mereka sudah masuk sampai ke dapur. Bahkan sampai ke halalan belakang.
"Astaga ... enak ya. Ternyata di posko cowok ada WC - nya. Nggak perlu antre di belakang masjid atau balai desa kalau mau BAB. Nggak adil!" Dana marah - marah.
Sora dan Wenda terkikik. "Emang kamu mau ngulang KKN lagi, terus tinggal di posko ini?" tanya Sora.
Dana langsung bergidik ngeri. "Ih ... ogah. Sorry aja, ya. Dibayar berapa pun, aku nggak mau KKN lagi. Mau sih kumpul - kumpulnya, seru. Tapi nggak mau ah sama posdaya. Malesin banget."
Dana dan Wenda langsung tertawa keras. Ternyata itu yang membuat Dana tidak mau KKN lagi. Karena posdaya yang memang cukup meresahkan semua anggota kelompok. Hingga banyak mengorbankan kenyamanan dan uang mereka. Tapi demi nilai KKN yang baik, apa pun rela mereka lakukan. Asal satu kali saja, tidak perlu diulang lagi suatu hari nanti.
"Itu cowok - cowok ke mana sih? Lama amat beli mi instan doang!" Wenda langsung mengomel begitu ingat dengan teman - temannya yang tadi mereka suruh beli mie instan.
Ya, alasan mereka belum pulang setelah berpamitan, adalah karena mereka kelaparan setelah segala aktivitas hari ini. Setelah berpamitan pula dengan orang - orang yang sudah berjasa membantu mereka.
"Assalamualaikum." Terdengar suara salam dari arah depan rumah.
Disusul suara gerudukan langkah kaki. Padahal mereka hanya bertiga. Tapi suara langkahnya sudah mirip gerombolan gengster.
Alshad langsung menyerahkan satu kresek mie instan pada Sora. "Nih."
"Kalian dari mana aja, sih? Beli mie instan doang tapi lamanya kayak nunggu telor t - rex netas!" Sora langsung mengomel seraya menerima mie instan itu.
Sora langsung bergegas mengeluarkan semua mie instan dari tas kresek. Kemudian membuka bungkusnya satu per satu.
Alshad secara otomatis langsung membantu Sora membuka kemasan mie instan. "Ya jangan marah - marah dong. Kami tadi udah keliling jauh buat cari mie instan. Sampai naik gunung segala. Toko - toko pada tutup. Soalnya siang - siang. Pada istirahat." Alshad menjawab dengan santai.
"Mulai lagi kan mereka!" celetuk Wenda.
Wenda lalu menyenggol lengan Kiki di sebelahnya. Sebagai shiper Alshad dan Sora yang sejati, jiwa kapalnya langsung berlayar.
"Apaan?" tanya Kiki.
Wenda lalu membisikkan sesuatu di Telinga Kiki.
Kiki langsung terlihat antusias. Mengangguk tanpa harus kompromi. Kiki lanjut berbisik pada Fajar. Dan Wenda juga lanjut berbisik pada Dana.
Tentu saja Dana sebagai sniper Samran dan Sora, langsung tak setuju dengan rencana Wenda.
Tapi sebelum Dana sempat menyuarakan ketidak setujuannya, Wenda langsung membungkam mulut gadis itu, dan menyeretnya keluar dari dapur.
Diikuti oleh Kiki dan Fajar. Fajar kemudian langsung menutup pintu dapur dan mengunci dari luar. Untungnya, Sora dan Alshad sepertinya belum sadar jika mereka telah ditinggalkan.
Wenda masih terus membungkam mulut Dana sambil terus menyeret gadis itu menjauh dari dapur.
Dan Kiki serta Fajar jadi penggembira, cengengesan. Ikut senang karena Alshad memiliki kesempatan berdua saja dengan Sora sang pujaan hati.
***