Malam hari menjelang tidur, semua penghuni posko wanita sudah tidur berjejer di atas tikar. Mereka sudah mirip dengan ikan pindang -- ikan tongkol asap -- yang disusun dalam wadah anyaman bambu, dan siap dijual di pasar - pasar.
Beberapa di antaranya sudah tidur. Dan masih ada juga yang sibuk dengan ponsel. Salah satu yang masih sibuk dengan ponsel adalah Sora.
"Sst ... Sora ...."
Mendengar suara itu, Sora langsung menoleh ke arah mushola. Karena suara yang memanggilnya adalah suara laki - laki.
Lebih tepatnya suara Alshad, salah satu teman sekelompok yang harusnya tidur di posko laki - laki. Tapi karena kesepakatan bersama, anggota kelompok laki - laki memiliki jadwal piket khusus untuk tidur di posko wanita secara bergantian. Tiap malam ada dua anggota kelompok laki - laki yang mendapatkan giliran tidur di posko wanita. Dan malam ini adalah giliran Alshad si anak Teknologi Informasi, dan juga Albert si anak peternakan yang berasal dari Papua.
Alshad bisa dibilang adalah anggota kelompok KKN yang paling tampan. Paling keren di antara ke 10 anggota kelompok laki - laki yang lain.
"Kenape, Shad?" tanya Sora akhirnya.
"Ngapain kamu belum bobok? Lagi chat sama siapa? Serius amat dari tadi."
Sora mengernyit. "Sendirinya belum tidur. Kok negur orang. Aku chat sama siapa ya terserah aku lah."
"Astaga ... juteknya ...."
"Biarin!"
"Emang kamu chat sama siapa, sih? Kamu udah punya pacar?"
"Kira - kira?"
"Astaga ... dari tadi ditanya baik - baik kok jawabnya nyolot!"
"Ya salah kamu, sih. Orang lagi konsentrasi malah digangguin. Bikin emosi jiwa dan raga aja!" Sora menyemprot Alshad sekali lagi.
Alshad langsung cekikikan mendengar Semprotan Sora. Sora mendengar suara cekikikan lain. Suara Albert. Dia belum tidur ternyata. Kenapa sih dua cowok nggak jelas itu mendadak malah mengganggunya begini.
Sora memutuskan untuk cuek saja. Meneruskan aktivitas chat - nya bersama Samran. Ya ... ternyata Sora berakhir kembali bertukar chat dengan Samran.
Laki - laki itu tadi siang mengirim chat duluan padanya. Sora sempat ragu ingin membalas atau tidak. Tapi setelah dipikir - pikir, akhirnya Sora membalas chat Samran.
Mereka tidak sering berbalas pesan, karena tentunya mereka sama - sama sibuk dengan urusan masing - masing. Namun yang jelas, mereka tetap berbalas pesan sambung menyambung, sampai semalam ini.
Banyak yang sudah mereka bicarakan. Hingga obrolan mereka mengambung pada topik tentang adik Samran -- Gara -- yang diceritakan oleh Bude Pangestutik, yang katanya sudah meninggal dunia.
'Iya, adik aku satu - satunya. Sudah meninggal 1 tahun lalu. Kecelakaan di daerah Gurah setelah pulang dari Malang.'
Sora masih bingung harus menjawab bagaimana. Yang jelas ia harus mengatur kata - kata yang baik. Dengan mengingat adiknya yang sudah meninggal saja, pasti sudah cukup untuk membuat Samran sedih. Sora tidak ingin membuat rasa sedihnya jadi makin buruk.
Ternyata belum sempat Sora membalas pesan duluan, Samran malah sudah mengirim pesan lain.
'Kalau mau lihat fotonya, langsung aja cek akun sosmed - nya. Username - nya @garasena.'
Sora membaca pesan itu. Ingin rasanya ia langsung membuka akun sosial media mendiang Gara. Tapi Sora masih punya etika. Ia menyempatkan untuk membalas pesan Samran terlebih dahulu.
'Kalau boleh tahu, siapa nama lengkapnya Gara? Aku mau kirim sedikit hadiah doa.'
Samran lagi - lagi langsung membalas pesannya. Tidak seperti tadi siang sampai sore sampai malam, yang membutuhkan waktu 10 - 40 menit untuk menjawab pesan. Mungkin karena larut malam seperti ini, restoran Chinese food - nya sudah tutup. Jadi Samran bisa los bersama ponselnya.
'Wah ... terima kasih, Sora. Namanya Sagara Sena Hartawan.'
Sora langsung membaca balasan pesan itu. Sora langsung mengkhususkan sebuah bacaan surat Al - Fatihah dengan nama Sagara Sena Hartawan.
Sora kemudian membalas 1 pesan lagi untuk Samran.
'Semoga Gara tenang di sana, ya. Ngomong - ngomong kamu udah santai, ya? Soalnya balas chat - nya nggak selama tadi siang.'
Sora memberanikan diri lebih terbuka dalam obrolan mereka. Sora memang masih tak yakin dengan perjodohan ini. Tapi bukan berarti Sora harus bermusuhan dengan Samran, bukan?
Bukannya sah - sah saja dalam hubungan pertemanan menanyakan sesuatu yang bersifat agak personal. Asal jangan berlebihan saja.
Sora lalu menutup aplikasi chat - nya. Ia memutuskan untuk berselancar di dunia sosial media terlebih dahulu, untuk mencari akun Gara.
Jujur Sora sangat penasaran dengan rupa Gara. Apakah sama rupawan dengan sang kakak? Atau berbeda?
Kadang ada adik kakak yang Sangat mirip. Kadang ada juga yang sama sekali tidak mirip, seperti Sora dan adik - adiknya.
Sora dengan cepat berselancar di sosial media, mengetik kan username milik Gara. Tanpa menunggu lama, akun Gara akhirnya muncul.
Sora mengangguk - angguk. Dari foto profilnya , Sora menilai bahwa Gara adalah seorang pencinta otomotif. Sora lalu berselancar lebih jauh. Ada foto - foto Gara yang sedang mengambil selfie di puncak gunung, di atas sebuah motor sport, berfoto bersama ular, burung, kadal. Definisi seorang laki - laki sejati di mata orang - orang awam.
Yang membuat Sora takjub adalah, Gara terlihat begitu mirip dengan Samran. Benar - benar mirip. Bagai pinang dibelah dua.
Yang membuat Sora ikut sedih adalah, dalam galeri foto milik Gara, ada beberapa foto bersama sang kakak, dan juga seseorang yang Sora yakini sebagai Harumi, ibu Gara dan Samran.
Tak jauh dari Bude Pangestutik, Bu Harumi pun terlihat masih begitu cantik, dan awet muda.
Mereka tampak sangat bahagia. Pasti begitu sedih dan hancur rasanya, saat salah satu anggota keluarga harus dipanggil duluan ke haribaan ilahi. Terlebih jika yang pergi duluan adalah yang masih muda.
Sora pernah dengar sebuah istilah. Banyak anak yang kuat ditinggal mati orang tua. Namun jarang orang tua yang kuat kala ditinggal mati anaknya.
Pasti lah hal itu sangat menyedihkan ... sangat menyesakkan dadaa.
Puas melihat Galeri Gara, Sora segera kembali ke kolom chat.
Sebenarnya Sora juga ingin kepo ke sosial media Samran. Tadi ia melihat tag akun sosial media Samran di salah satu foto di Galeri Gara.
Tapi Sora mengurungkan niat keponya dulu. Entah lah, dia merasa belum siap untuk menengok sosial media Samran.
Ia memutuskan untuk membalas balasan pesan dari Samran dulu.
Sayangnya ternyata Samran belum membalas pesannya lagi. Uhm ... Barang kali Samran sudah tidur. Ia pasti lelah karena sudah berjualan di restoran miliknya seharian. Terlebih ia juga terjun ke dapur sendiri.
Sora cuek saja lah. Ia tidak ingin bicara apa - apa lagi. Biarkan ... tunggu jawaban Samran selanjutnya saja. Entah malam ini. Atau esok hari.
Sora baru saja meletakkan ponselnya, tapi ia kembali diganggu oleh Alshad.
"Sst ... sst ... Sora!" seru Alshad.
"Apaan, sih, Shad?" Sora membalas dengan malas.
"Nggak apa - apa ... tes kuping doang."
"Aish ...." Sora yang kesal langsung meraih apa saja yang ada di sebelahnya, lalu ia lemparkan pada Alshad dengan penuh emosi.
Ternyata yang ia lemparkan adalah botol kecil berisi balsem.
Balsem itu Sora beli setelah tahu ternyata udara di Selopanggung begitu dingin. Kegiatan juga membuat kaki dan tubuhnya gampang pegal. Setelah dioles balsem, rasa pegal dan dinginnya jadi sedikit mendingan.
Alshad langsung buru - buru menghindar takut kepalanya benjol. Tapi akibat ia menghindar, jadi Albert yang kena batunya.
Albert yang ternyata sudah tertidur mendadak bangun lagi sambil memegangi Keningnya. Ketika tahu itu adalah lemparan balsem, Albert langsung misuh - misuh saking kesalnya. Jidat nya alamat benjol nanti.
Tahu Albert murka, Alshad langsung pura - pura tidur.
Dan Sora, turut melakukan hal yang sama.
***