"Ih ... kamu kenapa sih, Sora, kalau ngobrol sama Alshad, selalu aja nge - gas pol. Yang santai dikit kenapa? Kayak ngobrol sama kita - kita." Dana mengawali gerakan kembali membahas kejadian barusan.
"Iya, Sora. Asal kamu tahu aja, ya. Anak - anak cewek yang lain tuh pada nggak suka kalau kamu begitu sama Alshad. Soalnya mereka jealous. Kan mereka pengin banget berada di posisi kamu. Udah lah, dari pada yang lain makin nggak suka sama kamu, mending kamu baik - baik lah sama Alshad." Wenda ikut - ikutan menasihati Sora.
Sora hanya diam sambil menahan kesal. Bisa - bisanya Dana dan Wenda menyuruhnya untuk bersikap baik pada Alshad yang menyebalkan itu.
"Kalian nyuruh aku bersikap baik sama Alshad, padahal dia udah lancang diem - diem baca chat aku? Gila kali, ya. Biarin aja deh itu cewek - cewek pada benci sama aku. Aku nggak peduli. Lagian apa sih istimewa nya si Alshad. Orang nyebelin gitu kok. Heran, kenapa malah pada bertekuk lutut semua sama dia."
Dana dan Wenda jadi berpikir keras. Bingung bagaimana mau menjelaskan pada Sora.
"Ya gimana ya, Sora ...." Dana benar - benar bingung. Sebenarnya ia gengsi untuk mengatakan ini. Tapi ia terpaksa harus menjelaskan. "Si Alshad itu kan ganteng, keren. Mana tinggi semampai juga orangnya. Siapa sih cewek yang nggak seneng lihat cowok modelan Alshad begitu?"
"Aku ... aku orangnya. Aku yang nggak seneng. Menurut aku dia biasa aja tuh." Sora langsung menjawab dengan cepat.
"Ya ganteng atau cantik itu kan relatif, Sora." Wenda yang menjawab. "Tapi aku yakin, tipe yang kayak Alshad itu pasti banyak banget disukai sama cewek - cewek. Ya demi keamanan kamu sendiri aja lah. Kamu tahu sendiri kan cewek kayak gimana kalau udah cemburu. Bisa - bisa pada nekat tahu, nggak."
"Astaga .... Tahu ah, gelap!" Sora akhirnya memutuskan untuk tidak membahas hal itu lagi.
Tapi lagi - lagi keinginan Sora bertentangan dengan keinginan teman - temannya lagi.
"Kayaknya si Alshad suka, deh, sama kamu, Sora. Makanya dia gangguin kamu terus." Dana memberikan sebuah alasan yang menurutnya akan menggiurkan bagi Sora. Ya ... biasanya wanita akan senang jika tahu ada laki - laki yang naksir. Termasuk Dana sendiri juga begitu. Apalagi kalau yang naksir seganteng dan sekeren Alshad.
"Coba, deh, kamu kasih dia kesempatan, Sora. Kalau yang aku lihat - lihat sejauh ini, Alshad itu sebenarnya baik, kok. Buktinya dia tadi mau bantuin kita masak. Kalau cowok - cowok di kelompok piket lain, mana ada yang mau bantuin masak. Si Kiki yang ketua aja ogah bantu masak. Kalau udah bantu bersih - bersih atau angkat galon, ya udah. Gitu doang piketnya." Wenda lagi - lagi pro dengan Dana.
Sora yang sudah malas membahas tentang Alshad langsung mempercepat langkah kakinya. Meninggalkan dua teman di sisi kanan dan kirinya.
Wenda dan Dana buru - buru mengejar Sora untuk kembali menyamakan langkah mereka bertiga.
"Woy, jangan tinggalin kita, dong!" seru Dana begitu sampai kembali di samping Sora. "Iya deh iya, kita nggak akan bahas Alshad lagi kalau kamu nggak suka."
"Tuh tahu. Makanya jangan bahas - bahas dia terus. Males tahu nggak!" Sora langsung menjawab dengan menggebu - gebu.
"Iya - iya, sorry ...." Dana tampak menyesal, meski juga masih penasaran. Ingin tahu kenapa Sora sangat tidak suka pada Alshad.
"Eh, tapi Sora ...." Wenda kali ini. "Kamu bilang tadi Alshad ...."
Belum selesai Wenda bicara, Sora langsung menyerobot. "Tuh kan ... kenapa jadi bahas dia lagi, sih?" Sora langsung sewot.
"Astaga ... dengerin dulu kenapa, sih? Orang belum selesai ngomong juga!" Gantian Wenda yang sewot.
Sora sedikit menyesal. Ia akui ia salah. "Ya udah ... mau ngomong apa?"
Untung Wenda orangnya baik dan pemaaf. Eh, sebenarnya karena ia sangat penasaran juga sih. Makanya memutuskan untuk segera memaafkan Sora.
"Kamu bilang tadi Alshad lancang baca chat kamu. Emangnya kamu lagi chat sama siapa, sih?" Wenda cengengesan.
Mendadak Dana juga jadi cengengesan. "Iya juga, ya. Aku juga penasaran. Kamu chat sama siapa hayo? Bukannya pas pertama tinggal di posko, kamu bilang kamu lagi jomblo. Makanya kita bertiga nyambung gara - gara sama - sama jomblo. Jangan - jangan Sekarang kamu udah punya pacar, ya? Gila ... cepet amat dapetnya."
Dana dan Wenda malah sibuk menggodai Sora.
Sementara Sora sedang dag - dig - dug duar jantungnya. Aduh ... ia kembali galau. Harus jujur atau tidak pada Wenda dan Dana. Jujur ia sangat bingung.
Mau cerita tapi merasa belum terlalu dekat. Tapi kalau tidak cerita, ia butuh bicara juga masalah ini pada orang - orang yang ia percaya untuk berbagi opini.
Sementara semua teman dekatnya dari program studi yang sama, sedang sama - sama sibuk, karena mereka juga sedang KKN. Tak pernah ada waktu untuk saling bertemu selama KKN ini.
"Duh gimana ya ...." Sora masih bingung, belum menemukan keputusan. Tapi sepertinya ... ia akan cerita saja lah. "Oke deh ... aku bakal jujur. Tapi janji jangan kasih tahu siapa - siapa, ya."
Sora memasang tampang serius dan tegas. Supaya Dana dan Wenda bersungguh - sungguh jika mereka berjanji untuk tidak mengatakan hal ini pada siapa pun.
Dana dan Wenda saling bertatapan. Kemudian keduanya saling mengangguk. Dana kemudian bicara mewakili dirinya sendiri dan Wenda.
"Oke, kita janji, Sora. Kami nggak akan cerita sama siapa - siapa tentang ini. Asal kamu mau jujur."
Sora tertegun. Sebelum akhirnya menarik napas panjang. "Oke ... oke ... nanti aku ceritain saat kita udah balik ke posko, ya. Nggak enak kalau cerita di pinggir jalan begini. Apa lagi ceritanya cukup panjang. Di posko kan enak, bisa sambil rebahan."
Wenda dan Dana terkikik geli.
"Iya deh, oke," jawab Wenda.
"Eh, tapi ngomong - ngomong kita pesen tape cor berapa, nanti?" celetuk Dana.
"Ya sejumlah dosen yang datang, 5 orang," jawab Sora.
"Padahal aku juga penasaran pengin coba. Pesen 6 deh, ntar yang segelas buat kita bertiga." Wenda memberi saran.
"Diomelin si Kiki baru tahu rasa kamu ntar!" ancam Sora.
Wenda langsung mencebik mengingat muka menyebalkan sang ketua kelompok KKN mereka itu.
"Astaga ... ya udah ntar kita beli sendiri aja pakai duit pribadi." Wenda terlihat kesal.
"Emang kamu bawa duit?" tanya Dana dengan nada meledek.
"Ya pakai duit kelompok dulu. Ntar dituker."
Sora dan Dana langsung tertawa terbahak - bahak mendengar jawaban Wenda.
Warung tape cor yang mereka tuju sudah berada di depan mata. Letaknya berada di sebelah kiri pertigaan dekat balai desa Selopanggung.
Banyak sih sebenarnya penjual tape cor lain. Tapi warung ini yang paling legenda, karena merupakan pemrakarsa es tape cor yang ternyata disukai banyak orang.
Penggemar utama es tape cor adalah para pesepeda yang hobi melakukan olah raga bersepeda ke gunung setiap kali akhir pekan. Setiap akhir pekan Selopanggung selalu ramai dikunjungi orang - orang dadi bawah, kebanyakan sambil mengayuh sepeda.
Sampai di warung itu, tiga dara itu langsung masuk ke warung. Untung ini bukan hari libur atau akhir pekan. Jadi warung tidak terlalu ramai.
***