Part 7

1335 Kata
Mereka yang ada di kelas di buat cengo' dengan Dara yang saat ini tidur di kelas, seorang Dara baru satu kali tidur di kelas waktu itu dan sekarang kedua kalinya masih membuat mereka tak percaya seorang Dara sampai ketiduran di saat jam pelajaran masih berlangsung. " Ra, bangun.., Bu Endang ngeliatin kamu tuh." Bisik Ayu yang duduk di sebelah Dara. " Hmm.? " Dara menyahut dengan nada yang cukup keras sehingga membuat perhatian Bu Endang semakin tertuju kepadanya. " Kamu ke sekolah mau belajar atau mau tidur. " Suara Bu Endang berhasil membuat Dara terbangun dan langsung meminta maaf kepadanya. " Saya nggak suka ada murid yang tidur selagi saya menjelaskan di depan, kamu keluar sekarang. " Lanjutnya ketus. " Tapi bu. " " Kamu mau keluar atau saya yang keluar.? " Ancaman Bu Endang benar-benar menakutkan, Dara tidak ingin karena dirinya yang lain sampai tidak bisa belajar. " Saya yang keluar bu. " Balas Dara sambil meraih buku-bukunya untuk di bawa keluar. Sekilas Dara melirik Nando yang saat itu menatapnya dengan sinis, semua itu karena Nando ia sampai begadang semalaman dan akhirnya mengantuk saat pelajaran Bu Endang di mulai. Setelah Dara keluar, semua murid kembali fokus pada materi yang di sampaikan bu Endang, tak ada satu murid pun yang tidak menatap lurus ke depan sebab Bu Endang orangnya sangat tegas dan teliti dalam memperhatikan setiap murid di kelasnya. ** Seseorang baru saja meletakkan s**u strawberry di atas meja membuat Dara menatap lurus ke arah s**u strawberry itu dengan tatapan bingung, seorang cowok sudah berdiri di sebelahnya dengan tatapan nyeleneh yang membuat Dara ikut memasang wajah aneh. Semenit yang lalu Nando memang mengirimkan pesan kepadanya dan bertanya dimana ia berada, Dara menjawab kalau dia berada di atap sambil mengerjakan tugas Nando yang belum selesai. " Nggak ada racunnya kan.? " " Ya nggak lah, lo pikir gue jahat banget sampai ngasih lo racun. " Nando kemudian duduk di sebelah Dara, saat ini mereka berada di atap sekolah. Setelah Dara di usir dari kelas oleh Bu Endang dia memang langsung naik ke atap karena satu-satunya tempat untuk bisa mengerjakan tugas dengan tenang hanyalah tempat itu. " Lo ngapain kesini.? " Tanya Dara sambil menyeruput s**u pemberian Nando. " Mau minta maaf. " " Serius? Lo mau minta maaf ke gue. ?" " Gue salah karena nggak ngasih buku tugas gue lebih awal, gara-gara gue lo jadi di suruh keluar kelas. " " Ya ampun ini Nando yang gue kenal atau orang lain.? " Dara terlihat masih menyikapinya dengan bercanda sedangkan Nando sudah sangat serius mengatakannya. " Lo masih suka sama Haru.? " Tanya Nando tiba-tiba. Dara meraih ponselnya kemudian memperlihatkan foto-foto dirinya bersama Haru ketika hangout kemarin, Dara menceritakan bagaimana sikap Haru kepadanya akhir-akhir ini sungguh manis dan membuat perasaannya semakin besar. " Jangan percaya omongan laki-laki, mereka nggak pernah serius dengan yang mereka katakan dan sikap baik mereka pun tidak sepenuhnya tulus. " " Maksud lo ngomong gitu apa? Dia ini kakak lo, kok lo ngomong seolah-olah kak Haru itu laki-laki yang nggak baik.? " " Gue cuma ngomong sebagai seorang laki-laki, 90% dari apa yang dia katakan terkadang tidak benar dan perbuatan yang mereka lakukan belum tentu benar-benar tulus. " " Lo ngerusak mood gue tau nggak, pergi sana. " Usir Dara muak dengan omongan Nando barusan. Setelah Nando pergi, Dara terlihat masih sangat kesal. Ia tak mengerti kenapa Nando sampai berkata seperti itu, bagi Dara sikap baik Haru kepadanya bukanlah kebohongan dan Haru tidak mungkin memiliki sifat buruk seperti kebanyakan pria yang menyakiti hati perempuan. " Efek kelamaan jomblo makanya dia sok asal ngomong kaya tadi. " Komentar Dara kembali melanjutkan tulisannya. ** Sejak saat itu Dara sering pulang bareng Haru, kali ini ia tak perlu alasan mengapa pria itu sering datang menjemputnya. Intinya Dara senang dan tidak akan melewatkan kesempatan berharga itu, sehabis pulang sekolah ia langsung menuju tempat di mana Haru biasanya menunggu. " Ada.., ada.., ada. " Ucap Dara muncul dari balik tembok dengan berharap Haru ada di sana. " Sudah ku duga, Kak Haru kayanya ada rasa sama gue. " Benak Dara salah tingkah sendiri. " Hey Ra, " Sapa Haru membuat gadis itu langsung menghampirinya. " Hari ini kita mau kemana kak.? " Tanya Dara penasaran. " Ikut aku ke kampus yuk. " Ajak Haru seketika membuat Dara kebingungan. " Ke UI? Untuk apa.? " " Kamu bukannya mau kuliah di sana? Sekalian lihat-lihat, temenin aku ngambil hasil foto-foto kamu waktu itu. " " Soal foto itu, pasti Kak Haru nilainya jelek yah.? " " Kata siapa? Makanya ikut aku, kamu bisa lihat nilai ku berapa. " Dan tanpa menunggu waktu lama lagi, Dara segera naik ke atas motor Haru dan mereka pun langsung melesat dengan kecepatan sedang. ** Dara dan Haru sudah tiba di Universitas Indonesia, semua orang nampak memperhatikan dirinya dan Dara merasa risih karena masih memakai seragam. SMA meskipun ada Haru yang berjalan di sampingnya, ini pertama kalinya Dara pergi dan melihat bagaimana kondisi di calon kampusnya itu. Mereka terus melangkah masuk menelusuri koridor demi koridor hingga akhirnya tiba di satu ruangan yang bertuliskan ruang fotografi, Haru mengajak Dara untuk masuk ke dalam dan di dalam ia dapat melihat sekumpulan foto-foto di tempel di seluruh dinding. " Wah jadi ini ruangan anak fotografer. " Decak Dara kagum. " Heheh, kamu mau masuk jurusan apa Ra lulus SMA nanti.? " Tanya Haru sambil mencari sesuatu pada tumpukan buku di atas sebuah meja. " Aku mau ngambil jurusan arsitek kak. " " Cocok banget dong sama kamu yang jago gambar. " Setelah mendapatkan apa yang dia cari, Haru kembali mengajak Dara untuk ke ruangan dosen untuk mengambil rekap nilainya yang menggunakan foto Dara. Saat perjalanan menuju ruang dosen, tanpa sengaja mereka bertemu salah satu teman Haru yang bertanya soal sosok Dara kepada lelaki itu. " Cewek lo.? " " Bukan, dia adek tetangga. " Jawab Haru yang entah mengapa membuat Dara merasa aneh. " Adek tetangga ya.? " Benak Dara terlihat kecewa. Setibanya di ruangan dosen, Dara harus menunggu di luar agar Haru bisa masuk mengambil nilainya. Sambil menunggu Haru di luar, Dara terlihat menikmati udara segar di kampus UI dengan santainya. Dara berharap bisa bertemu dengan Nada sekarang, tapi sayangnya fakultas kedokteran berada sangat jauh dari fakultas seni. " Maaf buat kamu nunggu Ra. " Sahut Haru yang baru saja keluar dari ruangan dosen. " Jadi gimana nilainya.? " Tanya Dara yang sudah sangat penasaran sejak tadi. Haru memperlihatkan sampul tugasnya kepada Dara dimana foto dari sampul tersebut adalah dirinya, Dara merasa sangat senang hingga tak bisa menyembunyikan kesenangannya lagi. " Aku dapat A+ karena bantuan kamu, jadi rencananya malam ini aku ingin ajak kamu malam mingguan, gimana.? " " Gue emang cewek paling beruntung di dunia ini. " Benak Dara sambil mengangguk setuju. ** " Loh, mau kemana Ra? Rapih bener.? " Tegur Nada saat tidak sengaja melihat Adiknya yang sedang berdandan di depan cermin. " Hehehe mau malmingan ( Malam mingguan)." Jawabnya dengan ceria. " Sama siapa? Nando lagi.? " " Hah? Kalo sama Nando ngapain dandan, pake bedak bayi sama baju biasa cukup. " " Kalau gitu sama siapa? Kakak jadi kepo nih. " " Gue nggak mungkin bilang ke kak Nada kalau gue bakal jalan sama Kak Haru, hmmm.. Gimana yah.? " Dara bersyukur karena saat ia ingin menjawab, tiba-tiba saja ponsel Nada berdering yang menandakan ada panggilan masuk dari seseorang. Setelah Nada pergi untuk menjawabnya, Dara pun kembali merapihkan rambutnya sebagus mungkin. " Kak Haru udah siap belum yah? Kita janjian ketemu di depan kompleks biar nggak ketahuan sama keluarga. " Dara segera mengecek ponselnya dan ternyata sudah ada pesan dari Haru yang mengatakan bahwa ia sudah ada di tempat pertemuan mereka. " Mari kita berangkat. " Seru Dara sambil meraih tasnya dan bergegas meninggalkan kamarnya. " Kak aku berangkat yah. " Sahut Dara di balas anggukan mantap oleh Nada yang masih sibuk menelpon dengan seseorang. Ketika Dara baru saja keluar dari pagar rumahnya, sosok Nando yang baru saja kembali dari suatu tempat nampak heran dengan penampilan Dara yang tidak biasanya. " Mau jual diri dimana lo.? " Lontar Nando dengan nada bercanda. " Sembarangan kalo ngomong. " Sembur Dara memukul pelan lengan Nando. " Ya abisnya lo kan jarang dandan, terus pake dress segala kaya mau ke kondangan. " " Gue itu nggak jomblo kaya lo yang nggak bisa malmingan sama Doi. " " Emang lo punya cowok.? " " Belum sih, tapi sebentar lagi. " " Apaan sih nggak jelas. " " Capek gue ngomong sama Lo, bye. " Dara melayangkan pukul pelan untuk kedua kalinya kepada Nando dan segera berjalan dengan senangnya menuju depan kompleks. ** Malam minggu kali ini Dara di ajak sama Haru ke suatu tempat yang penuh dengan lampu warna-warni, banyak para pengunjung yang datang untuk sekedar berswafoto, menikmati jajanan, dan mengobrol santai bersama pasangannya. " Aku baru tau kalau di Jakarta ada tempat kayak gini. " Ucap Dara ketika mereka sudah duduk di salah satu kursi yang di sediakan di sana. " Bagus dong, itu artinya aku yang pertama bawa kamu ke tempat ini. " Sahut Haru lagi-lagi membuat Dara salah tingkah. " Kak Haru sendiri udah pernah kesini sebelumnya.? " " Belum, baru pertama kali juga bareng kamu. " " Jantung gue nggak aman lagi, abis pulang dari sini harus periksa sama kak Nada nih. " Benak Dara sangat gugup. " Kamu duduk di sini bentar, aku mesen makanan dulu. " Setelah Haru pergi memesan makanan, Dara langsung meraih cermin untuk melihat ekspresi wajahnya saat ini. Ia takut berekspresi berlebihan akan membuat Haru nantinya ilfeel, sampai saat ini jantung Dara tidak bisa berkompromi dengan dirinya, pesona Haru benar-benar sangat berbahaya dan dia belum terbiasa dengan semua itu. Haru kembali dengan seorang pelayan membawa minuman dan juga cemilan, mereka menikmati keindahan malam di tempat itu sambil bercerita seputaran kegemaran Haru yang tak lain adalah fotografi. Seiring berjalannya waktu nampaknya membuat Dara semakin terbiasa, sikap baik Haru tak lagi membuat jantungnya berdegup dengan kencang. Sekitar pukul 10:00 malam, mereka pulang karena takut Dara kena omelan dari orang tuanya. Meskipun mereka tetangga, Haru tak ingin orang tua Dara cemas karena putri mereka yang pulang agak larut. " Makasih ya kak aku senang bisa malmingan sama Kak Haru. " " Aku yang makasih, karena bantuan dari kamu juga aku bisa dapat nilai Bagus. " " Ya udah aku masuk ya kak. " Haru mengangguk pelan, Dara baru saja membuka pagar rumah dan kembali melirik Haru dengan senyuman. Tak ingin rasanya ia berpisah cepat malam ini, tapi ia juga tak ingin secara egois menahan Haru untuk tetap menghabiskan waktu bersamanya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN