10. Terperangkap

1066 Kata
Apa yang terjadi pada ku, kenapa panas sekali rasanya. Dareen tersenyum puas, melihat perubahan di diri Zanna. "Kenapa sayang...hm? kau kepanasan?" bisik nya di samping telinga Zanna. Nafas wanita itu semakin berat, sungguh hembusan nafas hangat pria itu membuat nya meremang, ia tak mengerti kenapa tiba-tiba merasa seperti itu. "Da-Dareen, tolonghh hentikanhh," engahnya. "Sungguh kau tidak ingin ku sentuh seperti ini?" bisiknya lagi sambil menjalarkan jari telunjuk nya ke bagian privasi wanita itu. Zanna menggigit bibir bawahnya berusaha menahan desahan agar tidak keluar dari bibir manis nya, entah lah dia tidak tahu kenapa dia tidak menolak sentuhan pria itu, yang bahkan ia malah menginginkan lebih . "Reen .... hentikanhh," ucap bibirnya, namun tubuhnya tidak menolak. "Kau yakin hm,," Dareen semakin gencar memainkan tangan besarnya di area tubuh waniu itu. Tak dapat Zanna pungkiri , sentuhan pria itu benar-benar luar biasa. Akhirnya dia pun kalah dan desahan laknat keluar dari bibir plum nya. "Reen, a...aku ingin lebih," pinta nya tak sadar. Aku benar-benar seperti jallang yang sesungguhnya, ini menjijikan, batinya menangis. "Ingin apa hm? katakan yang jelas sayang," fareeu sengaja mempermainkan wanita itu. "Se... sentuh aku," kata-kata durjana itu keluar begitu saja dari bibir si manis. Dareen berseringai. "itu yang ku inginkan sayang...." tanpa menunggu lama Dareen segera mengulum bibir cherry itu dengan kasarnya. Begitu pula dengan Zanna, wanita itu menerima perlakuan panas dari sang pria, tidak itu bukan inginya, tapi tubuhnya. Ya! obat yang di berikan oleh Dareen tadi adalah obat perangsang, untuk meningkatkan gairah sexxual. Zanna hanya bisa terisak , menahan kesakitan jiwa dan raga yang kini tengah benar-benar di hancurkan oleh pemuda b******n yang sayang nya sangat lah tampan paripurna. Zanna menggigit bibir bawahnya sambil memegang perutnya dari hentakan-hentakan kasar yang di berikan oleh Dareen. "sa...sakit tolong hentikan," rintih wanita itu dengan memandang sayu memohon pengampunan. Dareen seakan abai, ia tak peduli walau melihat bercak darah, entah itu darah apa yang jelas keluar dari lubang kenikmatan wanita yang sedang ia gagahi. Seakan buta dan tidak peduli darey terus menghentakan pinggulnya mengejar kenikmatan tersendiri tanpa memperdulikan kesakitan yang tengah WAN itu rasakan. Zanna terlalu lemas untuk melawan ,ia hanya bisa pasrah menerima hujaman pemuda itu, meringis menahan kesakitan yang tak berpenghujung. Hanya satu yang ada di dalam otak wanita itu, ia hanya bisa berharap semoga janin yang ada di dalam kandungan bisa bertahan hidup untuk nya kelak. Zanna benar-benar sudah sangat lemas dan lelah tak berdaya, hingga kegelapan mulai menghampiri nya . Berlahan pancaran mata itu meredup dan tidak sadarkan diri. Dareen begitu masa bodoh ia tak peduli walau sudah melihat wanita itu tak sadarkan diri, ia tetap melanjutkan aksinya, mencari kepuasan hingga pagi hampir menjelang. Matahari pagi yang begitu cerah, berlahan cahaya menyilaukan menembus sela-sela kelambu kaca besar ruangan itu. Mengusik wanita manis yang masih terlelap memejamkan kedua mata indah nya. Tak lama kedua mata indah itu mengerjap pelan , merasa silau karena ada cahaya yang menerobos masuk ke dalam indra penglihatannya. Zanna terdiam memandang langit-langit kamar itu, mencoba mengumpulkan segenap kesadaran nya, mengingat apa yang tengah terjadi semalam. Ia berharap semua yang terjadi tadi malam hanya lah mimpi buruk, ia mencoba memejamkan kedua matanya dan kemudian membuka nya kembali. Tidak! dia masih di tempat yang sama. Arti nya ini semua adalah nyata, siksaan yang di lakukan Dareen semalam benar adanya, Zanna berlahan menyingkap selimut tebal yang menutupi setengah badannya, seketika kedua mata nya terasa panas melihat keadaan tubuh yang tanpa busana, dengan bekas-bekas tanda merah serta bekas cakaran menghiasi tubuh putih nya. Kenapa kejadian itu terulang kembali?. Zanna menolehkan kepalanya ke samping, dan mendapati sosok pria yang telah menghancurkan nya tertidur dengan damai. Sakit hati kian membuncah kala ia melihat wajah pria itu berada begitu dekat dengan wajahnya. Ia tidak pernah menyangka bagaimana bisa dulu pernah menyimpan rasa pada pria itu, sungguh ia sangat menyesal. Zanna menangis dalam diam, seraya membekap mulutnya takut membangun kan seekor singa jantan di samping nya, ia tak mau sosok itu kembali menyiksanya. "Ngghhh," Dareen menggeliat. Melihat itu Zanna segera mengusap air matanya cepat, dan memejamkan matanya berpura-pura tidur , sungguh ia benar-benar takut. Dareen membuka kedua matanya dan memiringkan tubuhnya kesamping menghadap ke arah sosok wanita cantik yang begitu ia gilakan. "Sayang.... maaf kan aku hm, aku sungguh mencintaimu, aku tak ingin kau pergi lagi dari ku, ku mohon jangan tinggalkan aku sendiri," ucapnya begitu menyedihkan, sambil mengusap lembut pipi waniy itu, yang terlihat sedikit memar bekas tamparan yang ia lakukan semalam. "Apa ini sakit sekali sayang....hik....hik....tolong maafkan aku telah berani menyakiti mu, aku benci jika kau memberontak sayang," isaknya, seolah-olah orang yang di ajak nya bicara sedang menghadap dirinya, jika kalian tau Dareen benar-benar merasa tersiksa. Ia tidak bisa mengendalikan emosi dan ego nya. Kalau boleh Zanna ingin rasanya menangis, dan memeluk pria di samping nya ini jika saja pria itu tak pernah menyiksanya. Tapi sekarang ia terlanjur membenci nya. Hingga rasanya ingin sekali pergi jauh dan tak bertemu lagi dengan pria itu untuk selama-lamanya. Dareen... kau telah di butakan oleh cinta, karena obsesi gilamu, kau nekat menghalalkan segala cara untuk bisa mendapatkan ku. Sadarkah kau... dengan cara mu yang seperti ini, kau akan membuatku semakin menjauhimu. Gumam Zanna dalam hati. Dareen beranjak bangun dari berbaring nya, mengusap air matanya dan memenahi selimut di tubuh Zanna. Menuju ke kamar mandi, membersihkan diri nya dan bersiap-siap untuk kembali menjalani aktifitas nya bekerja di kantor. Persetan dengan nanti harus bertemu dengan Leo. Setelah siap pria itu menghampiri wanita yang terlihat masih terlelap itu, menghampiri nya dan mengecup sekilas kening wanita itu. "Tidur yang nyenyak sayang....aku mencintaimu. Aku pergi dulu hm," ucap Dareen terdengar begitu tulus, jujur Zanna merasa hatinya menghangat mendengar kata-kata lembut pemuda itu. Tapi kebencian di dalam hati nya terlalu mendominasi, pemuda itu sulit di tebak sikapnya selalu berubah-ubah. Terkadang lembut dan tiba-tiba berubah kasar kembali. Setelah kepergian Dareen. Zanna kembali membuka kedua matanya, air mata sudah tidak dapat ia bendung lagi. Zanna menangis sejadinya, meraung-raung seorang diri. "Hik....hik... Dareen....! kenapa kau jadi begini. Cara mu mencintai ku itu salah, harusnya kau tidak begini....aku sakit Dareen... aku sakit", Zanna memukul dadanya yang terasa begitu berat hanya sekedar untuk bernafas. Dareen menuruni anak tangga yang terhubung dengan kamarnya ke ruang utama, dan memanggil maid paruh baya kepercayaan nya, yang kerap ia panggil sebagai Bibi Yuli. Dareen sudah menganggap wanita itu sebagai ibu kedua untuk nya. "Bi....Bibi Yul.." panggil nya. "iya Pak Dareen...ada yang bisa Bibi lakukan untuk mu hm?", tanya wanita itu, senyum keibuan tertera di bibirnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN