12. Luar kendali

2691 Kata
Lisa kini tengah berdua bersama dengan Leo di suatu tempat pinggiran sungai yang terlihat sedikit sepi. "Bagaimana? Apa kau berhasil melakukan misimu?" tanya Lisa yang kini tengah berada di atas pangkuan Leo, dengan dia berada di tengah-tengah paha sang pemuda itu. "Kau meragukan keahlian ku, hm? Tentu saja aku berhasil. Aku sudah menempelkan GPS di krah kemeja Dareen, dia tidak akan menyadarinya karena benda itu teramat kecil." ujarnya sambil mengecup pucuk kepala sang kekasih, ah jika kalian tahu. Mereka belum menikah dan hanya menjalankan misi, menjadi sepasang suami-istri. "Kapan kita akan membawa Zanna pergi? Rasanya aku sudah tidak tega melihat wanita itu menderita," keluh Lisa. "Nanti, di saat waktunya sudah tepat kita akan membawanya pergi dari negara ini," tutur sang pemuda, begitu mantap. "Em, kau benar Sayang, sudah cukup kita mengawasi anak itu, mereka sudah cukup menderita dan aku yakin sekarang tidak ada yang mengincar nya, mungkin para musuh tuan besar sudah mengira bahwa keluarga tuan besar sudah lenyap semuanya. Ku rasa sudah waktunya mereka mengetahui semua kebenarannya," ucap Lisa, memasang wajah serius. "Iya, sudah waktunya kita membalaskan dendam klan kita." Ambisi Leo, dengan seringaian tajam tertera di bibir sexynya. "Kau tidak kembali ke keluarga Dareen? Nanti mereka curiga padamu, cepatlah kembali dan bawa Zanna untukku. Aku sudah sangat merindukannya." titah Lisa, sembari memanyunkan bibirnya. "Tapi aku sangat merindukanmu, Sayang!" seru Leo, mendusal di ceruk leher sang gadis. "Jangan manja! Kau sangat tak pantas melakukan itu. Kau lebih pantas membasmi hama-hama kecil dengan revolver kesayangan mu itu, aku sangat menyukainya jika kau tau." berakhir dengan Lisa mengecup sayang rahang tegas pemuda tersebut. "Ck, aku sudah tak sabar ingin segera kembali ke Jepang dan menghabisimu," Leo tersenyum evil, sambil menaik turun kan kedua alisnya. Telak sukses mendapatkan pukulan sayang dari sang gadis. "Dasar m***m!! Kenapa aku bisa jatuh cinta kepada orang seperti mu, hah?!" teriak Lisa tanpa mengehentikan pukulannya. "Sayang ... hentikan aku bisa mati, kau sadar jika kau juga pernah mengikuti pelatihan bela diri seperti ku, bahkan kau bisa membunuh lima pemuda sekaligus. Lalu sekarang kau ingin membunuhku juga, hah?" gerutu Leo. Yang mana malah membuat Lisa tertawa terbahak-bahak. "Bagus jika kau mati, aku tidak perlu repot-repot memikirkan tentang pernikahan kita," ejeknya kemudian. Leo memelototkan kedua bola matanya tak terima. "Ah, sudahlah, aku akan kembali dan mencari keberadaan Zanna," putus Leo pada akhirnya. Begitu lah bentuk cinta dari Leo dan juga Lisa, mereka sering berdebat, saling menggoda. Namun itulah yang membuat keduanya semakin erat dalam menjalin hubungan. Walau sering bertengkar namun mereka saling menyayangi, karena dari pertengkaran itu mereka bisa mengenal lebih dalam satu sama lain. Lisa dan Leo sudah menjalin hubungan selama bertahun-tahun, mereka bertemu sejak melakukan pelatihan pemilihan bodyguard untuk masuk sebuah klan besar dunia bawah di Jepang. Ya! Mereka merupakan bagian dari organisasi hitam itu. Mereka terpilih menjadi orang kepercayaan pemimpin klan tersebut. Siapa mereka? Kalian ingin tahu siapa pemimpin klan tersebut? Dia adalah Daisuke Takkeru beserta istri nya Hikari Takkeru. Mereka adalah orang tua biologis dari yang bernama Zanna, masa lalu kelam yang menjerumuskan Zanna bertemu dengan orang tua barunya. Dan berlanjut menjodohkan dirinya dengan Dareen, tentunya Zanna sudah berganti nama semenjak dia di asing kan ke Negara ini beberapa belas tahun yang lalu. Untuk memalsukan tentang identitas nya, semata-mata untuk mengecoh para musuh agar tak mengincar wanita itu. Keluarga Lisa dan Leo merupakan orang dalam di klan tersebut, seperti turun temurun untuk melanjutkan misi, seperti itu. Daisuke dan Hikari Semenjak kejadian beberapa belas tahun yang lalu tepatnya saat tragedi percobaan pembunuhan pemimpin dua klan besar dunia bawah. Di saat itu umur Zanna sangat lah kecil dia juga memiliki saudara kembar bernama Zenni, tapi tak tahu dimana keberadaan gadis tersebut, mereka baru menginjak umur tiga tahun, yang notabene nya belum mengerti apa-apa, tentang siapa kedua orang tua mereka, tentang bagaimana kejadian yang menimpa kedua orang tua nya, mereka benar-benar tidak mengetahuinya yang mereka tau kedua orang tua nya telah tiada dalam tragedi pesawat jatuh. Dan mereka akhirnya di asuh oleh saudara Daisuke yang bernama Daichi otomatis pemuda itu adalah Paman Zanna dan Zenni, namun Daichi tidak sebaik yang mereka kira. Nyatanya pemuda itu malah menaruh gadis kembar itu di panti asuhan dan terpisah karena diadopsi orang, sedang dia mengambil alih harta Daisuke, minus organisasi bawah tanah. Daichi tidak mengetahui perihal itu semua. Namun yang sesungguhnya terjadi bukan lah kecelakaan, melainkan pada kenyataannya ada yang sengaja ingin melenyapkan kedua orang tua si kembar. Saat itu Tuan Daisuke beserta istri nya sedang pulang dari Prancis sehabis menemui partner kerja nya, namun naas baru saja mereka menuruni awak pesawat, tiba-tiba ada seseorang yang menembak nya dari jarak jauh. Yang di yakini penembak itu mungkin seorang sniper handal di lihat dari cara menembak jitu yang di lakukan nya. Semenjak kejadian itu keluarga Leo dan juga Lisa mengambil alih klan XXX, memberikan anak-anak mereka tugas yang begitu berat, mereka sengaja memalsukan kematian kedua pemimpin klan tersebut, untuk mengorek siapa yang berani melakukan tindakan laknat itu kepada atasannya. Beberapa tahun kemudian Leo berhasil menguak siapa dalang dalam kejadian tersebut dan ternyata itu semua di lakukan oleh klan YYY, atas kepemimpinan keluarga Dareen. Sejak itulah Leo dan Lisa nekat datang ke negara ini untuk mencari titik lemah dari keluarga Dareen, hingga suatu saat nanti mereka akan membalaskan dendam kedua atasannya. Kenyataan yang mereka temui begitu ironis saat datang ke negara ini untuk pertama kalinya, mereka mengira bahwa kedua gadis kembar itu hidup berkecukupan, ternyata jauh dari ekspektasi. Kedua gadis itu nyata nya hidup terlunta-lunta tanpa adanya kemewahan, hingga pada saat itu lah Leo dan Lisa diam-diam mengawasi kedua gadis tersebut, mereka sedikit menyesal karena telah datang terlambat. Andai mereka tidak menjalankan misi, mungkin bisa saja mereka berdua membawa kesejahteraan untuk kedua gadis tersebut. Terlalu banyak musuh yang tersembunyi di negara ini, hingga membuat Leo dan Lisa harus ekstra hati-hati. Kebenaran yang belum Zanna dan Zenni ketahui begitu banyak, rahasia tentang keluarga nya, asal-usul diri mereka berdua, bahkan tentang kedua orang tua nya yang sebenarnya sampai sekarang masih hidup. Namun mereka dalam keadaan tidak baik, Hikari koma semenjak insiden penembakkan itu, sedang Daisuke berlahan mulai ada perkembangan walau masih terkulai begitu lemah. . . Leo kembali ke kediaman keluarga Dareen. Ia mencoba membiasakan ekspresi nya agar keluarga itu tidak curiga pada nya. "Tuan Bramasta, aku berhasil melacak keberadaan Dareen," tuturnya tiba-tiba, saat mendudukan bokongnya di sofa panjang sebelah tuan Bramasta. Tentunya pria sempat terkejut, bagaimana bisa Leo dengan gampang melacak keberadaan Dareen, sedang dirinya dan juga para detektif handal yang di sewanya saja belum menemukan titik terang. "Jangan bercanda Leo, aku sedang tidak ingin bergurau saat ini," sahut pria itu santai. "Aku juga tidak sedang bergurau jika Anda tau," tutur Leo selanjutnya. Tuan Bramasta menelengkan kepala nya ke samping, kearah Leo tepatnya. "Kau sungguh-sungguh? Bagaimana cara nya kau bisa menemukan keberadaan Dareen?" tanyanya memastikan. "Em, aku menempelkan GPS di krah kemejanya," jawab Leo. "Bagaimana kau bisa melakukan hal seperti itu?" cerca pria itu sedikit curiga. Leo sedikit kelicutan namun ia dengan sempurna bisa menutupi semuanya. "Aku hanya meniru adegan di film-film yang biasa ku tonton," kekehnya dengan wajah yang ia buat sebodoh mungkin. "Ha ... ha ... ha ... kau ini ada-ada saja, tapi ada manfaatnya juga kau sering nonton film action," goda tuan Bramasta, selanjutnya mereka segera bergegas ke tempat yang telah di tunjukan oleh Leo dari laptop nya. . Di villa Dareen. Keadaan wanita itu sudah cukup membaik berkat perawatan yang di berikan oleh bibi Yuli. Kini wanita itu tengah berdiri di atas balkon kamar nya, memandang jauh hamparan kolam renang yang terlihat begitu jernih terbentang luas di bawah nya. Sangat indah dan menyejukkan saat di pandang. Namun sayang kesejukan dan kejernihan kolam itu sangat berbanding terbalik dengan suasana hati nya. Zanna tidak sendiri ia selalu di temani pelayan Yul, atas perintah Dareen tentunya. Karena takut jika Zanna akan melarikan diri, walau itu semua mustahil di lakukan oleh wanita itu. Mengingat banyaknya pengawal yang menjaga villa tersebut. "Bi, boleh aku meminta bantuanmu?" tanya Zanna tanpa mengalihkan perhatian nya pada kolam berwarna biru di bawah nya. "Kamu ingin meminta bantuan apa kepada Bibi, hm? Bibi akan berusaha membantu mu jika Bibi mampu," ucapnya, jujur bibi Yul sangat senang akhirnya setelah beberapa hari ini wanita itu mau membuka mulutnya untuk berbicara. "Bi, tolong bantu aku, aku ingin bebas dari sini," pinta Zanna sendu. Pelayan Yul menghampiri Zanna dan mensejajarkan diri nya di samping wanita itu seraya meraih tangan Zanna dan menangkup dengan kedua punggung telapak tangannya. "Kenapa kamu sangat ingin pergi, hm? Apa kau begitu membenci pak Dareen?" tanya nya lagi. "Sangat, aku sangat membencinya Bi, rasanya sudah menembus di setiap butiran darah ku yang mengalir di diriku," ucap Zanna, pancaran kebencian begitu ketara di dalam mata indahnya. "Kenapa? Kalau Bibi boleh tau, kenapa kau sangat membenci pak Dareen? Apa yang telah pak Dareen lakukan padamu, sehingga kamu sangat membencinya?" tanya wanita itu lembut. Zanna mulai terisak jika mengingat kejadian beberapa bulan yang lalu. "Hik ... hik ... aku benar-bebar membenci nya, tiga bulan yang lalu dia melecehkanku, dia menghancurkan hidup ku hingga titik terendah. Aku ingin mengakhiri hidupku jika saja aku tak ingat, bahwa aku membawa satu nyawa dalam perutku," Zanna mengusap sayang perut datarnya Bibi Yul segera merengkuh tubuh bergetar Zanna, wanita itu seolah merasakan kesedihan yang tengah di rasakan sosok di pelukan nya ini. "Menangis lah, Sayang ... lepaskan semua beban yang kau simpan di dalam hati mu," ucap pelayan Yul sembari mengelus punggung sempit wanita di pelukannya itu. "Bi ... aku harus segera bebas dari sini, aku tidak mau anak ku terancam, aku ingin menjaganya, aku ingin bebas Bi, tolong aku," mohon Zanna. Pelayan Yul bingung harus berbuat apa, jika dia membantu wanita itu kabur maka nyawanyalah yang akan menjadi taruhannya, dia tidak ingin itu terjadi karena di sendiri juga mempunyai keluarga. Namun di satu sisi ia begitu kasihan melihat wanita itu menderita. "Kenapa kamu tidak memberi tau tuan Mark, tentang kehamilanmu, Sayang? Siapa tau dia akan berhenti menyiksamu," tutur pelayan Yul sedikit memberikan saran. "Tidak, aku tidak mau, aku sangat membencinya, jika dia tau tentang kehamilanku, dia akan semakin mengurungku dan tidak mau melepaskan ku," sahut Zanna, dengan raut dongkolnya. Pelayan Yul hanya bisa menghela nafas panjang, melihat pasangan sejoli ini. Yang mana memiliki ego tinggi, dan juga sama-sama keras kepala. Dareen yang keras kepala dengan obsesi gilanya sedang Zanna yang keras kepala akan pendirian nya. Pelayan Yul hanya bisa berharap semoga mereka bisa kembali membuka hatinya dan bisa bersatu kembali untuk selamanya. Zanna merasa sedikit lega, setidaknya ia sudah mencurahkan secuil isi hatinya pada pelayan Yul. Dan kini dirinya kembali sendirian tanpa beranjak dari tempat nya berdiri. Pelayan Yul sudah pergi beberapa menit yang lalu, karena ada pekerjaan yang harus ia kerjakan. Zanna kembali termenung menatap jauh hamparan luas villa tersebut dari atas balkon kamarnya, hingga pandangan nya teralihkan pada mobil mewah yang memasuki gerbang megah villa itu, bukan mobil mewah itu yang menarik atensi pandangan Zanna, melainkan makhluk tampan yang sayang nya sangat ia benci, tengah duduk di dalam nya. Zanna memandang lekat ke arah mobil mewah yang baru saja memasuki gerbang megah villa tersebut. Terlihat sosok pemuda menuruni mobil mewah itu, dengan berpakaian kasual jangan lupakan kaca mata hitam yang setia bertengger di hidung mancungnya menambah ketampanan yang begitu hakiki. Pemuda itu berjalan dengan angkuhnya sambil menenteng tas hitam nya, sembari mengusak rambut nya ke belakang, sial begitu tampan di pandangan Zanna. Katakanlah jika Zanna mulai menyukai pemuda itu. Tanpa sadar seutas senyum tergaris dibibir manis nya. Namun lagi-lagi egonya kembali mengingatkan bahwa pemuda itu tak lebih dari seorang b******n, hingga senyuman di bibir manis itu berlahan memudar. Tanpa sengaja kedua mata Dareen juga tertuju pada sosok wanita yang tengah berdiri di atas balkon kamar nya. Dareen membuka kaca mata hitam nya dan berseringai. Seketika membuat Zanna terjengit kaget. Sial! Aku merasa ada hal buruk yang akan terjadi. Jujur, Zanna sangat takut melihat tatapan mata itu, ia takut jika Dareen sampai menyiksanya kembali, hingga tanpa ia sadari keringat dingin mulai menjalar menuruni wajah cantik nya. Dareen memasuki villa besarnya, tidak lama setelah itu Zanna mendengar suara derap langkah sepatu menaiki tangga bangunan tersebut. Sudah dapat di pastikan bahwa suara langkah itu akan menuju ke kamar dimana Zanna berada, karena suara langkah itu berasal dari atasannya yang tak lain adalah Dareen. Zanna memejamkan kedua matanya sejenak, menetralkan rasa takutnya. Raut wajahnya sudah pucat pasi, ia tidak berani bergeming sedikitpun dari tempat nya berdiri. Hingga tiba saat nya terdengar suara deritan pintu terbuka, berlahan suara ketukan sepatu semakin mendekati nya, sungguh bulu kuduk wanita itu mulai meremang seakan ada sosok tidak kasat mata tengah mendekati nya. Nafas Zanna mulai memberat, detak jantungnya mulai terpacu begitu kencang, bukan karena jatuh cinta, namun karena ketakutan yang begitu mendalam. Zanna hanya bisa memegang perut datar nya, ia berjanji akan selalu menjaga janin dalam kandungan nya. Sekalipun harus mengorbankan nyawa nya sendiri, ia tau Dareen akan melakukan hal itu lagi padanya, namun sebisa mungkin ia akan menolak pemuda tersebut. Walau pun ia tau Dareen pasti akan memaksa nya, ia akan tetap menolak. "Mengabaikanku, eoh," suara husky itu berhembus hangat di ceruk leher putih Zanna. Berlahan pemilik suara itu memeluk tubuh wanita itu dari belakang, dan melingkarkan tangan besarnya di perut sang wanita. Sungguh demi apa, Zanna sangat membenci sentuhan itu, rasa jijik kembali menjalar di seluruh tubuh nya. "Lepaskan pelukan mu," perintah Zanna, apa Dareen akan menuruti kemauannya? Tentu saja tidak, pemuda itu malah semakin mempererat pelukannya. "Tidak akan, karena kau adalah milikku Sayang, milik Dareen Bramasta seorang," bisiknya dengan suara rendahnya. Yang mana membuat Zanna semakin merinding dibuatnya. Zanna sangat membenci dirinya sendiri, bagaimana tidak? Jika otaknya menolak sentuhan-sentuhan laknat pemuda itu, namun berbeda dengan tubuhnya yang justru menerima setiap inci sentuhan yang pemuda itu berikan, jujur sentuhan Dareen benar-benar mampu membuat nya kehilangan akal sehat. "Sudah berapa kali ku katakan, aku bukan milikmu Dareen. Kurasa kau belum amnesia," sindir nya, yang mana berhasil membuat emosi pemuda tersebut kembali muncul. Dengan kasar Dareen membalik tubuh Zanna, hingga mereka berdua saling berhadapan, Dareen sudah kehilangan kesabaran seolah jiwa nya telah tergantikan oleh jiwa iblis. Pemuda itu memepet tubuh Zanna hingga punggung gadis itu menempel di pagar pembatas balkon. Mencekik leher wanita itu dengan tangan kanannya, yang tentunya tidak lah main-main. "Ku katakan sekali lagi padamu Zanna, kau adalah milikku, dan aku tidak akan pernah melepaskanmu." ucap Dareen penuh penekanan seraya menggertakan gigi-giginya geram. "Aku tidak sudi, b******k!! Aku lebih memilih mati, dari pada harus menjadi milikmu," ucap Zanna dengan nafas tersengal-sengal. Dareen benar-benar murka pada wanita di hadapannya, ia tak suka ada penolakan. Kabut hitam sudah menyelimuti akal sehatnya, hingga kini ia tidak bisa berfikir jernih. "Jadi kau ingin mati eoh??! Baiklah akan ku kabulkan!!" tariak Dareen seraya mendorong tubuh Zanna hingga melayang jatuh ke bawah. BLURRRRR ... Suara deburan air di bawah menandakan ada sosok yang baru saja terjatuh ke dalamnya. Ya! Sosok itu tak lain adalah Zanna, wanita yang baru saja di dorong oleh seorang pemuda dari lantai dua kamar nya. Dan kejadian itu bersamaan dengan datangnya Leo dan juga tuan Bramasta, mereka berdua syok. Bagaimana tidak? Jika baru saja memasuki gerbang pembatas sudah di suguhkan adegan yang mengerikan secara live. "Bangsattt kau Reen!!! Apa yang sudah kau lakukan pada Nona Muda!!" reflek Leo berteriak dan berlari menghampiri kolam di mana tempat Zanna terjatuh. Tanpa menghiraukan sosok pemuda yang menatapnya dengan tatapan yang tidak bisa di artikan. Tuan Bramasta merasa aneh dengan kata-kata yang baru saja keluar dari mulut pria di dekatnya. Nona Muda? Apa maksud Leo dengan sebutan itu?. Seolah masa bodoh dengan pemikiran nya, Leo turut berlari menghampiri Zanna. Leo dengan sigap menjeburkan dirinya ke dalam kolam dan mengangkat tubuh lemah wanita malang itu dari dasar kolam. Dareen masih terpaku sembari memandang kedua tangannya yang terlihat bergetar 'Tangan ini yang sudah mencelakai orang yang aku cintai selama ini, apa yang baru saja aku lakukan? Aku membunuh wanita pujaan ku sendiri.' Lamunannya seketika buyar, saat sang ayah meneriakinya dari bawah. Dareen segera berlari menuruni tangga kamar nya dan menuju kolam. Leo sudah membawa tubuh Zanna ke pinggiran kolam, Ah! Sial wanita itu tak sadarkan diri, dengan cekatan Leo akan memberikan nafas buatan pada wanita itu, sebelum Leo menempel kan bibirnya ke bibir Zanna, Dareen datang dan mendorong tubuh Leo hingga pemuda tersebut kembali terjungkal ke dasar kolam dengan tidak elitnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN