Malam Pertamaku Om

3153 Kata
Benar, jodoh mah gak bakal kemana, dan gak bakal ketukar, hanya kadang tertunda. Perkara kapan jodoh akan di pertemukan dengan pasangannya, itu adalah rahasia takdir. Sama seperti Kendra yang ternyata menimang jodohnya dari Clarissa masih bayi dan sekarang dia di buat pusing karena ulah Clarissa yang kadang bikin darah mendidih, seperti sekarang contohnya. "Om,,,,,,!" Teriak Clarissa yang membuat Kendra seketika menoleh ke arah wanita itu. Pikirnya Clarissa di gigit tikus atau mungkin tidak sengaja ke injak olehnya. "Kenapa?" Heran Kendra. "Itu Om, anu,,," Clarissa terbata, tapi tangannya justru menunjuk ke arah tubuh Kendra. "Kenapa punya Om, kek terong bakar? Apa lagi sakit ya Om?" Tanya Clarissa benar-benar ingin menguji kesabaran dan kewarasan Kendra. "Maksud kamu?" Tanya Kendra yang sudah langsung menutup miliknya dengan sebelah tangannya. "Iya, punya Om kok coklat gelap gitu, padahal kan Om kulitnya cerah?" Jawab Clarissa dan kembali Kendra di buat naik darah. Kendra pilih menarik nafas dengan sangat dalam kemudian menghembuskannya dengan sangat pelan kembali melakukan hal yang sama berharap rasa sesak dan penat sekaligus mumet di kepalanya bisa sedikit mereda. Iya, saat ini Clarissa benar-benar sedang ingin menguji kewarasan Kendra, setelah sebelumnya Clarissa merengek minta malam pertama di teruskan dengan keinginannya untuk bulan madu, sekarang Clarissa justru protes dengan warna coklat milik Kendra. Entah apalagi yang akan Clarissa keluhkan besok atau lusa, dan beruntung sekali Kendra masih belum mau menyentuh lebih Clarissa, karena jika dia benar-benar melakukan itu, mungkin saja setelahnya Clarissa akan protes terkait cara dan timer dari satu adegan manis di atas ranjang. Clarissa memang begitu orangnya. Kadang-kadang dia tidak bisa menahan bibirnya saat bicara, ceplas ceplos dan kadang suka bikin malu, tapi herannya siapapun orang yang dekat dan bertemu dengannya justru mengatakan jika Clarissa tipe wanita yang menyenangkan. "Emang seharusnya warnanya apa Clarissa Sayang!" Kendra menekan setiap kalimatnya dan Clarissa langsung tersenyum. "Harusnya sih pink. Kek warna eskrim kesukaan Caca, stoberi vanilla." Jawabnya santai dan Kendra langsung menepuk jidatnya yang mendadak konslet. Rasanya Kendra ingin menangis saat ini mendengar jawaban tidak terduga Clarissa, 'Pink'. Emang sejak kapan peni seorang laki-laki berwarna pink. Bayi baru lahir saja warnanya coklat muda, nah ini orang dewasa,,,? Oh sepertinya mulai besok Kendra harus minum kolagen yang bisa memutihkan seluruh tubuh juga adiknya yang perkasa. "Clarissa Sayang, istriku yang masih muda dan cantik. Di mana-mana peni itu memang warnanya seperti ini Sayang. Nggak ada peni warnanya pink, kalau pun ada kemungkinan itu peni jadi-jadian, Clarissa!" Balas Kendra dan Clarissa tampak berpikir sejenak tapi Kendra justru meraih handuknya dan kembali melilitkan handuk itu di pinggangnya untuk menutup bagian inti tubuhnya yang sebelumnya dikomentari oleh Clarissa, karena jika dia terus berdiri seperti itu dan Clarissa terus menatapnya tanpa canggung seperti saat ini kemungkinan Kendra akan benar-benar kehilangan kendali dan justru memaksakan hasratnya saat ini juga. Kendra turun dari bak besar itu kemudian berjalan ke arah dinding kaca di ruangan yang sama di mana di sana juga ada air keran meskipun bukan shower. "Om mau kemana? Bukannya tadi Om bilang mau buru-buru mandi agar bisa ke kantor?" Clarissa justru menarik ujung handuk Kendra dan nyaris saja handuk itu copot dari pinggang Kendra. "Iya. Aku mau mandi di air keran saja biar kamu nggak takut sama monster coklat ku!" Jawab Kendra dan kali ini Clarissa justru terlihat mengerutkan alisnya pertanda bingung dengan kalimat yang baru saja Kendra ucapkan. "Monster?" Kutip Clarissa. "Monster Om yang mana? Apa Om punya monster?" Tanya Clarissa lagi. "Maksudku, terong bakar ku, Caca." Jawab Kendra yang kembali membuka handuknya di depan Clarissa kemudian memamerkan miliknya yang masih tergantung lunglai dan lemas di antara pahanya dan lagi-lagi Clarissa justru nyengir menanggapi sikap Kendra. "Ih Om Kendra ternyata m***m ya." Ejek Clarissa setelahnya dan Kendra langsung menggigit giginya sendiri karena kesal. "Kau yang menularkan kemesuman ini, Clarissa. Kau yang memaksaku untuk berpikir yang tidak-tidak." Balas Kendra tapi Clarissa justru cekikikan sambil menutup mulutnya. "Ih mana ada. Kapan Caca memaksa Om untuk menjadi laki-laki messum! Emang dasarnya aja Om itu messum. Ngeles aja Om!" Tolak Clarissa lagi dan kepala Kendra benar-benar terasa akan meledak sekarang jika dia terus meladeni segala ocehan juga pembicaraan Clarissa yang tidak akan memiliki ujung atau muara yang baik untuk kewarasannya. Tidak. Kendra gak bisa. Kendra butuh ketenangan untuk menyelesaikan semua pekerjaannya, dan buru-buru Kendra masuk ke bilik kaca itu untuk segera menyelesaikan mandinya menggunakan air keran biasa dan Clarissa hanya menatap bagaimana Kendra yang menyabuni tubuhnya, juga mencuci rambut gondrongnya menggunakan shampo khusus laki-laki itu. Agak ngeri sih jika membayangkan tubuh Kendra yang besar dan liat, dengan jalinan otot yang kuat, apa lagi jika harus menaungi tubuh kecil Clarissa yang bahkan bisa dibilang ukuran tubuh Kendra adalah tiga kali lipat dari tubuh Clarissa, akan tetapi entah kenapa Clarissa tetap menginginkan laki-laki itu untuk memberinya malam pertama yang hot. "Om. Om udah selesai aja. Cepet amet!" Seru Clarissa yang justru menghentikan langkah Kendra yang ingin merapikan rambut rahangnya di depan kaca wastafel. Kendra tidak menjawab, dia bahkan tidak menoleh ke arah Clarissa yang baru saja bertanya padanya. Dia langsung berpatut di depan kaca meja wastafel dan mengambil alat cukur khususnya. "Om, jadi Om gak jadi mau mandi barang Caca nih?"____"rugi lho Om, padahal Caca bisa bantu gosokin punggung Om!" Ucap Clarissa lagi dengan kepala yang keluar dari balik tirai bening , penyekat ruangan itu. "Aku lagi buru-buru Clarisa. Aku yakin Tante Retno kamu sudah menunggu ku sekarang. Dan kau, bersiap lah, siang nanti aku akan menjemput mu agar kita bisa ke kampus tempat kau akan kuliah untuk menyerahkan berkas yang kemarin kau tanda tangani, agar kau bisa segera aktif menuntut ilmu." Jawab Kendra tanpa mengalihkan perhatiannya pada cermin di depannya juga pada rambut di seputaran rahangnya. "CK. Tidak bisa kah Caca hanya menjadi istri Om saja. Caca nggak jadi kuliah karena Caca ingin menjadi istri yang baik untuk Om saja." Balas Clarissa dan jawaban tadi justru mampu mengalihkan segala konsentrasi Kendra dengan alat cukurnya lalu menoleh ke arah Clarissa untuk melihat keseriusan wanita itu ketika berbicara. "Apa yang kau katakan Clarissa?" Tanya Kendra untuk menekan sekaligus menegaskan apa yang sebelumnya wanita itu ucapkan. "Iya Om. Caca gak jadi pengen kuliah. Caca mau jadi istri yang baik aja buat Om Kendra, boleh gak!" Tegas Clarissa kembali memperjelas apa yang sebelumnya dia ucapkan dan Kendra langsung melepas alat cukurnya dan berjalan ke arah Clarissa. "Coba katakan sekali lagi , Clarissa!" Ucap Kendra saat menunduk untuk menyamai wajahnya dan wajah Clarissa dengan bertumpu pada bibir bathtub yang masih menenggelamkan tubuh polos Clarissa. "Iya, Caca nggak mau kuliah. Caca mau di rumah aja jadi istri Om!" Jawab Clarissa dengan sangat mantap tapi detik yang sama Kendra justru menyentil jidat Clarissa karena pemikiran dangkal wanita itu. "Jangan bodoh Clarissa. Ingat, papamu tidak akan senang dengan keputusanmu sekarang. Dia ingin kamu sukses dan setelahnya mengambil alih perusahaan yang dia tinggalkan untukmu. Dia mati-matian memberikanmu pendidikan terbaik bukan untuk membuatmu menjadi ibu rumah tangga biasa seperti kebanyakan wanita di luar sana tapi dia ingin kamu menjadi wanita karier yang cerdas, tegas, dan berwibawa. Dia ingin kamu menjadi wanita tangguh yang tidak akan mudah diintimidasi oleh siapapun termasuk olehku yang notabenenya sekarang berstatus suamimu." Jelas Kendra memaparkan segala cita-cita juga harapan Joan Mahesa selaku ayah Clarissa terhadap satu-satunya putri yang dia miliki. " Jadi jika saat ini kamu mengatakan tidak ingin kuliah dan hanya ingin menjadi seorang istri, itu artinya kamu mengecewakan papa kamu dan segala yang pernah papa kamu lakukan dan perjuangkan untukmu." Sambung Kendra dan seketika Clarissa terdiam dari tempatnya. "Apa Om gak lagi berbohong?" Tanya Clarissa lagi dan Kendra langsung menggeleng dengan sangat cepat. "No. Jadi tolong jangan berpikir yang macam-macam, Clarissa. Selesaikan mandi mu karena ku yakin Mama dan Tasya sudah menunggu di ruang makan." Ucap Kendra setelahnya dan Clarissa hanya mengangguk patuh meskipun sebenarnya dia masih ingin mencari alasan untuk bisa menahan Kendra di kamar mandi. Buru-buru Kendra menyelesaikan aktivitas mencukur rambutnya kemudian keluar dari kamar mandi itu untuk segera berganti pakaian dan saat Kendra sedang bersiap dan merapikan kemejanya, Clarissa keluar dari arah kamar mandi dan langsung berjalan ke arah di mana Kendra berdiri. Dengan inisiatifnya sendiri Clarissa meraih dasi yang senada dengan kemeja yang saat ini Kendra gunakan, setelah sebelumnya Clarissa juga melirik setelan jas yang akan Kendra gunakan, kemudian berjinjit untuk mengalungkan dasi itu di kerah kemeja Kendra. Namun karena ukuran tubuh Clarissa yang rendah membuatnya kesulitan untuk benar-benar bisa menjangkau punggung Kendra dan kesulitan untuk memakaikan simpul dasi itu. Kendra tentu saja diam saat Clarissa melakukan itu untuknya akan tetapi detik yang sama Clarissa justru menariknya untuk jatuh di atas sofa bundar di depan cermin besar di ruangan itu. "Duduk Om. Om tinggi banget, ke tiang listrik. Caca gak bisa mengimbangi tubuh tinggi Om!" Ucap Clarissa tapi Kendra hanya diam membiarkan Clarissa melakukan itu di lehernya. Rasanya adegan ini sangat familiar di ingatan Kendra, dan entah kenapa Kendra justru teringat momen-momen manisnya dulu saat masih bersama mantan istrinya, ibunya Tasya. Dulu wanita itu juga tidak pernah absen memakaikan dasi di leher Kendra setiap kali Kendra akan berangkat bekerja dan sudah sepuluh tahun Kendra tidak merasakan perasaan ini, perasaan diperhatikan dan didukung. Perasaan dicintai dan dihormati sebagai seorang kepala keluarga yang punya kewajiban untuk mencari nafkah dan sekarang rasanya Kendra ingin mengumpat karena tiba-tiba dia malah berpikir untuk membawa Clarissa ke atas ranjangnya kerena saat ini Clarissa sedang berdiri di depannya dan memakaikan dasi di lehernya di mana posisi wajah Kendra ada di depan d**a Carissa, terlebih lagi saat ini Clarissa masih menggunakan handuk biasa untuk menutup lingkar dadanya dan aroma sabun di tubuh Clarissa benar-benar menggoda imajinasi Kendra untuk menginginkan Clarissa secara lebih. "Jangan tegang dulu Om, karena kalau Om tiba-tiba tegang sekarang, Caca nggak mau melakukannya. Karena Caca tetap hanya menginginkan malam pertama." Ucap Clarissa saat melihat Kendra yang memejamkan matanya seolah menghirup aroma tubuhnya yang segar dan Clarissa yakin jika saat ini Kendra sedang berpikir yang iya-iya tentang dirinya. Sial. Pandai sangat Clarissa mengacaukan pikiran-pikiran liar juga imajinasi Kendra tentang sebuah adegan manis, dan lihatlah, kali ini wajah Kendra langsung memerah karena malu terlebih lagi sesuatu di balik celana bahannya ikut mengeras secara alami saat dihadapkan dengan posisi intim seperti saat ini. Kendra langsung bangkit dari duduknya lalu merapikan dasi yang sebelumnya Clarissa pasang untuknya, kemudian melihat pantulan dirinya di cermin di depannya dan buru-buru memakai sendiri jas untuk segera keluar dari dalam kamar itu sebelum dia benar-benar akan kehilangan kendali dirinya , tapi lagi-lagi Clarissa justru memangilnya saat Kendra akan keluar dari pintu kamar mereka. "Om,,," "Apa lagi , Clarissa." Kendra menahan langkahnya tapi tidak sampai menoleh ke arah Clarissa. "Om mau langsung ke kantor kan ya?" Tanyanya sambil menautkan kedua jati telunjuknya di dengan tubuh yang dia goyang-goyangkan ke kiri dan ke kanan. "Iya. Aku sudah terlambat, dan kau terus saja menahan langkahku!" Jawab Kendra kesal. "Kalo begitu Om harus mencium Caca. Caca sering liat Papa melakukan itu pada Mama!" Balas Clarissa lagi dan baru setelah itu Kendra berbalik ke arah Clarissa dan diam-diam Kendra menarik nafas dan melepasnya dengan sangat pelan, sebelum akhirnya dia mengulurkan tangannya untuk meminta Clarissa merapat ke arahnya dan Kendra langsung menarik punggung Clarissa lalu mendaratkan kecupan di kening Clarissa, dan senyum Clarissa semakin bertambah lebar. "Apa lagi yang di lakukan Papa dan Mama kamu sebagai pasangan suami istri?" Tanya Kendra karena dia siap melakukan sesegera mungkin agar Clarissa tidak lagi menahannya untuk segera berangkat ke kantor. Clarissa terlihat diam, memikirkan apa saja yang pernah ayah dan ibunya lakukan dan sepertinya ada banyak adegan-adegan manis yang menurut Clarissa juga harus dilakukan Kendra padanya, tapi untuk saat ini Clarissa justru menggeleng. "Banyak. Tapi untuk saat ini, ini saja dulu, untuk selebihnya nanti Caca tulisin deh buat Om biar Om bisa segera mempraktekkannya agar bisa menjadi suami sempurna dan ideal kayak papa Caca!" Ucap Clarissa dan Kendra terpaksa mengangguk. "Baiklah. Kau cepatlah berganti pakaian dan selesaikan sarapan kamu. Dan ingat siang nanti aku akan menjemputmu agar kita bisa pergi ke kampus di mana kamu akan belajar." Ucap Kendra sambil mencubit gemas pipi Clarissa dan Clarissa langsung mengangguk, lalu Kendra buru-buru beranjak ke tempat kerja bahkan dia melewati sarapannya, karena dia bangun kesiangan di tambah Clarissa kembali berulah. Benar saja, saat sampai di perusahaan inti Mahesa group. Tamu meeting juga petinggi di perusahaan itu sudah menunggunya selaku kuasa hukum Joan Mahesa, juga perusahaan itu. Para petinggi perusahaan juga pemegang separuh saham perusahaan itu berharap dia bisa mengabil alih kekuasaan Joan, bahkan ada beberapa dari mereka siap untuk membeli saham Mahesa tapi semua harapan mereka harus patah karena ternyata jauh hari sebelum insiden itu Joan memang sudah lebih dulu membuat surat wasiat untuk putrinya dan sekalipun surat wasiat itu tidak ada, tetap saja Clarissa sebagai satu-satunya anak yang Joan Mahesa miliki akan menjadi ahli waris, dan akan mewarisi seluruh aset kekayaan yang Joan Mahesa miliki, akan tetapi ada saja orang yang justru berpikiran sempit dengan menawarkan harga yang cukup tinggi untuk membeli saham milik Joan karena merasa seorang anak perempuan tidak bisa menggantikan posisi ayahnya sebagai tonggak dan pemegang kekuasaan selanjutnya. Namun Kendra juga dengan tegas mengatakan Clarissa bisa melakukan segalanya lebih dari yang mereka pikirkan, dan Kendra juga mengatakan jika dirinya yang akan menggantikan posisi dan kedudukan Joan Mahesa sebelum Clarissa benar-benar siap untuk memimpin perusahaannya sendiri, dan pernyataan Kendra itu juga turut dibenarkan oleh Retno selaku sekretaris sekaligus adik ipar Joan Mahesa , karena saat wasiat itu dibuat oleh Joan Mahesa, Retno dan suaminya ada di ruangan itu, dan Retno mengabadikan momen Joan Mahesa membuat wasiat untuk putrinya dalam bentuk video, video itu turut meyakinkan para peserta meeting hari itu meskipun ada beberapa di antara mereka yang tetap menolak keputusan itu. Terlepas dari status Kendra saat ini yang merupakan suami dari Clarissa sendiri, Kendra memang sudah menyetujui itu lebih dulu, meskipun tidak ada satupun dari mereka yang akan tahu apa yang akan terjadi pada Mahesa setelah surat wasiat itu mereka buat satu tahun yang lalu, dan keputusan Retno untuk menyembunyikan status pernikahan Kendra dan Clarissa sebenarnya untuk menghindari polemik politik di perusahaan itu karena tidak menutup kemungkinan para petinggi dan pemegang saham tertinggi akan mengira Kendra sengaja memanfaatkan situasi itu untuk mendapatkan kedudukan dan kekuasaan tertinggi di perusahaan Joan Mahesa. Meeting berjalan cukup baik, dan keputusan sudah di buat dan tidak bisa di ganggu gugat. Siangnya. Kendra ingat jika siang itu dia harus menemani Clarissa ke kampus dan saat Kendra sampai di rumahnya, ternyata Clarissa sudah menunggunya, dan tanpa basa basi mereka bergegas ke kampus dan kembali saat hari sudah sore , karena ternyata Clarissa tidak hanya sekedar menyerahkan berkas itu tapi juga harus mengikuti acara khusus untuk para mahasiswa baru. "Om. Caca capek. Pijitin dong!" Ucap Clarissa saat menjatuhkan tubuhnya di atas kasur kamar Kendra. "Lebih baik kau mandi dulu Clarissa, lalu istirahat. Aku masih ada berkas yang harus di periksa." Jawab Kendra saat menggantung jasnya dan meletakkan tas kerjanya di atas meja sofa ruangan itu, tapi Clarissa justru bangkit dari duduknya dan langsung memeluk perut Kendra dari arah belakang saat Kendra hendak melepas anak kancing kemejanya. "Om itu kenapa sih, selalu saja menghindari Caca. Apa Om gak tertarik sama Caca. Oooh atau Om itu benar-benar punya kelainan ya?" Tanya Clarissa dan tiba-tiba tubuh Kendra bereaksi. "Apa yang kau bicarakan, Clarissa?" Geram Kendra. "Iya, itu. Kalo emang Om normal, ayo lakukan!" Seru Clarissa lagi dan Kendra langsung mengigit giginya sendiri untuk menahan rasa yang nyaris ingin meledak. Kendra mengurai pelukan Clarissa di perutnya, lalu memutar tubuhnya agar berhadapan dengan Clarissa dan Clarissa langsung mendongak menatap wajah tampan Kendra. "Clarissa. Bukankah kita sudah membahas ini pagi tadi? Kenapa malah membahasnya lagi?" Sarkas Kendra mengingatkan Clarissa dengan percakapan mereka di kamar mandi tadi pagi. "CK. Payah. Padahal Caca pengen lho Om. Pengen itu,,,!" Balas Clarissa sambil menghentakkan kakinya dan Kendra langsung menarik pinggang Clarissa untuk dia peluk dengan sangat erat, dan mengangkat tubuh ringan itu dengan sebelah lengannya, bahkan kaki Clarissa sampai melayang di udara. Jika kemarin Clarissa ngotot minta di nikahi, sekarang dia justru ngotot minta di kawinin. "Kenapa kau cerewet sekali, Clarissa. Lagian, sejak kapan kau tau hal semacam ini?"___"aku bilang aku belum siap, tapi kau tetap memaksa untuk sesuatu yang bisa saja nanti akan kau sesali." Ucap Kendra dan Clarissa langsung menggeleng. "Tidak akan. Caca yang menginginkan ini. Jadi Caca gak akan menyesalinya!" Ucap Clarissa yang kini sudah sama tingginya dengan Kendra lalu mulai memainkan kerah juga anak kancing kemeja Kendra. "Jadi ayo, kawinin Caca, Om!" Sambung Clarissa benar-benar agresif dan Kendra langsung berjalan ke arah ranjang untuk kembali menjatuhkan tubuh ringan Clarissa di sana dan langsung merangkak untuk menaunginya. "Kalo begitu, ayo. Lakukan apa yang seharusnya kau lakukan. Buat adik ku bangkit dengan cara apapun yang bisa kau lakukan, dan jika kau berhasil membuatnya tegang, maka aku akan benar-benar menyetubuhi mu!" Ucap Kendra dan Clarissa justru tersenyum menanggapinya , meskipun sebenarnya dia juga rada takut saat di perlakukan seintim ini sama Kendra. "Serius, Om?" Clarissa ragu tapi Kendra justru semakin merendahkan wajahnya untuk menjangkau bibir pink wanita itu, lalu mengecupnya sebentar dan Clarissa semakin merasa canggung tapi juga senang. "Lagi,,,!" Seru Clarissa untuk ciuman singkat Kendra dan karena Kendra sudah benar-benar kehilangan kewarasannya, dia langsung menuruti keinginan Clarissa dan mencium wanita itu dengan cara lebih, meskipun Clarissa tidak membalasnya. "Bagaimana? Apa kau masih mau?" Bisik Kendra dan Clarissa kembali mengangguk dan Kendra menghela nafas sejenak, sebelum akhirnya kembali mencium wanita itu karena sepertinya Clarissa tidak main-main dengan tantangannya saat mengajak Kendra bercinta, padahal Kendra sudah berkali menolaknya hanya karena merasa tidak enak, tapi Clarissa tetap menuntut itu darinya. Clarissa belajar dengan sangat cepat, dari yang awalnya cuma menerima kali ini dia juga membalas ciuman itu, dan iya, Kendra sudah kehilangan kendali dirinya bahkan kali ini tangan besar Kendra sudah ikut meremas buah d**a Clarissa setelah dia juga melepas kancing kemeja yang Clarissa gunakan dengan sebelah tangannya saat ciuman mereka masih begitu kuat. Kendra melepas sejenak ciuman itu, lalu buru-buru melepas kemeja dan ikat pinggangnya saat dirinya masih mengurung tubuh kecil Clarissa diantara pahanya dan Clarissa hanya terlihat menenangkan gemuruh di hatinya karena gugup. Kendra kembali meraih bibir Clarissa, dan melumatnya lembut. Sejenak dia lupa dengan mendiang istrinya, dan ciuman mereka berlangsung cukup lama untuk membangkitkan gairah keduanya dan saat Kendra benar-benar sudah merasa siap, Kendra juga buru-buru melepaskan sisa celananya dan masuk ke balik selimut yang saat ini Clarissa gunakan untuk menutup tubuhnya yang masih belum sepenuhnya naked. Kendra kembali menaungi tubuh Clarissa dan membubuhkan ciuman di daun telinga, leher, bahu dan d**a Clarissa. Tangannya mulai menyisiri kulit perut, paha, hingga ke daging di antara kedua paha Clarissa yang masih tertutup kain merah berbentuk segitiga. "Oh aku harap kau benar-benar tidak akan menyesal, Clarissa!" Ucap Kendra dengan sangat lirih berharap Clarissa akan menghentikan aksinya saat ini tapi lagi-lagi dan lagi Clarissa menggeleng dengan sangat yakin, setelah itu Kendra benar-benar menurunkan segitiga merah itu untuk membuat Clarissa naked sempurna, agar dia bisa secepatnya melakukan penetrasi karena sebenarnya darah di tubuh Kendra sudah dari tadi berdesir dengan sangat panas dan menuntut untuk segera ditenangkan. Clarissa juga turut memberi rangsangan lembut di d**a dan perut Kendra seolah dia memang pernah melakukan itu dan saat Kendra yakin untuk menenggelami tubuh Clarissa, tiba-tiba,,,,
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN