Menikah itu harus melibatkan dua hati, dua raga, dan dua jiwa. Jangan ada kata ketiga atau ke empat karena itu bisa saja awal dari sebuah bencana.
Clarissa sedang melancarkan aksinya untuk menggoda gairah Kendra , Clarissa juga turut memberi rangsangan lembut di d**a dan perut Kendra seolah dia memang pandai melakukan itu dan saat Kendra yakin dan siap menenggelami tubuh Clarissa untuk melakukan penetrasi , tiba-tiba pintu kamar mereka dibuka tanpa diketuk lebih dulu dan suara Tasya langsung mengalihkan konsentrasi mereka yang hendak melakukan malam pertama.
"Papa,,,," teriak Tasya dan spontan Kendra yang masih setengah menaungi tubuh Clarissa langsung berguling ke arah samping hingga tubuh Kendra terjatuh di bibir ranjang sebelah Clarissa dan Clarissa buru-buru menarik selimut untuk menutup tubuhnya sampai ke leher.
Kendra yakin jika Tasya tadi tidak melihatnya yang sudah telanjang dan dengan sangat cepat Kendra meraih handuk di laci ranjang untuk menutupi tubuh bagian bawahnya karena pakaian dia sebelumnya ada di sisi lain ranjang itu dan jika Kendra pilih mengambil pakaian itu, lebih dulu , maka secara otomatis Tasya akan melihatnya dalam posisi tanpa busana.
"Papa,,,!"
"Tasya, ada apa Sayang?" Tanya Kendra saat bangkit dari bibir ranjang, sudah dengan handuk yang menutup tubuh bagian bawahnya, dan Tasya masuk begitu saja ke kamar itu , kemudian melihat keberadaan Clarissa di ranjang ayahnya.
"Kak Caca. Apa yang Kak Caca lakukan di kamar Papa?" Tanya Tasya saat melihat Clarissa di tempat tidur ayahnya.
Jam baru menunjukkan angka tujuh lewat lima balas menit, dan ini masih terlalu cepat dari jam biasanya ayahnya tidur, bahkan mereka belum makan malam dan rasanya memang agak aneh sekarang saat Tasya tiba-tiba mendapati Clarissa tidur di ranjang ayahnya.
"Aku,,, aku lagi mal,,,!"
"Caca mengeluh gatal di punggungnya, jadi dia datang ke kamar Papa dan minta bantuan Papa untuk menggosokkan bedak bayi untuk mengurangi rasa gatalnya, dan iya, Papa lagi bantuin Kak Caca. Iya kan Cha!" Potong Kendra buru-buru tapi Clarissa langsung mengerucutkan bibirnya sambil menatap Kendra yang masih berdiri di samping ranjang dan Kendra balas menatap tajam Clarissa agar membenarkan alasannya tadi.
"Beneran Kak?" Tanya Tasya lagi dan Kendra semakin menggigit giginya sendiri agar Clarissa mau mendukung alasannya tadi dan iya, Clarissa terlihat menarik nafasnya sejenak sebelum akhirnya dihembuskan lalu mengangguk meskipun Kendra masih bisa melihat jika Clarissa tidak sungguh-sungguh ingin mendukung alasannya.
"Iya. Punggung Kakak gatal." Jawab Clarissa datar cenderung kesal.
"Kenapa Kak Caca gak minta bantuan sama Tasya aja. Tasya bisa kok bantuin!" Ucap Tasya lagi dan Kendra buru-buru berjalan ke arah putrinya agar tidak bertanya lebih.
"Tadi Tasya masih belajar, dan Kak Caca gak tega menggangu belajarmu, makanya dia minta bantuan Papa." Potong Kendra lagi dan Tasya terlihat hanya mendongak tanpa ekspresi.
"Katakan. Ada apa Tasya cari Papa? Apa ada tugas sekolah yang tidak bisa Tasya selesaikan?" Tanya Kendra setelahnya dan Tasya langsung menggeleng dengan sangat cepat.
"No, Papa." Jawab Tasya cepat dan Kendra menatap dan memyimak apa yang akan putrinya katakan. "Tapi Tasya mau,,,!" Tasya menjeda kalimatnya lalu menautkan kedua jari tangannya di depan d**a, dan Kendra tau maksud dari sikap putrinya itu. Ada sesuatu yang di inginkan gadis kecil ini tapi enggan untuk dia kemukakan.
"Tapi apa? Katakanlah!" Ucap Kendra saat memungut pakaiannya di lantai.
"Anu Papa. Tasya boleh gak di temani ke toko eskrim. Dari kemarin Tasya pengen banget makan eskrim Boba Sunday, tapi kan kemarin Tasya demam, jadi Omma bilang gak boleh, tapi kan sekarang Tasya udah sembuh, jadi boleh ya, Pa!" Ucap Tasya dan Kendra langsung mengangguk.
"Eskrim ya!" Kutip Kendra dan Tasya kembali mengangguk. "Boleh, tapi habis makan malam ya!" Sambung Kendra dan ada senyum yang turut terbit dari kedua sudut bibir Tasya saat ayahnya menyetujui keinginannya. Tasya tentu saja mengangguk karena dia memang sudah memprediksikan apa syarat yang sekiranya akan ayahnya minta padanya karena ini memang bukan kali pertama dia meminta hal yang sama di jam seperti ini.
"Jadi , ayo. Tasya tunggu Papa di meja makan. Papa akan segera turun!" Ucap Kendra yang membalik tubuh putrinya, lalu menggiring gadis itu untuk keluar dari kamarnya.
Kendra menutup pintu kamarnya setelah Tasya berlari rendah untuk menuruni anak tangga rumah itu, dan Kendra buru-buru berbalik menghadap Clarissa yang masih saja terlihat cemberut di antara sisi selimutnya.
"Maaf Cha. Sepertinya kita harus menunda ini dulu, karena aku yakin sebentar lagi Mama juga akan kemari memanggil mu untuk makan malam, jadi, kita harus keluar dulu, dan melakukannya saat mereka sudah tidak punya alasan untuk merecoki kita!" Ucap Kendra saat kembali memakai celana dan kemejanya.
"Tapi Om,,," mata Clarissa terlihat berkaca-kaca dan Kendra meliriknya sebentar.
"Clarissa. Ayolah. Kita hanya menundanya beberapa jam saja, nanti setelah makan malam, kita bisa lanjut lagi kok!" Potong Kendra buru-buru.
"Tapi bagaimana jika Tasya kembali masuk?" Ucap Clarissa dengan suara bergetar.
"Tidak akan. Kita bisa kunci pintu dari dalam. Tadi kau lupa kunci pintu, makanya Tasya bisa masuk!" Jawab Kendra santai dan berhasil memakai semua anak kancing bajunya.
"Beneran ya Om. Om gak akan bohongin Caca." Ucap Clarissa benar-benar haus akan keinginannya itu.
Clarissa itu ibarat anak-anak yang akan tantrum hanya karena keinginannya belum di penuhi, dan iya Kendra akui itu, akui jika Clarissa memang masih bertingkah kekanak-kanakan, dan sialnya Kendra harus mengikuti keinginannya, meskipun yang di inginkan Clarissa saat ini bukanlah hal yang biasa.
"Iya, Clarissa Sayang. Mana mungkin aku bohong." Ucap Kendra.
Iya, mana mungkin Kendra tidak menginginkan Clarissa lebih sekarang. Pasalnya, miliknya sudah on dan berdiri tegak dengan sangat kokoh, dan hampir menerobos liang milik Clarissa yang ternyata terlihat masing sempit. Benar-benar sempit, tersegel dengan sangat baik.
Apa kalian tau rasanya, saat hasrat mu sedang berada di titik teratas dari gairah, dan kamu nyaris mendapatkan apa yang menjadi tujuan hasrat itu, tapi tiba-tiba kau justru harus di hentikan dan di paksa untuk kembali menahan segala rasa sesak dari birahi itu? Percayalah, rasanya sangat menyakitkan. ( Kalian mana tau. Cuma yang punya burung lah yang tau)
Setelah berhasil menenangkan Clarissa, Clarissa akhirnya mau beranjak dari atas tempat tidurnya dan buru-buru mandi dengan air hangat, setelahnya berganti pakaian lalu turun untuk menyusul Kendra ke meja makan.
Clarissa menarik senyumnya saat menyapa Dena di meja makan, lalu Clarissa pilih duduk berhadapan dengan Kendra. Wajahnya dia tekuk tapi dia tetap menerima piring yang bibi, asisten rumah tangga berikan padanya dan mulai makan dalam diam.
Di meja makan, Clarissa hanya diam , kesal dengan Kendra dan Tasya karena kejadian tadi, tapi saat Kendra menawarkannya untuk ikut , Clarissa juga langsung mau meskipun dia tetap hanya diam.
"Kak Caca mau yang rasa apa?" Tanya Tasya saat melihat Clarissa hanya diam sambil menyenderkan punggungnya di dinding kaca toko itu.
"Clarissa,,,!" Kendra menegur dan Clarissa hanya terlihat menghela nafas, lalu menghembuskan dengan sangat kasar.
"Stroberi vanilla aja, Om!" Jawabnya datar dan kali ini Kendra yang menghela nafas. Tasya berjalan ke arah meja di mana di sana ada varian rasa , dan mencari varian rasa baru eskrim khusus di toko bertuliskan mixue itu, sementara Kendra menarik lengan Clarissa yang masih terlihat tidak b*******h lalu merangkul punggungnya, seperti cara dia biasa merangkul Tasya.
"Stroberi vanilla, dan coklat Oreo satu-satu." Ucap Kendra pada kasir toko itu saat Tasya masih juga belum menentukan pilihannya.
Mereka masih berdiri depan meja kasir, menunggu pesanan es krimnya, karena seperti yang sudah di rencanakan, mereka tidak akan makan di tempat, tapi mereka pilih bawa pulang.
Pada akhirnya Tasya pilih varian rasa Green teh, dan langsung menikmatinya di dalam mobil , begitu juga dengan Clarissa yang diam tapi juga tetap menikmati eskrimnya.
"Ini enak lho Pa, cobain deh. Rasa Green teh nya benar-benar strong!" Ucap Tasya saat menawarkan satu sendok eskrim ke mulut ayahnya dan Kendra menerimanya. Dia lantas menoleh ke arah Clarissa yang justru masih asik dengan cap eskrim nya sendiri.
"Bagaimana dengan rasa eskrim milikmu, Clarissa?" Tanya Kendra berusaha membuat mood Clarissa pulih dan Clarissa hanya mengangguk dalam diam. "Apa aku boleh coba?" Tanya Kendra lagi dan Clarissa hanya kembali mengangguk lalu menyendok eskrim itu untuk dia suapkan pada Kendra yang masih fokus dengan kemudinya.
Diam sejenak untuk mengorek rasanya dan mengangguk-angguk.
"Manis. Kek kamu?" Ucap Kendra yang mana kata-kata tadi sukses membuat mata Clarissa berbinar cerah.
"Apaan sih Om?" Clarissa merasa malu.
"Iya, eskrimnya manis, sama kek kamu, Clarissa!" Ulang Kendra dan senyum Clarissa langsung terbit laksana bulan sabit.
"Mana ada Om. Caca jauh lebih manis lagi dari eskrim ini. Jauh kali!" Ucap Clarissa dan Kendra langsung terkekeh saat merasa mood baik Clarissa kembali.
"Coba sekali lagi." Kendra kembali membuka mulutnya dan Clarissa buru-buru menyendok eskrim dan kembali menyuapinya ke mulut Kendra. Diam sejenak sebelum akhirnya kembali mengangguk. "Iya, ternyata es krim ini tidak semanis dirimu, Clarissa. Kau menang jauh lebih manis dari es krim ini." Ralat Kendra dan tentu saja senyum Clarissa semakin mekar.
"Serius Om?" Tanya Clarissa dan Kendra langsung mengangguk.
"Iya!" Jawab Kendra dan,,, 'CUP' satu kecupan langsung mendarat di pipi Kendra dan pastinya pelakunya si biang ngambek, Clarissa.
Kendra langsung menoleh ke arah Tasya, berharap Tasya tidak melihat apa yang baru saja Clarissa lakukan di pipinya , tapi sial, gadis itu ternyata melihatnya dan Kendra berusaha menelan salivanya, menunggu reaksi putrinya dengan sikap Clarissa tadi. Namun Tasya justru bersikap biasa-biasa saja. Mungkin karena dia sudah berpikir dia dan Clarissa sama, sama-sama boleh melakukan ciuman seperti itu pada Kendra.
Jika biasanya Tasya akan protes setiap kali Clarissa ingin mengambil alih ayahnya, nyatanya kali ini Tasya tidak menunjukkan sikap itu. Mungkin karena Tasya tahu jika sekarang Clarissa sudah tidak memiliki ayah jadi sekarang Kendra lah yang akan berperan sebagai ayahnya.
Bukankah mereka sebelumnya juga seperti itu. Sering berbagi Kendra meskipun sesekali mereka akan terlibat perdebatan karena Kendra pula.
Sesampainya di rumah, Tasya langsung bergegas masuk ke kamarnya dengan membawa dua cup eskrimnya, sementara Dena sudah tidak terlihat di ruang tengah ataupun di dapur, Kendra dan Clarissa pilih duduk mengabiskan eskrim mereka di sofa ruang tengah , depan televisi. Kendra dengan eskrim coklatnya dan Clarissa masih dengan eskrim stroberi vanilla nya.
"Besok pagi aku ada persidangan Clarissa, jadi jika kau ingin pergi ke kampus itu, kau akan di temani pak Pahri. Jadi,,,!"
"Caca mau di antara Om saja. Kalo gak , Caca gak mau ke kampus itu." Potong Clarissa dan Kendra langsung menoleh ke arah Clarissa.
"Clarissa. Aku,,,"
"Enggak Om. Kalo Om gak bisa antar , ya udah , Caca gak kesana. Biarin aja Tante Retno yang urus!" Potong Clarissa balas menatap Kendra dan tiba-tiba Clarissa diam saat melihat lelehan eskrim di belah bibir Kendra dan detik berikutnya Clarissa bangkit dari duduknya. Bak wanita profesional, dia lantas meraih bibir Kendra untuk mengecap eskrim di bibir itu.
Diam. Kendra langsung terdiam tanpa kata. Dia masih belum mencerna apa yang sedang terjadi, tapi Clarissa justru duduk mengangkangi paha Kendra.
"Enak. Rasanya ada pahitnya gitu, tapi Caca suka!" Ucap Caca saat mengenali rasa eskrim yang saat ini Kendra nikmati. Kendra kembali menyendok eskrim itu, bahkan kali ini Kendra sengaja melakukan itu dengan tidak benar, berharap Clarissa akan kembali melakukan hal yang sama, dan benar saja, Clarissa kembali melakukan itu di bibirnya, dan bodohnya Kendra menikmatinya. Menikmati aksi Clarissa.
Kendra menarik pinggang Clarissa di atas kedua pahanya agar lebih merapat. Mendongak untuk menatap wajah seputih salju milik Clarissa.
"Apa kau masih ingin melanjutkan malam pertama kita tadi?" Ucap Kendra dengan sangat lirih dan Clarissa langsung tersenyum lalu mengangguk yakin.
"Tantu saja. Itu harus, Om!" Balasnya dan Kendra langsung bangkit dari duduknya, masih dengan memeluk pinggang Clarissa dan secara otomatis Clarissa menempel di perut Kendra.
Kendra membawa Clarissa naik ke lantai atas di mana kamarnya berada, menggendong Clarissa seperti cara bayi koala dan Clarissa memeluk leher Kendra agar tidak jatuh.
Kendra masuk ke kamarnya dan Clarissa mengingatkan Kendra untuk jangan lupa mengunci pintu, karena Clarissa tidak mau malam pertamanya kembali gagal setelah malam sebelumnya dan malam sebelumnya lagi gagal. 'No. Itu gak boleh terjadi.'
Kendra benar-benar sudah kehilangan kewarasannya saat Clarissa menciumnya begitu manis dan lembut tadi, dan sepertinya Kendra melupakan jika Clarissa itu adalah putrinya juga, tapi Clarissa adalah istrinya sekarang. Istri yang memang bertujuan untuk mencari rasa damai, terlebih lagi Clarissa begitu menuntut hal itu darinya.
Kendra menjatuhkan tubuh ringan Clarissa di atas ranjangnya, merogoh handphone di kantong celananya kemudian meletakkannya di atas meja nakas samping tempat tidur itu, dan Kendra buru-buru melepas kancing kemeja dan ikat pinggangnya, lalu melepaskan celana bahannya untuk segera merangkak naik di atas tubuh Clarissa yang masih menggunakan gaun santai berbahan sifon dengan bahu model sabrina yang terlihat sangat cantik dengan perpaduan kulit putihnya.
Kendra lebih dulu mengecup belah bibir Clarissa, meraba kulit betis dan paha Clarissa seperti cara laki-laki messum pada umumnya dan menit berikutnya Kendra juga mengangkat gaun Clarissa untuk lolos di kepalanya dan seketika tubuh Clarissa terekspos dengan begitu sempurna.
Ciuman mereka masih bertahan dengan sangat manis. Clarissa begitu menikmati rasa coklat Oreo di bibir Kendra sementara Kendra benar-benar sedang kehilangan suaranya dan entah kenapa saat ini Kendra benar-benar menginginkan Clarissa untuk membungkus tubuhnya dengan cara yang sempat dia bayangkan.
"Aku tidak peduli jika setelah ini kau akan menyesal , Clarissa. Kau yang menginginkan ini, maka jangan salahkan aku jika setelah ini kau tidak lagi perawan , Clarissa!" Bisik Kendra dengan sangat lembut di depan bibir Clarissa, berharap Clarissa akan menahannya dan mengatakan jangan, tapi sepertinya Clarissa benar-benar serius dengan keinginannya, keinginan untuk melepaskan keperawanannya dan benar-benar menerima statusnya menjadi seorang istri.
"Tidak akan." Jawab Clarissa mantap.
"Rasanya mungkin akan sedikit sakit, tapi kau tidak akan mati karena rasa sakit itu, tapi kau justru akan,,,!"
"Caca akan menikmatinya. Tenanglah, Om. Caca gak akan menyesal, dan Caca juga gak mau jika malam ini kembali gagal. Gak mau!" Potong Clarissa dan Kendra kembali menjangkau belah bibir Clarissa untuk dia beri lumatan lembut, menjatuhkan tubuhnya di samping Clarissa dan menarik tubuh Clarissa untuk miring mengikuti tubuhnya.
Tidak hanya melumat belah bibir manis Clarissa, Kendra juga mencumbu bahu dan leher Clarissa agar Clarissa benar-benar rileks saat menerima tubuhnya, dan saat Kendra merasa jika Clarissa benar-benar siap, Kendra kembali menaungi tubuh Clarissa untuk segera melakukan penetrasi.
Percobaan pertama Kendra gagal, begitu juga dengan percobaan kedua dan ketiga Kendra. Clarissa terlihat meringis, tapi juga tidak meminta Kendra untuk berhenti.
"Katakan saja jika seandainya aku menyakiti mu. Aku akan berhenti!" Bisik Kendra saat akan kembali melakukan penetrasi dan,,,