Ambu masih terduduk lemas di atas sofa. Dia tak menyangka akan mendapati kenyataan seperti ini. Tiba-tiba Ambu memegang dadanya yang terasa sakit. “A—Abah, A—Abah … d**a Ambu sakit, Bah!” ucapnya terbata. Abah yang berada tak jauh darinya sigap menghampiri Ambu. Lalu berteriak pada Sisil yang berada dalam biliknya. “Sil! Bantu Abah bawa Ambu ke klinik!” ucap Abah sambil membopong tubuh Ambu yang lemah. Ambu masih terus-terusan memegang dadanya. “Sil! Sisil!” Abah berteriak berkali-kali. Karena kondisi Ambu yang lemah, tak mungkin bisa membonceng sepeda motor sendirian jika tak dipegangi. “Apa, sih, Bah?” Sisil membuka pintu kamar dengan kasar. Dia menatap kesal karena merasa terganggu oleh teriakan Abah. “Bantu Abah bawa Ambu ke klinik! d**a Ambu sakit!" pekik Abah dengan keringat