Sisil menangkup wajah dengan kedua tangannya. Waktu sudah sangat larut. Efek obat sudah memudar sejak beberapa waktu lalu. Jefry masih terbaring di sampingnya. "Kenapa jadi begini? Aku gak sudi!" pekiknya tertahan. Dijambak-jambak rambutnya penuh kekesalan. Air mata mengalir, hatinya sesak dan semakin benci atas nasib beruntung Sukma. "Dasar upik abu sialan! Pembawa sial!" jeritnya lagi dalam d**a. Sesekali disapunya air mata yang berjatuhan. Sisil mengedarkan pandang pada sekujur tubuhnya, tanda merah bertebaran di mana-mana. Hatinya semakin sesak. Dia menggeleng pelan sambil menyeka air mata yang mengalir. Kini sudah tak ada lagi kesucian yang tersisa. Diliriknya Jefri yang tengah terlelap. Tak bisa juga menyalahkan penuh padanya. Sisil berdiri dan berjalan lunglai menuju kamar