GNI Love story episode 19
Pandagan mata saling melirik penuh amarah,”Jangan pada saling lirik!” Sung Jae dan Rahmat kaget mendengar bentakan gadis cantik dari Jepang tersebut.
“Rin, kamu jangan marah begitu, kalau kau marah bagaimana kau akan memiliki kekasih?” Jae Sung berusaha untuk membuat sekretarisnya itu tenang, bisa berabe kalau wanita galak itu terus marah.
“Aku sudah ada kamu yang akan jadi suamiku, jadi aku tidak butuh orang lain,” jawab Rin santai. Pimpinan GNI tersebut membuang muka,”Alamak, kenapa jadi aku? Ogak aku menikahi wanita galak sepertinya. Bisa KDRT nanti, tapi itu dibahas nanti saja, yang penting sekarang buat buldoser ini tenang dulu,” batinnya. Ia pun kembali menoleh pada gadis itu dengan senyuman semanis mungkin.
“Ya, Rin … begini saja kalau kamu mau menjadi istriku aku punya satu sarat.” Pria asal Korea selatan itu berusaha membuat gadis Jepang itu tenang.
“Nggak usah pakek syarat, kalau aku mau menikahimu ya nikah saja,” balas Rin jutek.
“Kenapa jadi dia yang tentukan si?” gerutu Jae Sung. Rahmat Jhi tersenyum mengejek melihat kesialan pimpinannya tersebut.
“Khkhkh, rasain tu Sung. Mangkanya jadi orang jangan suka jahil, ada orang kesusahan malah dijahili,” bisiknya.
“Diam kau! Dasar setan alas,” balas Jae Sung sewot.
“Ketika suasa hati panas, memang menyenangkan kalau melihat gunung kembar bertirai sutra tipis, kelembutan dan warnah putih bersihnya membuat tangan gatal ingin menyentuh.”
Rahmat memicing tajam mendengar entah itu puisi tapi kok sangat aneh, mana ada sebuah gunung diberi tirai? Satu gunung saja besarnya sudah pasti menghabiskan beratus meter kain apa lagi kalau gunungnya kembar terus sama besar, dasar pimpinan sinting.
“Hei, Sung. Gunung kembar mana yang diberi tirai? Apakah gungnya sama besar? Terus kenapa warnanya putih bersih? Biasanya ni ya, kalau gunung itu warnanya biru, lagi pula kamu aneh-aneh saja, masak kamu ingin pegang gunung si?” dengan polosnya menejer GNI itu justru bertanya.
Hwang Jae Sung memicing sinis,” Kalau gunung asli si memang tidak ada yang diberi tirai, tapi kalau gunung yang dimiliki seorang wanita tentu saja harus diberi tirai. Dasar g****k, begitu saja tidak tahu.”
Perempatan kekesalan muncul di pelipis Rahmat,”Kamu kali yang bloon!” balasnya galak.
Iris biru gadis cantik asal Jepang itu memperhatikan kedua pria yang saling berbisik-bisik dengan raut berubah-ubah, terkadang sinis, marah dan menghina, sebenarnya apa yang sedang mereka bicarakan,”Apa yang sedang kalian diskusikan?” tanya Rin penuh selidik.
“Anu, Rin.”
Hwang Jae Sung langsung menyumpal mulut Rahmat dengan beberapa kertas yang sudah dia buat kusut, jangan sampai menejernya itu bicara tentang apa yang mereka bicarakan pada wanita galak itu, kalau tidak bisa merah pipinya nanti kenak gampar.
“Phuah…” Rahmat dengan kasar mengambil sumpalan kertas yang ada di mulutnya.
“Dasar sialan! Pimpinan busuk manusia terkutuk! Enak saja menyumpal mulutku dengan kertas,” teriaknya marah.
Hwang Jae Sung hanya memberikan senyum tanpa merasa bersalah,”Itu agar kau tidak salah kata, Mat. Harusnya kamu berterimakasih padaku, dengan begini kamu tidak akan berbicara yang tidak jelas,” kilahnya.
“Sudah-sudah, sebenarnya kau tadi mau bicara apa, Menejer Rahmat?” Rin berusaha melerai pertengkaran yang tidak berguna dari kedua sahabatnya itu sekaligus mengembalikan topik pembicaraan mereka.
“Itu, Rin. Tadi, si manusia terkutuk ini membuat puisi sambil menatapmu,” kata Ramhat. Wajah Rin langsung bersinar penuh kegirangan hanya karena mendapat puisi dari pimpinan GNI tidak seperti sang pimpinan yang bermuka masam.
Bruk…
Hwanh Jae Sung kelabakan karena sekretarsinya tiba-tiba memeluknya bahkan dengan seenak jidat menciumi pipinya, bagaimana nanti kalau Erika tahu, bukankah akan terjadi salah paham?
“Aduh aduh aduh, Rin.” Hwang Jae sung segera melepaskan pelukan sekretarisnya tersebut.
“Lepas dong, Rin! Kau ini jadi cewek agresif begitu?!” Pria asal Korea itu sangat kesal melihat tingkah sahabatnya tersebut.
Rin senyum-senyum sendiri, hilang deh niat memberikan hukuman pada pimpinannya itu,”Sung, aku tidak menyangka kau membalas perasaanku bahkan sampai membuatkan puisi untukku.” Gadis itu berbunga-bunga matanya bersinar ketika memandang pimpinannya tersebut.
Rasanya Jae Sung ingin muntah melihat tingkah sok imut gadis galak itu,”Sudalah, Rin. Aku tidak berniat membuatkan puisi untukmu, hanya kebetulan saja meluncur dari mulutku melihat”anu” mu tepat di depanku.”
“Anu? Anuku apa? Kenapa si kalian dari tadi ngomongin anu anu terus?” Gadis asal Jepang itu kesal lagi, padahal tadi sudah tidak ada niat untuk memberikan hukuman untuk mereka berdua, tetapi karena dibuat kesal lagi akhirnya rencananya untuk memberikan hukuman muncul lagi.
Tok…
Tok..
Tok…
Rin mengalihkan perhatiannya pada pintu ruang meeting ketika mendengar suara pintu diketuk,”Masuk!”
Ketika pintu dibuka dari luar terlihat seorang gadis dengan kepangan rambut dibagi menjadi dua serta poni tipis dibagian depan, dia melangkahkan kaki takut-takut bahkan pandangannya menunduk di tangannya terdapat sebuah amplop coklat besar.
“Erika, apa kamu kesini ingin bertemu denganku?” tanya Rin penasaran.
“Bu-bukan, ka-kakak Rin. Ta-tadi, kakak tampan dan baik hati me-menyuruhku ke sini.” Erika mendadak gagap hanya dengan berbicara dengan sekretaris GNI yang lagi mirip gunung mau meletus.
“Kakak tampan dan baik hati siapa?” tanya Jae Sung curiga, ada sedikit rasa tidak nyaman ketika mendengar kekasihnya memuji pria lain di depannya.
“Tentu saja Shiou Rain, memang siapa lagi yang suka di puji Erika dengan sebutan semacam itu kalau bukan Rain,” sahut Rahmat berubah jadi kompor setelah mencium bau cukak dari sang pipinan.
Hwang Jae Sung semakin kesal, ia melirik Rahmat sebel ingin rasanya dia menceburkan wajah menyebalkan itu ke dalam empang, biar sekalian dijadikan makanan ikan lele di sana.
“Iya, tadi kakak Rain menyuruhku kemari.” Dengan polosnya Erika membenarkan ucapan Rahmat, tidak tahu saja kalau sudah ada gunung berani yang bergemuruh dan hampir menyemburkan lavanya.
“Wah, Erika, sepertinya hubunganmu dengan Rain sangat dekat ya?” Rahmat melirik pimpinan GNI yang terlihat sudah seperti kebakaran jenggot, sekalian saja dikerjai manusia itu.
“Iya, kakak Rain orangnya sangat baik, dia terkadang selalu menemaniku di saat aku membutuhkannya. Semalam juga kakak Rain menemani ku pergi ke toko buku, setelah itu dia mengajakku di restoran mewah yang ada di Jakarta ini. Aku sangat senang, apa lagi aku belum tahu tentang kota ini,” jawab Erika dengan wajah tersipu malu.
Pikiran manusia Korea itu sudah tidak jelas, dia membayangkan ketika gadis itu berduaan dengan HRDnya itu, apa lagi ia tahu kalau HRD itu memiliki perasaan lebih pada kekasihnya, kalau dirinya tidak segera bertindak bisa jadi gadis lugu dan polos itu akan direbut darinya.
Sret,,
Hwang Jae Sung langsung menarik tangan Erika pergi dari tempat itu tidak perduli dengan kejengkelan Rin atau keusilan Rahmat, dia akan menunjukkan kalau dirinya bisa melakukan apa yang dilakukan oleh Rain bahkan lebih,”Kalau kamu hanya ingin berkeliling Jakarta atau ke toko buku, tidak perlu memintak tolong pada Rain, kau bisa menghubungiku. Aku akan mengantarkanmu, tidak perduli pagi, sore atau malam. Subuh juga aku akan melakukannya.”
Erika tidak mengerti kenapa pimpinan GNI itu terlihat kesal bahkan mengomel sambil menarik tangannya sepert itu, kenapa tidak berhenti dulu terus bicara? Bukankah itu lebih enak? Kalau seperti ini’kan banyak dilihatin orang, lalu orang akan berpikir mereka akan bertengkar.
“Masuk!” Hwang Jae Sung membukakkan pintu mobil maybach hitam miliknya.
Gadis desa itu menundukkan kepala tak berani memandang pria yang menjadikan dirinya sebagai kekasih dengan paksa beberapa minggu yang lalu itu, ia merasa kalau pria itu sedang marah, meski tidak tahu apa yang membuatnya sangat marah.
“Ki-kita mau kemana, kak Jae Sung?” tanyanya takut.
“Panggil aku sayang! Aku bukan kakakmu, aku tidak mau kau memanggilku kakak,” perintah Jae Sung. Erika mengangguk dengan tubuh gemetar karena ketakutan.tak jauh dari mereka terlihat Rain memperhatikan sepasang kekasih itu, ia merasa kalau ada masalah di antara mereka hingga dia memutuskan untuk menghampiri sepasang kekasih itu.
“Oppa, kau sepertinya membuatnya ketakutan.” Rain berusaha untuk membuat pimpinan GNI itu memahami situasi dan kondisi.
“Diam kau! Ini semua karena kau, Rain. Dengar! Jangan pernah lagi kau dekati kekasihku, Erika itu milikku. Kau mengerti!” balas Jae Sung marah, ia bahkan menatap sahabatnya itu dengan mata mendelik galak.
Rain mengangguk mengerti, ia tersenyum tipis ternyata seorang Hwang Jae Sung tukang mempermainkan hati seorang wanita bisa cemburu juga,”Baiklah, tapi… Oppa jangan galak-galak paga Eri. Lihatlah, dia bahkan gemetar ketakutan. Kamu tidak memiliki hubungan apapun, Erika sangat mencintaimu meski aku tidak yakin kau akan mampu membalas perasaannya atau hanya mempermainkan seperti yang kau lakukan pada mantan-mantanmu yang lain.” Rain langsung berbalik dan pergi setelah mengetakan kalimat sindiran tersebut, rasanya dia ingin memukul kepala pria cantik itu. Kenapa juga harus bilang kalau selama ini dia sangat suka mempermainkan perasaan wanita. Hwang Jae Sung melirik Erika, ia berharap gadis itu tidak akan percaya ucapan HRD cantik itu, tapi dia akui memang perasaan yang ada untuk gadis itu sangat berbeda dengan gadis-gadis lain, rasanya sangat tidak rela bila Erika bersama pria lain.