episode 18

1033 Kata
Pagi ini suasana hati Rahmad jhi sangat ceria seceria matahari karena dia ingin mengatakan cinta pada gadis yang sudah seminggu ini dekat dengannya, tapi pria itu sedikit ingin terlihat keren dengan bahasa luar negri yang lagi tren, ia pun pergi ke kantor GNI untuk menemui sahabat tapi seperti musuh bebuyutannya itu siapa lagi kalau bukan pimpinan GNI. Dengan langkah ringan pria itu memasuki kantor tersebut, ia bahkan selalu tersenyum hingga membuat orang merinding, langkahnya berhenti didepan ruangan pimpinannya. Tok... Tok.. Hwang Jae sung melirik pintu ruangannya, "Siapa pagi-pagi mengetuk pintu, "batinnya. "Masuk! "serunya. Pintu itu terbuka, pria itu tercengang nyaris terjungkal melihat penampilan yang tak bisa dari menejernya itu, lihat saja, dia memakai syal biru yang dililitkan di lehernya, sweeter tebal dan jaket mirip jas namun panjangnya sampai dibawah lutut, padahal ini musim panas. Rahmat Jhi kesal mendapat tatapan semacam itu dari pimpinannya, rasanya dia ingin mengubur wajah itu, tapi dia tahan karena sekarang lagi butuh. "Berhentilah menatapku begitu, Sung! Aku kesini bukan untuk debat denganmu, tapi butuh bantuan mu, "kesalnya. Hwang Jae Sung segera menornalkan ekpresinya, meski dalam hati ia merasa sangat aneh dengan menejernya itu," Ah, iya, ada apa, Menejer, Rahmat Jhi?"tanyanya. "Ajari aku bahasa Korea, Sung, "pinta Rahmat. Jae Sung kaget mendengar permintaan Menejernya itu, setau dirinya, manusia satu itu paling anti yang namanya bahasa Korea katanya ribet, tapi kenapa sekarang mintak diajari?. "Untuk apa? "tanyanya heran. "Sudah, kau tak usah banyak tanya! Pokoknya ajari aku titik, "tukas Rahmat. Jae Sung menaikkan sebelah alisnya, dia semakin heran dengan sikap pria itu, sudah dandanannya seperti berada di musim dingin sekarang maksa mintak diajari bahasa Korea. "Ogah, kau bisa cari di google, aku sibuk, "tolaknya. "Aku malas, Sung, lagi pula aku hanya butuh beberapa kata untuk mengungkapkan cinta dengan bahasamu, "ucap Rahmat. 'sepertinya dia ingin terlihat keren didepan gadis yang dia suka, sedikit dijahili mungkin menarik' pikir Jae Sung. "Baik, kau tanya apa? " tanyanya. "Bisa kau terjemahkan ini dalam bahasamu, gunakan bahasa paling bagus, kamu gadis yang cantik, kau juga baik, aku menyukaimu, aku cinta kamu. jadilah kekasih ku," Jawab Rahmat. "Ya, Tuhan, sudah mintak tolong pakek acara mintak ini itu, "keluh Jae Sung. "Sudahlah, Sung, kau tinggal jawab tak usah mengeluh!" ucap Rahmat. Pimpinan GNI itu mengehela napas. "당신은 아름다운 소녀입니다, 당신도 친절합니다, 당신을 좋아합니다, 당신을 사랑합니다. 내 연인이되어 줘, tapi aku rasa aku ide ku mengerjainya tadi, ok. Siapa suruh maksa-maksa orang, " batinnya. " 당신은 항상 썩은 퍼지는 시체 꽃과 같습니다. 개조차도 당신에게 다가 가기를 꺼려합니다. 어디를 가든, 단지 썩은 썩음 만, 당신은 단지 시체 꽃이기 때문에," jawab Jae Sung. Tapi Rahmat Jhi mengira itu terjemahan kalimat tadi, pria itu pun tersenyum senang, dia tidak saja kalau pimpinan GNI baru saja membuat syair yang beda. "Baiklah, Sung, terimakasih, aku pergi dulu,"pamitnya langsung pergi. Hwang Jae Sung kelabakan, dia tak ingin menejernya itu mengatakan puisi tadi pada seseorang gadis, bagaimana pun juga wanita itu hatinya lembut,"Kenapa dia langsung pergi? Padahal tadi aku ,mengarang puisi aneh, ah,tapi biarlah, "ucapnya sambil kembali memperhatikan grafik perkembangan perusahaannya. **** Rain, Rin, Inarida, Akiramenai, Jaenal dan Jae Sung berada diruang meeting, karena mereka akan membahas tentang lomba tahun baru yang wajib di selenggarakan di GNI. Rin memperhatikan sang pimpinan yang terlihat seperti tak bersemangat, ia tak tahu apa yang terjadi pada pria itu, "Kau kenapa? Sakit? "tanyanya. "Aku bahkan baru keluar dari rumah sakit, Rin, gara-gara punggung patah dan kaki retak, sekarang kau ingin aku sakit lagi, "jawab Jae Sung nelangsa. Bukanya merasa kasihan, mereka justru cekikikan mengingat kejadian itu. Dongkol, itulah yang dirasakan Pimpina GNI tersebut, bukannya prihatin malah cekikikan," dasar tak punya perasaan, kalian itu harusnya kasihan, ada orang sakit bukannya di beri perhatian malah di tertawakan," kesalnya. "Oppa, kami bukan tak punya perasaan, hanya saja, bagaimana bisa, Oppa, terluka saat jatuh dari jurang itu, karena yang kami lihat, Oppa, sedang berciuman dengan, Erika, "jelas Rain. Pria itu mendengus sebal, pria cantik itu selalu saja membuatnya terlihat seperti orang yang suka berbohong. "itu namanya petaka membawa berkah, Rain, " balasnya. "Sudah, kalian tak usah ribut, Rahmat, kemana? Kenapa saat meeting dia belum hadir? "ucap Rin mengalihkan pembicaraan. " Iya, kemana, kak, Rahmat?"timpal Inarida. "Nyatain cinta pada gadis katanya," jawab Jae Sung. "Ha?! Bukannya, Rahmat, itu tak pernah dekat dengan wanita?" tanya Rin heran. "Manaku tau, Rin, sudah ayo mulai saja, "balas Jae Sung acuh. Semua pun setuju. Satu per satu mereka mulai membuka dokumen yang sudah disediakan untuk meeting hari ini, namun saat Rin akan memulai presentasi, tiba-tiba pintu ruangan di buka dengan kasar. Brak... "HWANG JAE SUNG!!!! " Semua yang hadir ada diruangan itu terkejut, mereka langsung mengalihkan perhatiannya pada sosok pria yang berdiri didepan pintu dengan wajah yang sangat menyeramkan. Jae Sung hanya senyum tak berdosa, dia bahkan sudah bangkit bersiap kalau saja pria itu akan menghajarnya, jadi dia bisa kabur. " Aku akan membunuhmu, " geram Rahmat. " Mampus, Rahmad marah, aku harus kabur, " batin Jae Sung. "Jangan kabur!!! "seru Rahmat sambil berlari kearah pimpinan GNI yang sudah ancang-ancang mau kabur. Kini terjadilah aksi kejar-kejaran antara Hwang Jae Sung dan Rahmat Jhi dalam ruang rapat tersebut. Drag... Drag... Drag... Jae Sung berlari memutari meja dan kursi yang ada diruang tersebut, sedang Rahmat terus mengejarnya sambil mengumandangkan sumpah serapahnya, " b******k! Kau kira, gadis cantik itu bunga bangkai! " Brak... Rahmat menghindari lemparan map kuning milik Jaenal dari pimpinan GNI tersebut, Jaenal memandang horor map yang isinya file yang sudah dia susun rapi tersebut kini jadi berserakan di lantai. "Oh, Ya, Tuhan, kenapa harus punyaku yang dilempar mister, Hwang, aku sudah susah-susah membuatnya," batinnya nelangsa. Rin menggeram marah pada dua pria itu, lihat saja ruang meeting yang tadinya terlihat elegan dan bersih serta rapi sekarang jadi seperti kapal pecah hambis perang, lihatlah cap telapak sepatu bertebaran kemana-mana, bahkan di atas meja juga, kusri terjungkal kebelakang karena di tendang Rahmat dan di lempar Jae Sung. Rain menatap bosan pertengkaran tak berfaedah mereka berdua, selalu saja seperti tikus dan kucing tak pernah berhenti membuat ulah saat bertemu, dia mamandang file yang ada di mejanya, hanya itu satu-satunya yang tersisa selain milik Hamasaki Rin.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN