"Ayo, Storm," ajak lelaki paruh baya, yang sudah tiba di teras depan dan mengganggu kebersamaan singkatnya bersama Alice. Storm melepaskan dekapannya sembari mengembuskan napas. Ia sentuh leher Alice dan mengecup pipi kiri dan kanannya bergantian, lalu berpamitan kepadanya. "Aku berangkat dulu ya??" pamit Storm sembari mengusap pipi Alice dan menurunkan tangannya, lalu pergi ke mobil duluan. Ia duduk di sisi kaca mobil yang terbuka dan memandangi Alice dari sana. Harus lebih semangat lah. Ada yang harus ia beri uang saku setiap harinya. Jadi, harus membuat pemasukan yang berlebih, untuk memberinya uang saku yang lebih banyak juga nanti. Mungkin, dengan seperti itu, ia akan diperlakukan dengan cukup menyenangkan. Sekarang, bukan tidak senang. Hanya terkadang jengkel, bila Alice sudah mula