Storm bangkit dari atas tempat tidur dan memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya. Ia sudah berdiri sekarang dan juga, sudah melangkah sampai ke pintu kamar dan membuka pintu itu. Tapi, Storm kini malah tertegun. Ketika ia teringat, akan ancaman Alice bila ia ikut menyusul ke kediaman orang tuanya. "Kalau pergi, nanti dia marah. Mana kalau sudah marah, kadang susah sekali untuk dibujuk. Ck! Ah, sial," gerutu Storm sendirian. Kini, ia dalam kebimbangan yang besar. Bila pergi menyusul, takut Alice marah. Bila tidak menyusul, ia yang rasanya sudah ingin marah-marah. Kalau teleponnya diangkat, mungkin ia akan sedikit tenang. Tetapi, dari tadi panggilan telepon darinya tidak ada satupun yang Alice jawab. Storm menghela napas sembari bergerak maju mundur. Jadi seperti memakan buah simala