tak bisa melawan

1001 Kata
setelah waktu pulang bekerja, aku berjalan sendiri. sambil memikirkan apa yang harus ku lakukan dengan smua ini. jika aku harus mengembalikan kalung ini pada om yasa rasanya mustahil. karna melihat orangnya saja walaupun dari jarak jauh jantungku sudah berdetak kencang, apa lagi bicara dengannya. ah rasanya tak bisa kulakukan. berjalan sambil berfikir tak terasa sudah tiba di rumah. baru saja aku meletakkan kotak makan siang ku, dari arah belakang ibu bicara padaku. "lepaskan kalung itu, kamu gak pantes pake kalung sebesar itu. berikan pada ibu." "untuk apa?" "ibu akan tukar dengan kalung yang pantas untukmu." "tapi ini hadiah dari om yasa, kalu dia tanya ani harus jawab apa?" "ya kamu tinggal bilang kalau kalungnya terlalu besar." "tapi bu, ani gak bisa bicara gitu sama om yasa. kalau dia yang mau menukarkannya gimana?" "ya bilang aja kalau ibu yang menukarkan. gitu aja kok susah. cepat lepas dan berikan kalung itu." karna bicara ibu terlihat marah, tanpa berfikir panjang akhirnya aku menyerahkan kalung itu pada ibu. toh ibu juga akan membelikan kalung yang lebih kecil yang bisa kupakai setiap hari. jika om yasa bertanya aku akan jawab sesuai dengan yang ibu ajarkan. keesokan harinya, sepulang sekolah ibu memberikan kalung yang jauh lebih kecil dari yang om yasa berikan. aku menerimanya lalu langsung kupakai tanpa takut terlihat malu. sore harinya aku bermain kerumah putra, karna keasikan ngobrol dengannya tak terasa sampai malam aku disana. tak pernah ku sangka ternyata om yasa ternyata datang kerumah putra setelah pulang kerja. "Assalamualaikum." salam dari om yasa "Waalaikum salam. " jawab ku dan putra. ya karna kami berada di bangku dekat pintu tetapi posisi ku membelakangi pintu. baru mendengar suaranya jantungku langsung berdebar kencang, apalagi melihat wajah dan berbicara dengannya, bisa lemas seluruh badan ku. mataku langsung melebar ke arah putra ingin menanyakan 'gimana nih?'. tapi putra terlihat santai sambil senyum senyum dan mempersilahkan om yasa untuk masuk. setelah dipersilahkan masuk om yasa langsung berjalan mendekati putra yang posisinya ada di depan ku dan duduk di sampingnya. wajahku langsung tertunduk, aku tak bisa melihat putra lagi karna ada om yasa di sampingnya. mulutku yang tak bisa mengeluarkan kata-kata. seperti ada lem yang menempel di bibirku sampai tak bisa berbicara apapun. sambil tersenyum om yasa menyapaku. "hai ani, apa kabar?" "mmm...ba..baik om." jawab ku gugup. "oh ya, mau minum apa om?" tanya putra basa basi. "gak usah put, langsung hilang hausnya setelah lihat ani." jawab om yasa sambil senyum melihat ku tanpa mengalihkan pandangannya ke arah putra. "loh gak bisa gitu donk, tamu harus minum. sebentar ya saya buatkan." tanpa melihat ku putra langsung berjalan masuk.'aduh dasar putra gak bisa di ajak kerjasama.' keluh ku dalam hati. aku melirik om yasa dari sudut mataku sekilas, ternyata matanya terus melihat ku. "ani, udah terima hadiah dari saya?" tanya om yasa. "u...udah om, makasih ya." jawab ku gugup "kok gak di pakai?" "kemarin udah di pakai." "terus sekarang mana?" deg aduh aku harus jawab apa nih. kalau aku jawab yang sebenarnya dia marah gak ya? kalau cari alasan lain nanti ketahuan bohong dia malah tambah marah. mending jujur aja deh klo marah tinggal pulangin aja lagi. "udah di tukar yang ini sama ibu." kataku sambil memegang kalung yang ku pakai. "terus uang sisanya dikasih kamu?" "loh emang ada sisanya? bukan cuma tinggal tuker aja ya?" jawab ku polos. karna aku memang tidak tahu kalau di tukar sama yang lebih kecil dapat uang sisa. aku harus tanya sama ibu, kemana uang sisanya. aduh aku jadi malu sama om yasa. "ada dong. kan kalung yang besar lebih mahal dari kalung yang kecil." "yah ani gak tau om, tapi kalau om mau ani kembalikan sisanya nanti " jawab ku. "gak usah ani simpan saja, kan saya sudah berikan ke ani masa mau di ambil lagi." jawab om yasa sambil menggelengkan kepala. tak ingin berlama-lama berdua saja dengan om yasa ku putuskan memanggil putra yang ada didalam. "sebentar ya om, ani panggil putra dulu." ucapku tanpa menunggu jawaban dari om yasa langsung masuk kedalam. "astaga...loe malah tiduran katanya mau bikin minum buat om yasa?, malah asik tidur tiduran disini." kataku sambil memukul pundaknya kesal. "ya gue kan kasih kesempatan loe berdua buat ngomong, abis selama ini gue mulu yang jadi perantara loe. kalo langsung ngomong sendiri kan enak." jawabnya cuek. "keluar loe, temenin om yasa di depan. gue mo balik udah malem." kataku kesal sambil menarik tangannya agar berdiri. kami pun berjalan kedepan bersama, sampai depan aku langsung pamit pasa om yasa dan putra, dan dia hanya menganguk sejenak sambil senyum. lalu aku segera keluar dari rumah putra dengan sedikit berjalan cepat, dan harus menemui ibu untuk menanyakan masalah uang sisa penukaran kalungnya. sampai di rumah langsung ku cari keberadaan ibu, ternyata ada di kamar. tanpa banyak bicara langsung ku tanyakan masalah sisa kalung tersebut. "bu, ibu kok gak bilang kalau tukar kalung ada uang sisanya. sekarang mana sisa uang tukar kalungnya?" tanya ku langsung tanpa basa basi. "gak ada. udah ibu pakai." jawabnya santai. "ya ampun bu, pakai untuk apa?" tanya ku menuntut jawaban ibu. "pakai buat belanja, dan kakak mu perlu uang." jawabnya masih dengan wajah santainya. "ya ampun bu, itu om yasa nanyain uang sisa kalungnya. ani gak enak sama om yasa, dikiranya ani yak mau terima hadiah darinya." ucapku dengan nada kesal "ya udah bilang aja uangnya di pakai sama ibu. gitu aja gak enak." jawaban ibu datar tapi menusuk ke dalam hatiku. kulangkahkan kakiku menuju kamar dan membaringkan tubuhku sambil memikirkan semua ucapan ibu.kenapa ibu mempermalukan ku demi memenuhi keinginan kakak?. kenapa ibu gak memikirkan aku yang lebih kecil?. apa ibu sudah merencanakannya setelah melihat kalung yang ku pakai kemarin?. apa yang kakak inginkan sampai ibu berbuat begitu?. atau memang aku gak pernah ibu fikirkan ? aku gak tau lagi harus bagaimana mengatakannya pada om yasa. akhirnya aku hanya menangis dalam diam. aku merasa dirumah ini gak ada yang perduli dengan diriku dan perasaanku. padahal mereka saudara dan orang tua ku, kenapa mereka memperlakukanku seperti ini. apa salah ku. 'ya tuhan apa salah ku hingga ibu tega berbuat begini padaku.'
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN