TUL 25 - Orang-Orang Tidak Baik

1307 Kata
“Kamu di mana?” “Masih di rumah sakit. Kenapa, Mas?” “Mas sama Shindu ada di dekat taman kota. Kamu nanti susul ke sini, ya?” “Loh, kok nggak jemput si kembar?” “Si kembar ikut Caroline ke villa kerabat kami yang baru datang liburan ke Jepang. Mereka nginep di sana. Mas nggak bisa ikut karena besok harus ketemu klien,” terangnya. “Okay!” jawab Savira pendek. “Besok kamu ikut, Mas, ya. Baru setelah itu kita sama-sama berangkat liburan ke Korea selatan,” pungkasnya. Savira memang sengaja mengambil cuti dua hari agar bisa mengajak Shindu liburan. Dan rupanya liburan itu berbarengan dengan liburan Zaki juga dan keluarganya Ke Korea selatan. Alhasil mereka memilih untuk liburan bersama saja dibanding liburan masing-masing. Jarak Jepang ke Korea Selatan sendiri hanya empat jam perjalanan dengan menggunakan pesawat. “Ya udah. Nanti selesai shift, aku langsung ke sana nyusulin kalian.” “Iya, Mas tunggu!” Savira mematikan sambungan dan memasukkan ponselnya lagi ke dalam saku pakaian scrubnya. Ia lantas mengerjakan kembali tugasnya hingga jam pulang kerja selesai. “Kamu pulang saja. Saya mau naik bus ke taman kota. Ada Mas Zaki di sana,” katanya saat tiba diparkiran dan menemui pengawalnya seperti biasa. “Maaf, Nyonya tapi kami tetap harus melaksanakan tugas.” “Tidak apa. Tapi saya benar-benar ingin jalan ke sana sendirian.” “Kalau begitu saja akan tetap temani dari samping.” Savira tertawa. “Mobil akan melaju pelan sekali. Dan itu akan menjadi pelanggaran. Membahayakan pengendara lainnya,” terang Savira sekaligus mencari-cari alasan. “Kalau begitu saya akan meninggalkan mobil di sini dan mengantar anda dengan bus. Setelah bertemu Tuan Zaki saya akan kembali ke sini dan membawa mobil.” Savira mendesah berat. Sang pengawal sepertinya kali ini sulit dinego. Padahal kondisinya akhir-akhir ini baik-baik saja. Savira yakin tidak akan ada lagi yang berbuat jahat padanya mengingat adik ipar Tuan Kagawashi sudah meninggal. Dan Tuan Kagawashi sendiri memang tidak pernah mengganggu Savira untuk hal lain setelah kejadian itu. “Tapi saya benar-benar ingin sendiri.” “Maaf, Nyonya. Bukankah anda diculik juga karena dikira memiliki hubungan dengan Tuan Kagawashi?” Savira menatap pengawalnya dengan seraut kesal. “Kemarin kita sempat menggunakan mobil Tuan Kagawashi. Jika lawannya tahu kalau mobil itu digunakan oleh anda, bisa saja lawan Tuan Kagawashi berpikir anda ini kekasihnya. Dan anda bisa jadi sasaran lagi.” Pengawalnya benar. Tapi tetap saja rasanya berlebihan. Dan lagi jarak dari halte ke taman kota juga hanya lima menit menggunakan bus dan lima belas menit jalan kaki. Sudah lama sekali Savira tidak jalan-jalan sendiri di kota. Apalagi sejak memiliki pengawal, rasa-rasanya Savira jadi merasa minder karena ke mana-mana harus ditemani pengawal dan menjadi perhatian orang-orang. “Baiklah,” kalahnya lalu naik ke dalam mobil. Toh, nanti ia bisa jalan-jalan lagi dengan Zaki di taman kota. Dan tiba di taman, Savira kemudian mencari keberadaan Zaki dan Shindu yang rupanya sedang menggelar karpet di atas rumput dan menikmati waktu mereka. “Bunda!” Shindu langsung menyambut menyambut kedatangan bundanya. Sementara itu, Zaki yang semula sedang berbaring di dekat Shindu langsung bangun dan duduk bersila. “Mas kalau mau tiduran, tiduran aja. Nanti aku bangunkan.” “Iya. Tapi Mas mau ke toilet sebentar. Dari tadi nahan pipis.” Savira mengulum tawa geli sambil mengangguk dan mempersilakan Zaki sebelum ia kemudian bermain dengan Shindu. Savira membacakan buku cerita yang baru saja Shindu beli bersama Zaki dengan posisi kepala sang anak tiduran di paha wanita itu. Namun, di tengah Savira bercerita ia mendapat telepon dari seseorang yang ia kenali suaranya. “Anda sedang melihat saya, Tuan?” Savira mengedarkan pandangannya ke segala arah hingga ia menemukan sekumpulan orang yang berdiri dengan pakaian hitam-hitam dan berjaga di dekat sebuah belokan taman. Savira bisa melihat keberadaan Kagawashi yang tubuhnya sedikit terhalang tanaman tinggi begitu kerumunan orang-orang itu tersibak. Tak lama Tuan Kagawashi menghampiri sambil membawakan sesuatu untuk Savira dan Shindu. “Terima kasih, Om Tuan.” Kagawashi mendengus tipis mendengar panggilan barunya dari Shindu. Ia mengangguk lantas menatap Savira kembali. “Tadi saya lihat Tuan Zaki dan anak kamu. Saya pikir mereka hanya berdua.” “Iya, Tuan. Saya baru pulang bekerja. Tuan sendiri sedang apa di sini?” Kagawashi tak langsung menjawab. Ia menatap Savira lebih lekat sebelum akhirnya mengatakan kalau ia, “Akan bertemu dengan seseorang. Tapi sepertinya orang itu tidak akan datang,” terangnya membuat Savira hanya manggut-manggut lalu tertegun. Rasa-rasanya baru kali ini ia mendengar Kagawashi berbicara dengan cara yang cukup santai dengannya. “Kenapa?” Savira menggeleng. Bertepatan dengan kedatangan Zaki yang langsung menyapa Tuan Kagawashi dan mengajaknya berbincang. Mereka lantas pergi agak menjauh dari Savira dan Shindu sebelum Tuan Kagawashi akhirnya pamit meninggalkan taman. “Ini dari Tuan Kagawashi?” Savira mengangguk. Zaki mengambil satu suapan sushi dari kotak yang dibuka Savira. “Ini enak banget, Vira. Dia kalau belikan makanan nggak main-main rasanya. Beli di mana, ya, ini?” ucapnya sambil mengunyah sushi tersebut. “Daddy, makan nggak boleh sambil bicara. Nanti keselek.,” omel Shindu membuat Zaki tertawa dan akhirnya benar-benar tersedak bahkan hingga terbatuk-batuk. Savira memberikan pertolongan lalu memberinya minum setelah Zaki tidak batuk-batuk lagi dan menghabiskan makannya. “Ini siapa yang ngomongin, Mas, sampe bikin keselek gini?” Savira hanya mendengus sambil geleng-geleng kepala. Zaki malah membicarakan mitos yang ia duga menjadi penyebabnya tersedak. “Mas nih ngomong apa, sih?” “Daddy makannya sambil ngomong, sih. Jadi tersedak. Jangan nyalahin orang lain,” omel Shindu lagi dibalas tawa renyah Savira. “Iya. Iya. Daddy salah.” Mereka lantas melanjutkan makan. Bercengkrama hingga Zaki ketiduran bersama Shindu. Savira lantas membereskan kotak makanan sekali pakai yang dibelikan Kagawashi dan membuangnya ke tempat sampah. Saat itulah ia melihat Kagawashi dan anak buahnya menarik seorang pria yang terlihat sudah babak belur ke dalam mobil. Savira lantas bepura-pura tak melihat mereka lalu bergegas kembali pada Zaki dan anaknya. “Mas! Mas!” Savira membangunkan Zaki dengan menggoyangkan lengannya. Zaki membuka mata dan termangu dengan mata yang masih mengantuk saat menatap Savira. “Loh, kamu kok ada di sini?” selorohnya tanpa sadar. “Eh? Maksudnya?” Zaki mengerjap. Ia seperti mimpi dan akhirnya baru menyadari kalau ia sedang ada di taman dan tentu saja bersama Savira. “Haduh, Mas mimpi, Vira.” “Sore-sore gini?” “Ya mana, Mas, tahu jadwal mimpinya. Kenapa?” “Kita pulang sekarang aja, yuk, Mas.” “Tapi Shindu masih tidur.” “Nggak papa. Di gendong aja ke mobil. Nanti aku yang beresekan.” “Kenapa?” Zaki menatap curiga pada Savira. Wajahnnya terlihat tak tenang dan gusar. “Nggak papa. Nanti aku jelasin. Tapi kita pulang dulu sekarang. Aku nggak tenang ada di sini.” Mau tak mau Zaki mengangguk setuju lantas bangun dan menggendong Shindu yang masih tertidur. Savira sendiri langsung membereskan perlengakpan piknik yang dibawa Zaki sebelumnya. Barulah ketika keduanya sudah berada di dalam mobil yang sama, Savira menceritakan hal yang ia lihat saat membuang sampah. “Sebenernya kerjaan Tuan Kagawashi itu apa, sih, Mas? Aku jadi takut.” Zaki tampak diam dengan seraut tenang yang justru membuat Savira merasa tak aman. “Mas nggak bisa kasih tahu. Taruhannya nyawa kita. Intinya, kamu sebisa mungkin jangan berhubungan dengan Tuan Kagawashi secara sengaja.” “Maksudnya?” “Jangan sengaja menjalin pertemanan dengannya. Sekali kamu terjerat, seumur hidup kamu tidak akan bisa lepas darinya nanti.” Savira terhenyak. Tatapannya lalu beralih ke belakang di mana Shindu sedang tidur dengan posisi setengah berbarik di kursi dan mengenakan sabuk pengaman. Zaki ikut menatap Shindu lewat kaca spion mobil tengahnya. Tak ada niatan ia mengatur kehidupan Savira. Dengan siapa ingin berteman, bahkan jika Savira ingin menjalin hubungan dengan pria lain. Namun, Zaki tetap memiliki tanggung jawab untuk menjaga keselamatan Savira dan Shindu dari orang-orang yang menurutnya tidak baik. Dan salah satunya adalah Tuan Kagawashi. Zaki tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi lagi pada Savira.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN