kedua bola mata Anissa melotot saat baru dimasukkan sepotong sandwich itu. Sungguh, Anissa baru merasakan roti isi daging enak dan selembut itu. Jadi, itu yang membuat antara perut dan mulut saling bersimbiosis mutualisme. Perempuan itu pun terpaksa mengunyah sampai menelannya. “Pak Refal, kenapa jadi mengomentari hidup saya terus ya?” “Saya bukan ingin mengomentari. Tapi, antara ucapan mulutmu dengan tindakanmu itu tidak balance. “Ya kan, tadi Pak Refal menawarkan sendiri untuk makan bareng di sini, dan kalau yang tadi di ruangan itu perut saya memang gatel,” sikat Anissa. Gatel karena pengin makan nih orang satu! “Ya sudah, daripada kamu ngoceh terus kayak beo. Kamu lebih baik habiskan makanan itu terus kembali bekerja,” sahut Refal dengan malas. Sebenarnya yang membawa sandwich bu