Lelaki itu yang baru saja hendak menelan roti pun tersedak mendengar jawaban dari wanita itu. Sontak, Anissa pun merasa salah tingkah saat tangan lelaki itu sibuk mencari minumnya. “Ini, Pak.” Anissa pun memberikannya. Leher lelaki berwajah tegas itu pun akhirnya akhirnya bergerak dengan cepat membuat Anissa malu setengah mati. “Pak ma—maaf, saya bukan bermaksud un—” “Kamu pingin hamil?” Kedua bola mata Anissa membulat, dia pun menggelengkan tangan dan kepalanya secara bersamaan. “En—enggak kok, Pak,” sahut Anissa dengan terbata-bata. “Lagian, Mamah kan sudah tahu dengan masa lalu kamu. Masa iya, dia minta terang-terangan ke kamu?” “Ya … ya saya juga gak tahu. Mamah tiba-tiba aja bilang gitu.” “Tapi, kamu mau kalau saya hamili?” Anissa yang sedang mengunyah roti itu pun kini just