Anissa mencebikkan bibirnya. “Ya, kalau gak cemburu kan gak perlu marah-marah gak jelas.” “Siapa yang marah? Saya kan biasa begini, kamu aja yang baperan! Gitu aja udah ngerasa cantik?” elak Refal. Anissa pun mengeluarkan jurus dengan melambaikan hijabnya lalu mengambil pensil alis untuk menambah aura kecantikannya. Lelaki itu pun berhenti seketika lalu mengambil pensil alis itu dari tangan Anissa yang hendak mengukirnya. “Saya tunggu di sini. Tuh, di depan ada warung. Katanya, mau beli minum?” Anissa pun melirik lelaki itu dengan wajahnya yang begitu memerah. Huh, dasar! Bilangnya gak cemburu, tapi dandan dikit aja langsung disikat! Anissa pun keluar untuk membeli minum di warung samping jalan. Suara mobil bertabrakan sampai memperlihatkan kefokusan Anissa melihat tempat kejadian