“Anissa, jangan-jangan kamu …?” Refal pun mengangkat kedua alisnya. Dia pun mengusap wajahnya dengan gusar. Dia masih belum menginginkan kehamilan Anissa yang takut akan membuatnya semakin jatuh cinta. Refal belum seratus persen yakin dengan Anissa yang mau mempertahankan rumah tangganya itu. Anissa pun menunduk. Dia tidak sanggup melihat wajah Refal yang tiba-tiba datar seperti mengetahui tentang sesuatu. Dia pun mendongak lalu memegang kedua tangan lelaki itu. Dia berusaha untuk mendekatinya yang membuat jantung Refal semakin berdebar dengan kencang. “Mas?” “Iya?” “Bagaimana jika aku hamil anakmu?” Refal mengangkat kedua alisnya. “A—apa secepat itu? Kita kan baru beberapa hari ini melakukan itu, Anissa?” “Jika Allah berkehendak, apa kamu menerima takdir ini? Kita melakukan itu