Arti sebuah Substansi

1007 Kata
Persahabatan merupakan harga mati untuk laki-laki Aku memahaminya. Sekalipun sahabatku tidak banyak. Lingkup persahabatan kecil antara kami bertiga sungguh mengajariku banyak hal. Hal-hal yang takkan kudapat jika tak bertemu. Dan menjalin hubungan dengan mereka. Ya, yang namanya persahabatan itu memang sangat penting. Sampai terkadang aku berpikir: untuk apa jatuh cinta? Cinta itu ambigu. Cinta itu fifty-fifty, tidak jelas. Aku bahkan sering dengar dari seorang saudara yang berprofesi sebagai dokter. Ia sering berkisah tentang orang-orang yang sampai menderita sakit kepala bahkan beberapa jenis penyakit lainnya HANYA karena masalah cinta. Daripada mengambil resiko jatuh cinta. Aku lebih memilih mempertahankan apa yang sudah aku miliki sebagai seorang pribadi saat ini. Aku telah bersumpah untuk tak akan pernah jatuh cinta. Dan membiarkan hal itu saja merusakku. Mungkin menurut orang lain aku ini terlalu idealis. Tapi, tidak seperti itu, kawan! Ini adalah jalan terjal berduri yang rela aku tempuh. Jalan untuk tidak membiarkan diri jatuh cinta. Jatuh dalam sesuatu yang tak bisa aku pastikan bagaimana akhirnya. Jalan untuk membuang masa muda yang kata orang hanya sementara. “Gue denger Raymond sama habis Kalista putus, lho,” cerita Baek membuka obrolan kami di kantin saat istirahat. “Perasaan lu up to date banget dah masalah status hubungan orang. Siapa aja putus nyambung atau baru jadian pasti tau. Udah kayak wartawan infotainment aja. Cita-cita jadi tukang ghibah apa lu?” komentar Akio. Benar juga. “Sembarangan lu! Gue itu ya menjadikan hubungan orang lain sebagai tolak ukur kualitas hubungan gue sendiri. Dengan banyaknya hubungan yang hancur sebentar jalan. Menandakan hubungan gue sama Sabrina berkualitas. Relationship goal!” sahut Baek bangga. “By the way, gue bingung sama Raymond. Dia tajir, keren, idola cewek,” kata Akio. Memegang dagu dengan wajah serius. “Terus kenapa?” tanya Baek. “Kenapa cowok-cowok keren itu namanya gitu, ya? Raymond. Justin. Steven. Samuel. Nicholas. Ndak Njowo,” jawab Akio. Dia tidak bercermin pada namanya sendiri. Akio Morita? Di mana Jawa-nya itu? “Itu… namanya… pengaruh substansi nama,” kata Akio menyuarakan isyaratku. “Maksudnya?” tanyanya. Plok. Baek menepuk tangannya. “Manusia cenderung menyukai sesuatu yang udah dapet cap bagus. Nama-nama kayak gitu kedengerannya di masyarakat umum enak. Keren. Menjual. Gaya. Itu kan nama-nama penduduk bangsa penjajah. Makanya kalau ditambah mereka keren juga bakal jadi nilai tambah.” “Tatoeba?” tanya Akio. Weeekh… wibu-nya kumat. Tatoeba itu kalau tidak salah artinya, for example. “Contohnya orang ini, ya,” jawab Baek sambil menepuk pundak-ku. “Dia juga pinter banget, lho. Perasaan sih nggak kalah keren juga ya dari Raymond. Tapi, kenapa dia nggak bisa sengetop Raymond coba?” tanyanya dengan semangat membara. “Karena namanya…?” jawab Akio balik tanya sambil menyipitkan satu kelopak mata. Tidak masuk akal. Rumput yang tengah sibuk bergoyang pun mengetahuinya. Wahai penguasa angin. Berilah angin yang berhembus terhadap kebenaran pada mereka. “Apa bisa coba lu kasih contoh yang jauh lebih luas?” tanya Akio lagi. “Apalah arti sebuah nama? Dixit Shakespeare. Menurut lo Romeo and Juliet bakal seterkenal itu kalau namanya Parman dan Juminten?” tanya Baek. “Kekuatan sebuah nama, ya,” kata Akio sambil sok memasang tampang berpikir keras. Walau aku tidak yakin apakah dia benar-benar sedang berpikir dengan keras atau tidak. Hmm. “…” “…” “Lalu, apakah persahabatan akan jadi sesuatu yang buruk apabila namanya berubah menjadi permusuhan?” tanyaku. “Tadi kan elo sendiri yang ngomong soal substansi nama,” protes Baek, “Kenapa sekarang malah mempertanyakan balik, dah? Jangan bikin gue bingung dah lu!” “Wahai Baek Nam Dong, apa yang aku bicarakan itu barulah sebuah wacana dalam pikiranku. Sesungguhnya aku sendiri belum yakin. Terlalu banyak pertentangan. Hal-hal yang tidak sejalan,” jawabku. “Contohnya ada seseorang yang bernama Baik Hati Sekali. Namun sifat dan perilakunya hewani sekali. Ini seperti persimpangan antara arah mata angin. Andai bintang sanggup berbicara.” Aduh, gue mulai mual deh kalo udah denger dia begini. Tumben si Baek masih diem aja. Akio melirik Baek. “Mungkin ini yang Emak bilang. Nama itu doa. Doa terkabulnya di tangan Yang Kuasa. Intinya berdoa aja. Suatu saat lo pasti bisa jadi keren walau dengan nama lo itu, men,” kata Baek sambil menepuk salah satu pundakku yang bidang. “Ganti nama aja, bro. Jadi, Brandon, Michael, Justin, David, Aldebaran, atau Verrel sekalian,” saran Akio, “Gue yakin habis itu lo bakal langsung jadi top. Itu nama-nama orang yang cocok jadi karakter utama dalam sebuah cerita, ‘kan? Nama-nama yang GANTENG.” Kalian itu benar-benar ya, benar-benar sama sajaaa!!! ……. Di kamar ini aku berada seorang diri. Setelah belajar untuk hal yang akan dipelajri besok dan mengulang pelajaran yang diajarkan tadi. Aku termenung sendiri. Ada pepatah mengatakan persahabatan antara lelaki lebih kental dari darah. Ya, itu tidak salah juga, sih. Tapi, gara-gara hal itu juga aku jadi menyadari sesuatu. Sesuatu yang besar karena menyimpan kenyataan akan dunia. Kebenaran akan diriku sendiri. Siapa aku sebenarnya. Atau yang lebih tepat mungkin, siapa aku sebenarnya? Siapa yang bisa beri jawaban akan pertanyaan yang baru aku lontarkan kalau bukan diriku sendiri? Bagaimana menurutmu sendiri, semesta? ……. Suatu malam di ruang grup chat 3 pemuda pencari masa depan: Prof. Park Handsome: Kawanku, apabila engkau memiliki sebuah rahasia yang besar. Akankah kau beritahu rahasia tersebut pada sahabatmu? Dr. Baek Sen Jo: Ya kagak, lah. Ngapain anjir. Galau bat dah lu kayak cewek PNS aja. Dr. Baek Sen Jo: PMS anjir. Prof. Park Handsome: Namun bagaimana jika hal itu akan amat sangat mengganggu dirimu jika disimpan seorang diri? Apa kau akan tetap menyimpannya dalam hati walau rasanya akan terus menyakiti? Dr. Baek Sen Jo: Ya kasih tau aja kalau gitu. Bro, ini bukan hal yang harus kita pusingin sebagai anak muda di era krisis iklim dan resesi ya. Dr. Baek Sen Jo: Ah, ngomong apa sih gua. Prof. Park Handsome: Apa bisa tolong jelaskan apa yang kau maksud wahai sahabatku? Dr. Baek Sen Jo: Kalo lo nanya lagi. Jawabannya bakal beda lagi. Itulah yang kami para manusia biasa sebut sebagai, kekuatan substansi sebuah situasi! Prof. Park Handsome: …
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN