Petualangan Var selama magang di kantor Æthernal Corp. belum usai. Masih beberapa hari lagi tersisa. Dan ia telah berusaha untuk kerahkan seluruh upaya demi dapatkan citra sebaik, sebersih, dan sesempurna mungkin. Entah di mata para pegawai. Di mata para atasan. Rela “m******t sepatu” mereka bahkan.
Pokoknya ia harus sesegera mungkin temukan apa hubungan antara PT. Valuable Kanpeki kantor ayahnya dan Æthernal Corp. kantok pemilik sekolahnya. Titik tidak pakai koma!
Selain menjabat sebagai rektor. Ayahnya adalah salah satu pengusaha termahsyur di negeri ini. Ia belum pernah terlibat dalam skandal atau hal buruk apa pun. Perusahaan yang dirintisnya dari nol itu pun mendukung penjagaan ekosistem dan peduli pada orang-orang kecil. Ia tak pernah menyembunyikan apa pun.
Namun, apakah benar seorang manusia biasa bisa hidup tanpa ada sedikit pun rahasia? Tentu saja tidak. Dan sekarang Var akan berusaha menguak hubungan rahasia tersebut. Sesuatu yang ia curigai sebagai hubungan “gelap” antar dua perusahaan tersebut. Kantor Æthernal Corp. dan kantor Valuable Kanpeki. Bukan hanya sebagai anak ayahnya. Namun, juga sebagai siswa Spebius yang sedikit reckless. Penantang bahaya seperti Panji si petualang.
“Wahai saudara-saudara para orang dewasa pemegang kuasa, sepertinya kalian harus segera tau sepinter apa gue sebenarnya,” pede anak remaja itu dengan kedua mata nanar menatap layar laptop yang menampilkan beberapa situas deep web. Di bagian paling kelam internet. Ia temukan nama Æthernal. Entah yang mereka maksud adalah Æthernal Corp. atau Æthernal lain. Yang jelas ini cukup menarik untuk buat Var memutuskan berselancar lebih jauh.
“Æthernal Corp. terlibat dalam bisnis terlarang?” ia membaca lirih. Sedikit terkejut.
Æthernal Corp. Salah satu perusahaan besar dan terkenal di Indonesia yang berkecimpung dalam banyak lini bisnis. Dicurigai beberapa badan internasional berkecimpung dalam perdagangan gelap benda-benda yang seharusnya tak boleh ada di dunia. Ratusan pabrik mereka yang tersebar di seluruh penjuru dunia pun menuai kecurigaan karena kerahasiaannya.
“Ariy adalah general manager Æthernal Corp. Mustahil dia bisa mencapai posisi tersebut di usia begitu muda kalau nggak ada rahasia udang di balik bakwan di balik itu semua.
“Ya Allah, hamba belum pernah begini tertarik sama sesuatu. Ha... ha… ha… hwa ha ha!!!”
Dari balik pintu kamar Var. Val mengamati putranya. Jangan melangkah lebih jauh. Kamu akan terjatuh. Berhenti di sana! Namun, kata itu tak terucap.
*
“Apa yang mau lo lakukan?” tanya Ariy saat keluar dari salah satu stall toilet. Untuk kali ini ia memang sedang iseng ingin mencoba toilet rakyat jelata, maksudnya pegawai biasa di kantor itu. Sekalian beri Var kesempatan untuk laksanakan rencananya. Sudah ia segel toilet dengan tanda sedang dibersihkan. Walau pasti hanya akan bertahan sebentar. Sebelum seorang pegawai mengonfirmasi ke bagian kebersihan kantor.
“Lo pasti nggak mau pegawai lain tau kalo lo masih duduk di bangku SMA. Masih remaja. Masih anak bocah. GM. General manager. Jin Ma. Ditambah Kim karena lo penggemar Kim Taehyung. Lo pikir gue bakal ketipu?!” nyolot Var dengan seribu gaya. Ia tak takut berhadapan dengan siapa pun demi membela kebenaran. Inilah kebanggaan sebagai pendekar PSHT (Pendekar Setia Hati Terate, salah satu perguruan silat paling besar di Indonesia).
“Gue sibuk,” respon Ariy singkat.
“Kenapa lo lakukan semua ini? Apa yang lo dan ayah gue sembunyikan?” tanya Var lagi. Belum menyerah dengan keingintahuannya. Sudah seperti anak umur lima tahun yang masih semangat mencari tau akan segala sesuatu.
“Tanya ayah lo aja, lah!” balas Ariy sengit.
“Ariy!” teriak Var.
“Gue nggak punya kewajiban buat mengatakan apa pun pada lo, Pa… re U… din. Kalau ayah lo sebagai pemilik Valuable Kanpeki aja tidak memberitahu lo. Apa juga urusan gue? Lo itu sodara gue juga bukan, a***y!” balas Ariy tak kalah ngegas.
Aduh, benar juga, sih. Var masih berusaha bicara, “Ya seenggaknya kan…”
“Tindakan lo bisa gue anggap sebagai upaya mengancam keselamatan petinggi perusahaan, ya. Jangan sampai usaha cari perhatian dan cari muka lo yang super lebay itu jadi gagal total karena gue laporkan hal ini ke Mbak Kiranti,” ancam Ariy, “Sebaiknya lu membuka mata sama perbedaan kasta kita di tempat ini, b*****t!” lanjutnya makin ngegas.
“Kalau lo berani lakuin itu… bakal gue bikin lo menyesal,” ancam Var tak main-main.
“Sayangnya ini bukan dunia yang sama dengan yang lo kuasai, Pare Udin,” balas Ariy santai.
DBUG! Bruuk.
“Seharusnya lo nggak pernah datang ke sini atau terlibat dengan semua yang ingin lu cari tau, Variya,” sesal Ariy menatap tubuh Var yang sudah tak sadarkan diri akibat bogeman mentahnya.
*
Ariy turun taksi di depan suatu g**g perkampungan. Dari sana ia berniat lanjutkan perjalanan dengan ojek pangkalan yang masih ada di sekitar sana. Ia pinta pengemudi ojek berhenti di depan sebuah rumah sederhana.
“Ini kembaliannya, Mas,” kata tukang ojek menyodorkan tiga lembar sepuluh ribuan.
“Ambil aja, Pak!” jawab Ariy.
Tukang ojek itu langsung tersenyum lebar dengan mata berkaca-kaca. Dengan cepat berkata, “Terima kasih, Mas.”
Raki mengintip kedatangan Ariy dari balik jendela. Ia langsung keluar untuk menyambut sekaligus meledeknya, “Nggak mau dompetnya diisi uang kecil ya, Mas? He he he.”
“Bukan gitu juga, neng,” respon Ariy, “Gue kasian sama ojek pangkalan kayak mereka. Dini hari pasti jadi makin sepi, ‘kan? Karena kegerus sama ojek online.”
“Dasar cengeng,” ledek Raki lagi sambil menonjok ringan perut Ariy. “Inilah dunia, bro. Dunia akan terus berputar dan meninggalkan mereka yang tak mau melangkah.”
“Nggak semua tukang ojek tuh bisa pakai aplikasi, Ki. Lu nggak liat tukang ojek tadi? Udah tua gitu nggak pakai kacamata lagi. Boro-boro beli gadget. Ngisi pulsanya. Hati gue tercabik-cabik sih kalau nggak bisa bantuin orang kayak mereka,” respon Ariy “lebay”.
“Dasar cengeng,” ulang Raki bahagia mengata-ngatai Ariy yang pada hari biasa nyaris selalu tampil flawless sebagai seorang SUP.
Berhati sensitif dan gampang kasian. Gue aslinya emang nggak cocok jadi eksekutif muda, batin Ariy berusaha menabahi nasib yang tak sesuai kehendak hati.
“Oi, ini minumnya. Kenapa lu diem? Nggak usah khawatir karena main ke rumah gue. Orang tua gue udah percaya banget sama lo,” ucap Raki santai.
Tiba-tiba wajah Ariy tampak ragu. “Sebenernya gue…”
Jangan-jangan Ariy mulai punya rasa sama gue. Kyaaa!!! Udahlah, Riy, kita temenan aja dulu. Saling mengenal gitu, batin Raki kepedean nista.
“laper. Belum sempet makan pagi langsung ngantor,” rintih Ariy sambil memegangi perut.” Ia mengajak, “Makan di luar, yuk.”
*
Tak lama kemudian. Kedua anak remaja itu pun memutuskan untuk makan di warung yang menjual berbagai macam jajanan tradisional. Seperti pempek, batagor, somay, otak-otak, papeda, mi ayam, seblak juga makanan lain. Melihat deretan menu favorit ditambah harga super terjangkau. Ariy kalap memesan sepuluh porsi batagor campur somay dengan ekstra saus kacang dan saus merah (yang entah dibuat dari cabai macam apa) super banyak. Raki langsung geleng-geleng kepala melihat sobatnya yang doyan sekali makan. Ariy memang salah satu pembawa acara mukbang alias siaran makan yang cukup terkenal di YouTube karena kemampuan makan besarnya yang luar biasa.
“Lu pesen berapa porsi dan makanan apa aja terserah,” beritahu Ariy tanpa sedikit pun alihkan pandangan dari daftar menu yang sudah seperti beri pemandangan akan gundukan harta bernilai trilyunan. Ia benar-benar cinta pada segala jenis makanan.
“Gue lagi pengen punya badan kayak Lisa Blackpink. Porsi makan gue harus dijaga, cin,” jawab Raki. Mulai terinspirasi bodi kakak-kakak SUP yang bagai anggota girlband Korea.
“Huh, dasar menyia-nyiakan hidup,” kata Ariy menyerahkan daftar menu ke pelayan.
Sambil menunggu pesanan. Ariy memulai obrolan dengan Raki. Raki sangat nyaman berbincang dengan Ariy. Seakan-akan pikiran mereka berjalan di jalur yang sama. Apa saja yang ia katakan. Ariy selalu mendengarkan dan tak pernah menyela. Ariy memang jarang bicara atau berekspresi. Tapi, ia selalu mendengarkannya. Satu hal yang belum pernah ia dapat dari siapa pun yang lain di dunia ini.
Makanan disajikan. Walau sedang makan. Ariy tetap memperhatikan dan tak lupa merespon setiap ucapan Raki. Tanpa sadar itu membuat Raki tergila-gila padanya. Ia merasa Ariy adalah orang terbaik di dunia.
Archer? Huh, lewat, jauh.
“Pengen punya pasangan yang kayak gimana?” tanya Raki tiba-tiba. Terbawa perasaan.
“Otaku (istilah untuk penggemar berat hal-hal berbau Jepang. Seperti game, anime, manga atau lainnya) kali, ya,” jawab Ariy terus menyantap piring batagor ketiga.
Gue kan otaku. “Terus?” tanya Raki lagi, semangat.
“Nggak ada kriteria, sih. Pokoknya dia bisa bikin gue suka dan merasa nyaman sama dia. Sama aja kok kayak orang biasa,” lanjut Ariy.
Hati terdalam Raki berteriak, bagaimana caranya. Boleh nggak gue mencoba bikin lo suka sama gue. Kenapa cara kita memilih orang yang kita cintai harus sama.
“Menurut lo gue cantik?” tanya Raki lagi.
Ariy menghentikan aktifitas makannya. Dipandangi wajah Raki lekat-lekat. Ia paling benci diberi pertanyaan macam ini. Ia takut dibenci karena jawabannya.
Semburat merah muncul di wajahnya. “Ih, jangan ngeliatin gue gitu. Salah fokus, dih.”
Ariy menggeleng pelan. Semburat merah perlahan pudar. “Kalau boleh jujur… gue sama sekali nggak tau, Ki,” ia menjawab lirih.