Sempurnakan Semua Tentangmu

1546 Kata
Pagi ini lalu lintas macet banget. Sudah hampir setengah jam stuck masih disini sini saja. Mau ambil jalan pintas, sudah tanggung. Sebenarnya gedung kantor juga sudah kelihatan dari sini. Entah ada apa di depan sana sampai bisa macet parah begini. Banyak mobil dan motor pada melipir. Mereka memilih sarapan dulu atau sekedar ngopi sambil menunggu lalu lintas terurai. Kulihat jam di tangan ku sudah menunjukkan jam 8 lebih 5 menit. Huft, telat deh. Tapi apa mau dikata, namanya macet begini siapa juga yang mau? " Jadi begitulah Dri. Gue udah berupaya agar jangan sampai lo yang di pindah ke cabang baru. Gue udah bilang kalo lo ada anak yang masih sekolah. Tapi alasan management SK nya udah di buat dan secara kapasitas cuma lo yang memenuhi syarat" tukas pak Jhon di ruangan kantor nya. Aku duduk di depan nya sambil bersandar. Aku di panggil karena ada SK dari kantor pusat untuk me mutasi kan aku di cabang baru. Disana membutuhkan tenaga supervisor baru. Otomatis gajiku juga pasti bertambah. Masalahnya cabang baru itu ada di luar pulau Jawa ini. Hal itulah yang membuatku terdiam. Aku cuma mengatakan kepada pak Jhon untuk mengajukan banding lagi ke kantor pusat. Cuma jika hal itu tidak juga di kabulkan, aku meminta waktu untuk berunding dulu dengan Nita. Senja ini aku tidak terlalu bersemangat. Kejadian hari ini cukup menyita energi otak ku juga. Kuputuskan untuk menikmati senja saja di pinggir kota ini. Di tepi danau bekas galian proyek, di bawah pohon entah pohon apa namanya cuma daunnya cukup rindang. Angin senja bertiup sepoi menerpa wajah. Aku ingin bicara dengan Nita disini saja. Tadi dia sudah aku telpon Aku ingin bertemu dengan nya disini. Jika ada hal penting yang ingin aku bicarakan padanya. Entah kenapa aku sangat suka menikmati sore di tempat ini. Secangkir kopi yang ku beli dari warung yang di bungkus plastik dengan cup plastik serta sebungkus rokok cukup bisa menjadi penghubung antara aku dengan sore. Aku bisa menerima sebuah kenyataan meskipun itu pahit, ketika aku sudah menyatu dengan senja. " Aku kan kerja juga mas. Kalau aku harus ikut kamu, lalu pekerjaan ku bagaimana? sementara aku ada 2 anak yang harus aku nafkahi juga kan. Ya meskipun hanya nafkah bathin. Tapi kehadiranku pasti di butuhkan mereka. Dan begitupun juga dengan ku" tukasnya sambil memakan jajanan kecil yang dia bawa. Aku tak menjawab. Sudah kuduga pasti inilah jawaban yg akan dia kemukakan. " Kita menikah ya menikah saja. Nanti kamu pindah, tapi aku tetap disini" tambahnya, seraya menyuapkan jajanan itu ke mulutku. " Aku tidak setuju jika seperti itu. Justru kita menikah agar kita bisa terus bersama. Sekarang kalau kita menikah tapi terpisah, apa rasanya?" tukasku. " Iya juga sih. Bagaimana ya sebaiknya?" tanya nya sambil menyandarkan kepalanya di bahu ku. " Ya sudah, aku resign saja" jawabku. Nita terkejut. " Terus kamu kerja apa?" tanya nya sambil melihat ke arahku. " Aku jadi marketing freelance saja. sekalian usaha. Aku kan bisa nulis, punya banyak karya lagu juga. Mungkin aku bisa manfaatkan itu semua. Atau aku jadi content creator juga bisa. Banyak lah cara nyari duit. Yang penting kita bisa sama sama" ujarku sambil tersenyum menatap ke arahnya. Dia membalas senyuman ku sambil mengangguk. " Ya semoga saja ini solusi yang terbaik bagi kita" balasnya kemudian. Memang cukup membingungkan. Akan tetapi segala sesuatu pasti ada konsekuensi nya. Terlepas ini adalah solusi terbaik atau tidak, ya kita coba jalani saja. Sambil merancang bagaimana nanti ke depan nya. sambil ber do'a semoga saja semuanya di berikan kelancaran. Dengan berat hati, akhirnya aku menanda tangani surat pengunduran diri. Aku sudah mantap untuk menjadi freelance saja agar bisa lebih fokus bersama keluarga. Tidak ada salahnya memanfaatkan dunia digital untuk mendapatkan penghasilan. Apalagi di jaman sekarang teknologi terutama internet sudah seperti kebutuhan pokok. Manusia normal memanfaatkan internet untuk bekerja, berkarya, hiburan dan masih banyak lainnya. Mungkin untuk awal awal akn terasa berat. Tetapi pasti nanti akan ada hasil ke depan nya semakin berkembangnya dunia hiburan di internet. Untuk kebutuhan sehari hari sementara aku memanfaatkan sisa tabungan ku dan gaji terakhir. Seperti yang sudah di rencanakan sebelumnya, jika malam ini aku akan berbicara kepada orang tua nya Nita. Membahas mengenai rencana pernikahan kami. " Jadi maksud kedatangan saya adalah untuk membicarakan rencana pernikahan saya dengan Nita, anak bapak. Mohon maaf sebelumnya jika saya sudah lancang. Setelah beberapa bulan kami menjalin hubungan, dan kami merasakan adanya kecocokan, maka kami putuskan untuk maju ke jenjang pernikahan. Dan maksud kedatangan saya adalah meminta restu dari bapak dan keluarga" ucapku. Si bapak terlihat tersenyum. Kain sarung yang di pakainya sedikit di benahi agar mendapat posisi duduk yang nyaman. " Kami terima maksud kedatangan nak Andri dengan baik. Sebagai orang tua kami setuju saja jika memang nak Andri dan Nita sudah memiliki kecocokan. Hanya saja untuk keputusan final, kita menunggu Abang nya Nita ya" sahut si bapak. Aku mengangguk. " Ayo sambil di minum kopi nya nak" ajak si bapak. aku mengiyakan. Sambil menunggu kedatangan abang nya kami berbicara ngalor ngidul. Banyak hal yang di tanyakan bapak nya Nita kepadaku. Mulai perkejaan, pendapatan, status rumah tinggal, sanak keluarga yang ada di kota ini, pokoknya lumayan detail. Aku berbisik dalam hati, Sudah seperti mau di survey kredit mobil aja nih. Hehehe. Tapi ya wajar saja. Namanya anaknya akan di lepas secara seutuhnya untuk hidup dengan orang yang di cintai oleh anaknya, jangan sampai anaknya merasakan kesusahan. Baik secara finansial maupun secara bathin. Beberapa menit kami ngobrol, tak lama datang abang nya Nita bersama anak dan istrinya. Dia tidak langsung nimbrung bersama kami. Melainkan langsung masuk ke dalam dan mengajak bapaknya masuk. Sepertinya ada yang penting dan rahasia yang ingin mereka diskusikan. Aku duduk sendiri di ruang tamu. Awalnya aku tidak memiliki pikiran apapun. Ya mungkin mereka benar benar selektif untuk memilih calon menantu dan adik ipar. Sampai akhirnya, Bapak dan abangnya Nita keluar duduk bersama ku di ruang tamu. " Lama ya nunggu nya? maaf ya. Jadi begini nak Andri..." ujar si bapak membuka percakapan. Aku fokus mendengarkan. " Mengenai hajat nak Andri untuk meminang Nita, kami terima dengan senang hati. Namun, mohon maaf, setelah kami berunding, sepertinya keinginan nak Andri untuk meminang Nita tidak dapat kami setujui" ujar bapak sangat sopan. Jantung ku seperti berhenti berdetak. Beberapa detik aku black out. " Mohon maaf pak, alasan nya apa ya sehingga pinangan saya di tolak?" tanyaku sedikit tegang. Kali ini, abang nya Nita yang menjawab. " Begini Bro, Kami sebenarnya sudah ada calon buat Nita. Jadi mohon maaf sekali jika permohonan pinangan mu kami tolak" ujarnya. Aku menarik nafas panjang. Kok jadinya begini? bukan mengenai tolakan mereka yang sebenarnya tidak etis. Karena jauh sebelum saat ini pun aku sudah bertanya kepada Nita, apakah sedang dekat dengan seseorang, atau sedang di dekatkan oleh keluarga terhadap seseorang, Nita menjawabnya tidak ada. Dan ketika kami sudah sejauh ini, apa yang ku harapkan, mendapatkan halangan yang berat seperti ini. " Apakah mungkin sebaiknya tidak di pertimbangkan dahulu pak, bang, pinangan saya?" tanyaku dengan nada sedikit di tekan. " Oh, tidak. Ini sudah final. dan kami memutuskan menolak baik untuk saat ini bahkan sampai kapan pun" jawab abang nya dengan nada tinggi juga. " Baiklah jika demikian. Saya mohon diri dulu, mohon di maafkan jika ada kesalahan" ujarku sambil bersalaman lalu beranjak pergi. Dengan perasaan tidak menentu ku pacu si Jagur sembrono. Beberapa lampu merah ku terobos. Aku tak perduli. Jika sudah begini, hati dan pikiran ku seakan tidak sinkron. Terasa hp ku bergetar di saku celana. Aku tak perdulikan. Jika tidak ingat ke Veldi, ingin rasanya aku pergi ke tempat hiburan malam untuk setidaknya meringankan beban ini. Tetapi aku urungkan niat itu. Aku tidak ingin anak ku melihat aku dalam keadaan mabuk. Dan aku pun tak ingin memberikan contoh buruk kepada dirinya. Ku putuskan untuk pulang saja ke rumah. Kini hari hari ku terasa berbeda. Aku jadi mirip dengan Hilda. Bekerja di rumah. Yah namanya juga content creator baru, masih belum maksimal penghasilan nya. Semua kesempatan aku isi seperti suplai lagu, bikin n****+, bikin video. Meskipun hubungan kami tidak di restui, tapi kami tetap berkomunikasi. Baik lewat chat, telpon maupun ketemu langsung. Secara hubungan asmara kami, cenderung baik baik saja. Malah lebih intens. Hanya saja, kami terpaksa berhubungan back street. Karena jelas jelas pinangan saya di tolak waktu itu. Itu juga berarti jika kami tidak lagi boleh berhubungan. Nita sering bercerita soal abang nya yang bersikap keras terhadapnya. Bahkan dia sampai di caci maki. Hanya saja tipikal dia adalah tidak berani melawan. Sehingga abang nya semakin leluasa meng intervensi kehidupan nya. Pernah juga di bercerita akan di jodohkan dengan lelaki tua kaya ber istri. Untuk di jadikan istri ke dua oleh bapaknya. Akan tetapi dia menolak. Banyak sekali kisah kisah menarik darinya yang ku jadikan lagu. Atau n****+. Karena menurut ku, kisah seperti ini untuk jaman sekarang sudah terasa aneh, tetapi keberadaannya masih tetap ada. Ya seperti yang di alami Nita inilah contohnya. Dan biasanya kisah kisah seperti ini mampu menarik perhatian netizen baik dalam bentuk lagu maupun n****+. Besok malam aku janji akan menemui nya di tempat biasa kami bertemu. Hari ini, bonus dari salah satu platform media yang aku isi, cair. Aku ingin berbagi kebahagiaan dengan nya dan veldi. Senang rasanya merasakan hasil dari karya yang kita ciptakan. Tujuan ku hanyalah untuk menghibur dan tentu saja untuk menafkahi anak dan juga istri ku kelak.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN