Ketika Anda mengunjungi situs web kami, jika Anda memberikan persetujuan, kami akan menggunakan cookie untuk mengumpulkan data statistik gabungan guna meningkatkan layanan kami dan mengingat pilihan Anda untuk kunjungan berikutnya. Kebijakan Cookie & Kebijakan Privasi
Pembaca yang Terhormat, kami membutuhkan cookie supaya situs web kami tetap berjalan dengan lancar dan menawarkan konten yang dipersonalisasi untuk memenuhi kebutuhan Anda dengan lebih baik, sehingga kami dapat memastikan pengalaman membaca yang terbaik. Anda dapat mengubah izin Anda terhadap pengaturan cookie di bawah ini kapan saja.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Mama Desti terlihat tegang, lalu mereka menggeser posisinya. Kini keduanya duduk di kursi, aku yang fokus memegang handphone sambil tak lepas pandangan ke arahnya. Aku sembunyi di sebelah pintu kamar yang terhalang lemari besar kuno berhiaskan guci dan hiasan tua. Ukuran lemari nyaris menyentuh atap rumah, terlalu tinggi hingga memang jika bersembunyi takkan terlihat oleh mereka. Namun, karena mereka pindah tempat, aku jadi kesulitan untuk merekam dalam bentuk video. Akhirnya aku zoom merekam videonya, kebetulan ponsel yang kupunya cukup canggih dalam mengambil gambar jarak jauh maupun jarak dekat. "Kamu bicara apa sama Rifat? Dia ngomong apa?" tanya mama kedengaran panik. "Aku tidak bilang apa-apa, dia hanya cari Mama, memang dia siapa? Pacar Mama?" tanya Hesti untuk kesekian kalinya.