Dua tahun lalu...
“Kemarin aku melihatmu keluar di tengah malam, apakah kamu pergi ke suatu tempat, Aileen?”
Pertanyaan itu diajukan oleh Aruna ketika mereka sedang sarapan pagi.
Astaga, sepertinya Kakaknya tidak akan pernah mau melewatkan kesempatan untuk mengganggu dirinya.
“Aileen sudah dewasa, dia bisa keluar kapanpun dia mau” Balas Adeline.
Aileen menatap Adeline sambil menggelengkan kepalanya.
Tidak, Adeline seharusnya tidak perlu mengatakan apapun kepada Aruna.
“Biarkan saja, dia selalu mencoba mencari masalah. Aku sudah muak dengan semua ini. Ayo kita berangkat, Aileen!” Kata Adeline sambil bangkit berdiri.
Aileen menatap adiknya dengan pandangan tidak percaya.
Bagaimana mungkin Adeline berani melakukan semua ini di depan orang tuanya?
“Adeline, kenapa kamu bertindak tidak sopan? Kembali duduk dan habiskan sarapanmu!” Kata ayahnya.
Aileen menarik napasnya dengan pelan. Astaga, sepertinya rencana Aruna memang selalu berhasil. Lihat saja apa yang terjadi, sebentar lagi pasti akan ada pertengkaran di rumah ini.
“Aku tidak mau makan, Aruna hanya akan membuat masalah. Aku bosan dengan semua ini!” Kata Adeline.
“Adeline! Dari mana kamu belajar berlaku tidak sopan seperti ini?!”
Aileen bangkit berdiri lalu mencoba menarik Adeline untuk kembali duduk di meja makan. Apa yang Aruna lakukan memang salah, tapi seharusnya Adeline tidak berlaku seperti ini.
“Kembalilah duduk, Adeline..” Kata Aileen dengan tenang.
“Aku tahu dimana dia mempelajari semua ini. Sepertinya Adeline semakin dekat dengan Aileen, dia juga semakin dekat dengan orang-orang tanpa kasta” Kata Aruna.
Aileen memejamkan matanya. Aruna memang sangat senang melihat orang lain berada dalam masalah. Aileen tidak mengerti kenapa kedua orang tuanya harus memiliki anak yang selalu punya pikiran jahat seperti Aruna. Kakaknya itu sangat menyebalkan!
“Apa yang kamu katakan, Aruna?” Tanya ayahnya.
“Lihat saja, bukan hanya Aileen yang sekarang suka melanggar peraturan Papa. Adeline juga melakukan hal yang sama. Papa seharusnya lebih memperhatikan mereka berdua” Kata Aruna sambil tersenyum.
Cukup sudah! Aruna sangat keterlaluan sekarang.
“Aku akan berangkat bekerja, kalian bisa sarapan bersama. Sepertinya Papa lebih suka mendengarkan Aruna dengan semua drama dan juga racun yang selalu keluar dari mulutnya!” Kata Aileen sambil melangkah meninggalkan meja makan.
“Aileen! Kamu pikir kamu bisa pergi begitu saja?!”
Aileen menarik napasnya dengan pelan. Ini masih pagi, tapi suasana hatinya sudah sangat kacau.
Sebenarnya apa yang Aruna inginkan? Kenapa Kakaknya itu selalu saja membuat masalah?
“Maaf karena aku berlaku tidak sopan. Aku tidak punya pilihan lain, aku takut semakin gila jika aku duduk dengan Aruna” Kata Aileen sambil pergi begitu saja.
***
“Aku tidak percaya Aruna melakukan semua ini” Kata Adeline ketika mereka berdua sedang berada di dalam mobil.
Aileen tersenyum tipis. Kenapa Adeline merasa tidak percaya? Bukankah setiap pagi Aruna selalu memiliki bahan untuk drama barunya? Aruna suka melihat orang lain berdebat, perempuan itu tidak akan bisa bernapas dengan tenang jika dia tidak membuat orang lain kesal.
Sekarang lihatlah apa yang terjadi. Untuk beberapa hari ke depan, suasana rumahnya pasti sangat kacau.
Aruna berhasil membuat Aileen dan Adeline merasa sangat kesal.
“Dia selalu melakukan apapun yang dia sukai, Adeline. Sudahlah, jangan memikirkan masalah itu” Kata Aileen dengan tenang.
“Bagaimana mungkin aku tidak memikirkannya? Aruna sudah keterlaluan! Aku sering melihatnya pulang tengah malam dalam keadaan mabuk, tapi aku tidak pernah mengadukan dia kepada Papa dan Mama. Dia benar-benar menyebalkan!” Kata Adeline.
Aileen tertawa pelan ketika dia mendengar kalimat yang Adeline katakan.
Iya, Aileen juga sering melihat Aruna pulang dalam keadaan mabuk. Selama ini Aileen selalu diam karena dia tidak ingin melihat perdebatan di rumahnya. Cukup Aruna saja yang suka mengadu, Aileen tidak ingin melakukan hal yang sama.
“Kenapa kamu tidak mengadukan perilaku Aruna kepada Papa?” Tanya Aileen sambil menatap Adeline dengan mata menyipit.
“Kamu bergurau? Jika aku mengadukan kelakuannya, aku akan sama seperti dia. Kami jadi tidak ada bedanya. Aruna sudah dewasa, dia bisa melakukan apapun yang dia inginkan” Kata Adeline.
Aileen menganggukkan kepalanya.
“Itulah yang ingin aku katakan kepadamu. Aruna sudah dewasa, dia bisa melakukan apapun yang dia inginkan. Biarkan saja dia mengadukan kita kepada Papa, dia pasti akan mendapatkan balasan untuk sikapnya pagi ini.” Kata Aileen dengan pelan.
Adeline menolehkan kepalanya, dia menatap Aileen sambil menggelengkan kepalanya dengan pelan.
“Bagaimana mungkin kamu bisa sebaik ini, Aileen? Aruna selalu membuat masalah dan kamu selalu diam? Kamu harus melawannya, dia akan semakin menginjak dirimu kalau kamu tidak bertindak” Kata Adeline.
Sebenarnya Aileen juga sering memikirkan hal yang sama seperti yang Adeline katakan. Tapi, untuk apa dia melawan Kakaknya? Aruna memang memiliki sifat yang sedikit aneh. Kakaknya itu suka membuat keributan. Jika Aileen marah dan membalas kelakuan Kakaknya, maka Aruna akan sangat senang. Perempuan itu akan mendapatkan keributan yang dia inginkan.
“Aku tidak peduli dengan Aruna. Aku hanya ingin hidup dengan tenang, tanpa aturan dan tanpa gangguan..” Kata Aileen sambil tersenyum.
“Itu tidak akan pernah terjadi jika Aruna masih menjadi kakak kita. Setiap hari kita harus menghadapi drama yang berbeda. Kamu seharusnya sudah tahu akan hal itu” Kata Adeline.
Aileen menganggukkan kepalanya. Sepanjang 25 tahu hidupnya, Aileen sudah mengenal Kakaknya dengan sangat baik. Aruna tidak akan pernah mau berhenti, Kakaknya itu akan terus mencari masalah dengan Aileen.
“Iya, kita memang akan selalu menghadapi drama yang berbeda setiap hari, kamu harus bersiap untuk itu. Tapi, sebelum kita kembali menghadapi drama Aruna, kita harus lebih dulu menghadapi kemarahan Papa” Kata Aileen tepat ketika mobil yang mereka tumpangi mendarat di halaman kantor Papanya.
Ah, sepertinya ini akan menjadi hari yang sangat berat.
***
“Apa yang kalian lakukan di tengah malam? Papa sudah mengetahui semuanya, Papa hanya ingin mendengar kejujuran kalian..” Kata ayahnya.
Aileen menarik napasnya dengan pelan.
Setelah ini, sepertinya Aileen harus mempertimbangkan rencana untuk mencari sopir yang baru.
“Aku dan Adeline keluar dari rumah dan mendatangi pemukiman orang tanpa kasta. Adeline tidak bersalah, aku yang memaksanya untuk ikut” Kata Aileen dengan tenang.
“Kamu mencoba untuk melindungi adikmu, Aileen?” Tanya ayahnya.
Aileen tersenyum lalu menganggukkan kepalanya dengan pelan.
“Hanya itu yang bisa aku lakukan. Aku selalu ingin melakukan hal-hal yang tidak pernah bisa aku dapatkan dari Kakakku” Kata Aileen sambil tersenyum dengan tenang.
“Kamu sedang berusaha untuk menyindir kakakmu?” Tanya ayahnya.
Menyindir? Apa untungnya Aileen melakukan hal semacam itu? Sekalipun Aileen menyindir Kakaknya, tidak akan ada yang berubah. Aruna akan tetap menjadi kakak yang sangat menyebalkan.
“Tidak, untuk apa aku melakukan itu, Papa?”
“Jadi katakan kepada Papa, kenapa kalian datang ke pemukiman orang tanpa kasta di tengah malam seperti itu? Aileen, Papa sudah pernah memperingatkan kamu, jangan berinteraksi langsung dengan mereka..”
Aileen menundukkan kepalanya.
Ada rasa tidak suka di hatinya setiap kali Aileen harus mendengar kalimat yang merendahkan orang tanpa kasta.
Memangnya apa yang salah dengan mereka? Kenapa orang tanpa kasta dianggap seperti hama yang menjijikkan?
Bukankah mereka juga manusia? Mereka hanya tidak beruntung karena dilahirkan dengan kondisi ekonomi yang kurang baik.
Ah, sebenarnya apa arti dari keberuntungan? Apakah semua hal di dunia ini hanya dilihat dari harta saja?
“Apakah kamu mendengar Papa, Aileen?”
Aileen menganggukkan kepalanya.
“Aku mendengarkan Papa” Kata Aileen.
“Kalau begitu, kenapa kamu masih melanggar peraturan Papa?” Tanya ayahnya.
“Karena aku tidak punya pilihan lain. Apakah Papa pernah berpikir bagaimana jika salah satu dari mereka adalah keluarga kita? Bagaimana perasaan Papa jika kita hidup tidak beruntung seperti mereka dan semua orang di dunia ini menganggap kita sebagai hama yang menjijikkan? Apakah Papa pernah membayangkan hal itu?” Tanya Aileen dengan pelan.
Aileen biasanya memilih untuk berbohong kepada Papanya karena dia tidak ingin memperpanjang masalah. Tapi kali ini Aileen tidak ingin melakukan hal yang sama.
Untuk apa Aileen terus berbohong? Lagipula selama ini, ternyata Papanya selalu tahu jika Aileen sedang berbohong.
“Kenapa kamu meminta Papa untuk membayangkan hal yang tidak berguna seperti itu, Aileen?” Tanya Papanya.
“Pa, sudahlah.. aku harus ke sekolah. Aku akan terlambat jika aku tidak segera berangkat..” Kata Adeline.
Aileen menatap jam otomatis yang tertanam di pergelangan tangannya. Jam ini dihubungkan langsung menuju ke otak Aileen sehingga setiap kali Aileen bertanya di dalam pikirannya, jam ini akan muncul di pergelangan tangannya. Teknologi ini adalah hal yang biasa digunakan oleh manusia dari kasta pertama.
“Tiga puluh menit lagi kelas Adeline akan dimulai. Biarkan dia pergi menggunakan mobilku, aku akan tetap di sini dan menjawab semua pertanyaan Papa” Kata Aileen dengan tenang.
“Apa? Tidak, aku akan pergi jika tidak bersama dengan Aileen!” Kata Adeline.
Aileen menolehkan kepalanya ke arah Adeline. Adiknya itu memang sangat sulit diatur.
“Kalian berdua boleh pergi sekarang. Tapi ingat baik-baik, jangan mengulangi masalah yang sama. Kalian akan dalam masalah jika kembali melanggar peraturan Papa..” Kata ayahnya.
Aileen tersenyum lalu menganggukkan kepalanya.
Jika selama ini ayahnya tahu kalau Aileen sedang berbohong, kenapa ayahnya tidak pernah mengatakan apapun?
Selama ini ayahnya tahu kalau Aileen selalu datang ke pemukiman orang tanpa kasta, bukan hanya berinteraksi biasanya, Aileen juga berjabat tangan dan bergurau dengan mereka, tapi kenapa ayahnya tidak melakukan apapun?
Aileen melangkahkan kakinya dengan pelan.
Ada sesuatu yang sedang disembunyikan oleh ayahnya.
***
“Apakah ada masalah?”
Aileen menolehkan kepalanya, dia menatap Eros yang sedang duduk di sampingnya.
Entah kenapa, pikirannya membawa Aileen datang ke tempat ini. Aileen kembali menemui Eros padahal beberapa menit yang lalu ayahnya baru saja memperingatkan Aileen untuk tidak datang ke tempat ini lagi.
Menemui Eros membuat Aileen merasa lebih baik. Semua orang yang ada di pemukiman ini selalu membuat Aileen bahagia. Mereka selalu mengingatkan Aileen untuk bersyukur kepada Tuhan. Dan Eros, pemuda itu selalu memberikan ketenangan yang begitu luar biasa.
Aileen ingat dengan jelas jika suasana hatinya sedang sangat tidak baik hari ini, tapi setelah bertemu dengan Eros, semuanya terasa semakin membaik. Tatapan Eros membuat Aileen yakin jika semuanya akan berlalu dengan perlahan.
“Tidak ada. Memangnya kenapa?” Tanya Aileen.
“Kamu diam sejak datang ke sini. Ada apa?” Tanya Eros.
Aileen menggelengkan kepalanya dengan pelan.
Aileen tidak mungkin mengatakan jika dia baru saja dimarahi oleh ayahnya karena dia datang ke tempat ini kemarin malam.
“Dimana Ethan? Aku tidak melihatnya sejak kemarin” Tanya Aileen.
“Ethan sedang sibuk di rumahnya. Ayahnya sedang sakit” Kata Eros.
Aileen menganggukkan kepalanya.
Apa yang dilakukan oleh orang tanpa kasta jika mereka sedang sakit? Mereka tidak bisa datang ke rumah sakit dan mendapatkan perawatan yang layak. Mereka bahkan tidak bisa membeli obat.
“Sakit apa?” Tanya Aileen.
“Kamu sedang mengejekku? Kamu pikir orang-orang di sini ada yang bekerja sebagai dokter? Kami tidak pernah tahu penyakit apa yang sedang menyerang tubuh kami, Aileen” Kata Eros.
Aileen menghembuskan napasnya dengan pelan.
Lalu, bagaimana mereka bertahan hidup selama ini?
“Tidak, aku hanya bergurau.. jangan terlalu serius seperti itu!” Kata Eros sambil tertawa.
Aileen tertawa lalu memukul lengan Eros dengan pelan. Pemuda itu memang menyebalkan.
“Di sini ada beberapa orang yang cukup mengerti dengan dunia kesehatan karena dulunya mereka adalah orang-orang yang bekerja di rumah sakit. Apakah kamu tahu jika setengah dari kami adalah orang yang dulunya memiliki kasta tapi dicabut kewarganegaraannya?” Tanya Eros.
Aileen menganggukkan kepalanya. Aileen tahu tentang hal itu.
Sebenarnya, memang ada beberapa orang yang awalnya memiliki kasta tapi akhirnya kehilangan kewarganegaraan karena mereka melanggar peraturan. Setiap orang yang melakukan tindak kriminal berat pasti akan dicabut kewarganegaraannya.
“Ada seorang perawat yang kehilangan kewarganegaraan karena dia tidak sengaja memberikan obat yang salah kepada seorang anak ketua departemen pemerintahan. Kesalahannya memang fatal, tapi hukuman yang dia terima luarbiasa berat. Anak itu masih hidup, tapi perawat itu harus kehilangan kewarganegaraannya” Kata Eros.
Aileen mendengarkan penjelasan Eros dengan seksama. Astaga, dunia ini ternyata sangat kejam.
“Dia sekarang membantu untuk memberikan layanan kesehatan di tempat ini” Kata Eros.
“Eros, bisakah aku menemuinya?” Tanya Aileen sambil menatap pemuda itu.